![]() |
Ilustrasi Dewi |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Doni [MR. Boss]
- Pengusaha
- Ucok
- Anak Buah MR. Boss
- Lia
- Anak Buah MR. Boss
- PSK
- Dewi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Sugiyono
- Mantan Teman Kerja MR. Boss
- Sugiyono
- Suami Dewi
- Nando
- Siswa TK
- Anak Sugiyono dan Dewi
Chapter 02
Rencanaku
Besoknya rencana kami pun dimulai. Lia bertamu ke rumah Dewi.
Lia : "Mbak Dewi, bisa minta tolong nggak?" tanya Lia.
Dewi : "Apa Mbak?" tanya Dewi.
Lia : "Anu, itu lho di rumah saya ada tikus."
Lia : "Ada ndak sih orang yang bisa ngusir tikus?" tanya Lia.
Lia : "Ada ndak sih orang yang bisa ngusir tikus?" tanya Lia.
Dewi : "Waduh, siapa ya? Rumah ini soalnya ndak ada tikus."
Dewi : "Emang tikusnya ada di mana itu mbak?" tanya Dewi.
Lia : "Kemarin pas masak lha koq tikusnya lari-larian ke dapur."
Lia : "Aku takut...bukan takut geli. Sampe jerit-jerit," kata Lia.
Sugiyono : "Ada apa yang?" tanya Sugiyono.
Lia : "Eh, Mas Sugi," kata Lia. Ia menunduk.
Tampak wajah Sugiyono sedikit memerah kalau ingat peristiwa kemarin.
Dewi : "Ini lho rumah Mbak Lia katanya ada tikusnya," kata Dewi.
Sugiyono : "Wah, wah, emang hama itu tikus, trus?" tanya Sugiyono.
Dewi : "Ya, mungkin Mas tahu cara ngusirnya?" tanya Dewi.
Sugiyono : "Pake jebakan tikus gitu bisa?" tanya Sugiyono.
Lia : "Ya, kalau misalnya punya boleh minjem?" tanya Lia.
Sugiyono : "Sayangnya ndak punya, boleh tuh saya lihat," kata Sugiyono.
Sugiyono : "Kamu ikut yang?"
Dewi : "Ndak ah, geli ama tikus," kata Dewi.
Dewi : "Aku di rumah aja."
Akhirnya Lia dan Sugiyono pun ke rumah kontrakan Lia. Aku ingin
tahu apa yang dilakukan Lia. Semuanya aku lihat di CCTV. Lia menunjuk
dapur. Sugiyono tampak sedang membawa tongkat buat mukul tikus.
Lia : "Mas Sugi, tentang peristiwa kemarin..." Lia mulai bicara.
Sugiyono : "Oh, yang itu. Aku mohon maaf ya. Maaf banget," kata Sugiyono.
Lia : "Iya, tak usah dipikirkan."
Lia : "Aku justru yang harusnya minta maaf karena punya pikiran-pikiran aneh," kata Lia.
Saat itulah seekor tikus lari melintas kaki Lia. Ia menjerit.
Langsung saja Sugiyono memukul tikus itu. Tikusnya berhasil kabur. Lia
tersenyum lalu ia pura-pura ambruk.
Sugiyono yang melihat Lia mau ambruk langsung ditangkapnya. Aku ketawa terpingkal-pingkal melihat hal itu, akting Lia sangat natural.
Sugiyono : "Lia, Lia?!" panggil Sugiyono.
Ia pun segera membopong Lia dan meletakkannya di sofa. Saat di sofa itu Lia pura-pura sadar.
Ia pun segera membopong Lia dan meletakkannya di sofa. Saat di sofa itu Lia pura-pura sadar.
Lia : "Lho, aduh tadi kenapa aku?"
Sugiyono : "Kamu tadi pingsan sebentar," kata Sugiyono.
Lia : "Lho, Mas, maaf. Kita bukan mahrom, sebaiknya ndak boleh pegang-pegangan," kata Lia.
Sugiyono : "Aku tahu, maaf, tadi kondisi darurat," kata Sugiyono.
Lia lalu bangun dari sofa.
Lia : "Aku mau ke kamar saja Mas, klo
mislanya tikusnya sudah dapat tolong diberes...."
Lia ambruk lagi. Kini
Sugiyono menangkapnya dan tepat memegang dada Lia. Empuk dan kenyal.
Sugiyono menelan ludah.
Bau tubuh Lia sangat harum. Ia lalu menggoyang-goyang Lia lagi
tapi tak ada respon. Mungkin Lia kecapekan pikirnya, ia lalu pergi
menggendong Lia dan berjalan ke kamarnya. Saat itulah Sugiyono melihat
betis Lia yang tersingkap. Ia menelan ludah. Betis itu mulus sekali. Ia
bingung harