![]() |
Ilustrasi Dewi |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Doni [MR. Boss]
- Pengusaha
- Ucok
- Anak Buah MR. Boss
- Lia
- Anak Buah MR. Boss
- PSK
- Dewi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Sugiyono
- Mantan Teman Kerja MR. Boss
- Sugiyono
- Suami Dewi
- Nando
- Siswa TK
- Anak Sugiyono dan Dewi
Chapter 03
Dewiku
Televisi kemudian menyala.
Dewi terkejut. Ia seakan-akan tak percaya apa yang ia lihat. Di
layar tv sebesar 52 inch itu, tampak gambar suaminya sedang bergoyang
dengan Lia.
Dewi : "Tidak mungkin, itu BOHONG!"
Dewi : "Tidak mungkin dia begituan sama Lia,
tetanggaku sendiri?"
Dewi menangis sejadi-jadinya. Entah bagaimana ia
sekarang memelukku. Ia menangis di dadaku.
Adegan demi adegan persetubuhan tampak muncul di layar tv. Tidak cuma sekali, bahkan persetubuhan berhari-hari yang dilakukan Sugiyono ditampilkan semua.
Aku : "Hentikan! Hentikan!" teriakku.
Aku : "Kau mau melukai perasaannya?"
Ucok : "Kenapa aku harus menghentikan? Bukankah kalau hatinya hancur, kau
juga akan hancur?"
Ucok : "Aku justru sangat ingin menghancurkanmu Tuan Doni!"
kata Ucok.
Ucok : "Aku akan menghentikannya kalau ia ingin menghentikannya,
buktinya dia tidak mau."
Aku : "Hentikan, aku mohon, hentikan!" kataku.
Ucok : "Ah iya, mumpung ada film bokep lokal."
Ucok : "Bagaimana kalau kalian juga melakukannya?" tanya Ucok.
Aku : "Apa maksudmu bangsat?" tanyaku.
Ucok : "Ayolah, kau pasti sejak dari dulu ingin menikmati tubuh Dewi."
Ucok : "Dan
Dewi, sayang sekali kau salah milih suami. Seharusnya kau pilih orang
ini."
Ucok : "Walaupun ia punya istri tapi ia sangat mencintaimu dan rela kamu
jadi istri keduanya."
Ucok : "Bahkan ia telah mempersiapkan semuanya untuk
melamarmu. Sayang sekali....."
Kata-kata Ucok persis seperti text yang
aku berikan kepadanya.
Aku : "Hentikan! hentikan!" kataku.
Dewi tampak berkaca-kaca sambil menatapku.
Ucok : "...Sayang sekali kau malah menerima lamaran lelaki keparat itu."
Ucok : "Ia bahkan sudah meminta izin istrinya, ia siapkan segalanya."
Ucok : "Melihat
undanganmu itu, ia hampir bunuh diri."
Ucok : "Dari sini aku tahu bahwa kaulah
kelemahannya."
Ucok : "Ia akan melakukan apapun untukmu."
Ucok : "Dialah yang juga telah
melindungi anakmu selama ini, tidak hanya itu,"
Ucok : "Dia juga yang
melindungimu selama ini."
Ucok : "Kau kira selama ini ketika ayahmu masuk rumah
sakit."
Ucok : "Siapa yang membuat semuanya mudah?"
Ucok : "Dia. Dialah yang selama ini
bicara dengan ayahmu di rumah sakit,"
Ucok : "Menyuapi dia makan, tapi kau tidak
pernah tahu."
Ucok : "Kau mungkin bingung ketika masuk rumah sakit semuanya
mudah,"
Ucok : "Bahkan ketika dia meninggal pun semua urusannya mudah. Itu tidak
lain karena dia."
Ucok : "Dan mumpung sekarang kalian ada di sini, tunjukkanlah
kepadaku adegan yang hot!"
Ucok : "Ayo, ayo! lakukan-lakukan. Ingat Dewi, anakmu
dalam tanganku," kata Ucok.
Bagus Ucok bagusss....
Dewi : "Tolong jangan lakukan apapun kepada anakku!" kata Dewi.
Dewi : "Mas,
lakukan Mas, tolong lakukan."
Dewi : "Aku tak tahu sebegitunya kau mencintaiku."
Dewi : "Ayo Mas, lakukan. aku tak ingin anakku celaka."
Aku : "Tapi Wi..."
Aku pura-pura menolak.
Dewi melepaskan balutan selimutnya, tampaklah olehku dua payudara
yang ranum dengan putingnya kecoklatan. Ia lalu memelukku, mencium
bibirku. Aku pun membalasnya.
Aku : "Wi, maaf aku tak bisa," kataku.
Dewi : "Kalau kau mencintaiku, kumohon lakukan!" katanya sambil berkaca-kaca.
Aku diam sejenak menatap matanya. Lalu segera saja aku peluk dia,
kucium. Lidahku menari-nari di dalam mulutnya. Aku buka bajuku, dalam
hitungan detik aku sudah tak memakai baju.
Ucok : "Ya, ya begitu, terusss, aku suka," kata Ucok.
Aku sekarang tak pedulikan Ucok lagi. Aku ciup leher dewi, aku jilati, aku gigit-gigit lehernya, kuisap. Aku pun meremas-remas dada Dewi. Aku ke bawah menyusu kepadanya.
Kuhisap.
Aku : "Ohh.. ada airnya. ASI?? pikirku.
Aku melihat wajah Dewi yang melihat tayangan suaminya bercinta dengan Lia itu. Matanya berkaca-kaca.
Aku : "Dewi, kita teruskan?" tanyaku.
Ia melihatku.
Dewi : "Teruskan Mas, masukkan!"
Aku : "Boleh aku menciumnya dulu?" tanyaku.
Ia mengangguk.
Aku pun menyibak vaginanya. Ada rambut yang lebat. Aku lalu
menjilatinya. Dewi menggelinjang. Aku jilati dia, kuhisap dan
kugigt-gigit klitorisnya. Dewi makin menggelinjang, meremas-remas
rambutku.
Dewi : "Ahh..., Mmaass aaakhh...," keluhnya.
Aku tetap meremas-remas dada Dewi sambil memilin-milin putingnya. Dewi mengeluh keras ketika beberapa saat kemudian.
Dewi : "Aku metu Mass...keluar...keluar...aduuhh...pipiiiiisss....a aaahhh," keluh Dewi.
Vaginanya keluar sesuatu. Aku lalu duduk di atasnya. Memasang pionku dan kulihat dia menatap mataku. Wajah kami sudah dipenuhi oleh gairah.
Aku : "Maafkan aku Wi," kataku.
Dewi : "Tak apa-apa Mas, lakukan saja," katanya.
Bless...
Masuklah punyaku. Aduh, enak banget. Akhirnya penisku bisa masuk ke
vaginanya. Cita-citaku akhirnya terkabul. Aku menggerak-gerakkan
pinggulku. Awalnya pelan, akhirnya cepat. Dewi pun mengeluh. Entah
karena pionku yang gedhe ataukah karena vagina dewi sangat peret
sehingga aku bisa merasakan vaginanya meremas-remas penisku. Otot-otot
penisku menggesek-gesek dinding vaginanya, memberikan kepuasan kepadaku
juga dirinya.
Dewi : "Mas...ohh...punya Mas penuh masuknya," katanya.
Aku : "Oh Wi, hmmm....oh...enak banget," kataku.
Aku lalu mencabut penisku. Kubalik badannya. Kumasukkan pionku
dari belakang sambil meremas pantatnya. Aku gerakkan maju mundur. Tak
lupa aku belai punggungnya. Dewi merem melek, entah apa yang sekarang ia
pikirkan.
Hanya keluhan ah dan uh saja yang terdengar dari mulut kami. Aku tak ingin bicara. Aku lalu membalikkan tubuhnya lagi. Kini aku pangku dia. Dewi menaik turunkan pantatnya menghantam-hantam pahaku. Gesekan-demi-gesekan dari kemaluan kami benar-benar membius.
Dewi : "Mas, aku cinta ama Mas..." kata Dewi.
Aku : "Kenapa Wi? Apakah gara-gara ini?" tanyaku.
Dewi : "Tidak Mas, aku benar-benar suka sama Mas, cinta sama Mas sejak
dulu."
Dewi : "Kalau saja Mas tidak terus terang semuanya, aku tak akan menikah
dengan Sugiyono,"
Aku : "Oh Dewi...., jadi setelah ini kau akan ceraikan suamimu?" tanyaku.
Dewi : "Iya, aku akan ceraikan dia. Agar kita bisa bersama Mas."
Dewi : "Aku tak menyangka kau sangat baik sama papa," katanya.
Aku : "Wi, aku mau keluar Wi, di dalem ya?" tanyaku.
Dewi : "Tapi Mas...aku subur hari ini," katanya.
Aku : "Maaf Wi, sekali lagi maaf,"
Kataku makin mempercepat goyanganku. Dewi makin erat memelukku.
Dewi : "Mas, aku keluar Masss....hamil hamil deh Mas," katanya.
CROOTTTT!....CROOOOTTT!
Entah berapa kali tembakan, yang jelas aku bisa melihat mata Dewi
memutar, ia puas sekali sepertinya. Ia peluk aku dengan erat. Kami lalu
berciuman mesra dan terkapar di atas tempat tidur. Dewi kemudian
memelukku tertidur di atas dadaku, perlahan penisku keluar dari
vaginanya.
Ketika kami bangun tampak ada dua nampan makanan di pintu. Aku bangun lalu mengambilnya. Dewi tersenyum. Entah kenapa hari itu senyumannya adalah yang paling manis. Kami makan bersama, saling menyuap. Untuk sesaat Dewi lupa kalau ia sedang disekap. Setelah makan kami mandi bersama. Kami bercinta lagi, seharian itu kami gila bercinta, seperti pengantin baru.
Malamnya, aku memberi isyarat kepada Ucok. Aku ambil cloroform yang ada di bawah tempat tidur. Yang tidak pernah diketahui Dewi. Lalu aku membekap mulutnya, sehingga ia tertidur. Ucok masuk ruangan. Ia melepas borgolku.
Aku : "Kau boleh pakai dia, sama teman-temanmu. Tapi ingat, pakai kondom."
Aku "Aku tak mau rahimnya tercampuri sperma kalian. Aku ingin dia
jadi anakku saja"
Ucok : "Beres Bos," kata Ucok.
Ia mengambil telepon dan menelpon. Aku buru-buru keluar agar tak dilihat oleh anak buah Ucok.
Aku : "Oya, kau sudah merekam semuanya bukan?" tanyaku.
Ucok : "Sudah Boss," katanya.
Malam itu Dewi digilir 3 orang dalam kondisi terbius. Pagi
harinya, aku kembali lagi dan memakaikan ia pakaian. Aku lalu
menggendong dia berjalan jauh meninggalkan rumah sekapan itu. Kasihan
juga Dewi, ia secara tak sadar meladeni 4 orang semalaman. Ketika aku
kembali ke sana, aku melihat Ucok dan dua anak buahnya terpampang wajah
puas.
Mereka benar-benar mematuhiku untuk memakai kondom. Banyak kondom
berceceran di lantai. Total ada 9 kondom. Berarti masing-masing
menggilir Dewi 2x, tapi tampaknya lebih. Mungkin pakai oral atau onani.
Karena tubuh Dewi penuh sperma. Aku sempat membersihkannya dengan
tissue. Menyeka tubuhnya dengan air hangat. Lalu memakaikan baju. Ia
kemudian aku gendong keluar rumah, berjalan hingga melihat jalan raya.
Cukup jauh aku menggendong dia. Akhirnya Dewi pun terbangun.
Dewi : "Mass? turunin dong," katanya.
Aku lalu menurunkannya. Ia lalu tiba-tiba terhuyung-huyung.
Aku : "Kau tak apa-apa?" tanyaku.
Ia mengangguk.
Dewi : "Kepalaku pusing, badanku sakit semua. Anuku rasanya ngilu"
Aku : "Oh, mungkin karena kita terlalu lama bercinta," kataku.
Dewi : "Mungkin. Koq kita sudah keluar?" tanyanya.
Aku : "Iya, kita diberi pakaian, aku memakaikannya kepadamu dan menggendongmu sampai sini,"
Dewi : "Kita lapor polisi?" tanya Dewi.
Aku : "Gila apa? Kau ingin video rekaman kita dipublis?" tanyaku.
Ia terdiam.
Tak berapa lama kemudian ada angkot lewat, kami pun naik angkot.
Ia turun di rumahnya. Kami berpisah di jalan. Setelah sampai di rumah
Dewi masuk, membuka pagar. Saat itu suasana rumah sepi. Ia melihat baby
sitter anaknya. Ia peluk kedua anaknya.
"Nyonya, selama ini kemana aja?" tanya babysitternya.
Dewi : "Aku pergi, suamiku selingkuh," kata Dewi.
Ia lalu pergi ke tetangganya Lia. Saat itu memang Lia sengaja tak
mengunci pintu. Dan Dewi pun langsung masuk dan masuk ke kamar Lia. Saat
itulah bersamaan ketika Dewi membuka pintu Sugiyono menumpahkan
spermanya ke wajah Lia.
Sugiyono : ""De..Dewi...???"
Setelah itu retaklah rumah tangga Dewi. Bahkan Sugiyono pun sangat
malu dengan peristiwa itu. Ia akan bilang kalau ingin menikahi Lia
sekalian. Tapi Lia beralasan tidak enak dengan Dewi. Dua hari kemudian
Lia pergi begitu saja. Rencanaku sukses. Aku terus menanti kabar
perceraian Dewi. Akhirnya ia jadi janda untuk kedua kalinya. Selama itu
pula, kami sering berhubungan. Kirim SMS mesra dan bercanda.
Lia pun aku kabulkan permintaannya. Dengan uang sebesar 200 juta
hasil dari tugasnya ia kembali ke kampung dan membuka usaha sendiri. Ia
bertaubat jadi PSK.
Namun ia berkata.
Lia : "Hanya satu lelaki yang boleh aku
layani, yaitu Mr. Boss,"
Lia : "Kapanpun Mr.Boss memanggilku, aku akan datang."
****
Sudah hampir setahun semenjak kejadian itu, aku belum jujur kepada
Dewi bahwa akulah yang melakukan hal itu kepadanya. Tapi itu semua aku
lakukan karena aku kasihan kepadanya. Apalagi sekarang aku pun mulai
membuat plot agar aku bisa kawin dengannya. Dengan kekayaan sebanyak
ini, istriku ndak keberatan kalau aku nikah lagi. Apalagi, selama
setahun setelah kita sering berhubungan di ranjang, dia pun hamil.
Yap, akhirnya aku pun nikah lagi. Menikahi janda beranak dua.
Pernikahan kami sederhana saja, sebab aku tak ingin terlalu besar. Cukup
mengundang keluarga dan para tetangga saja. Hidup bahagia? Tentu saja.
Tapi petualanganku belum berakhir. Setiap hari akan ada wanita-wanita
yang ketagihan permainanku selain istri-istriku.
Dewi dan aku benar-benar tak memandang waktu ketika bercinta. Di
mana saja kami kalau kepingin dan ada kesempatan, saat itu kami lakukan.
Tentunya tanpa sepengetahuan anaknya. Yang jelas ia sekarang ketagihan
main denganku.
(Bersambung..)
(Bersambung..)
Sumber :
Semprot by arczre
Semprot by arczre
0 komentar:
Posting Komentar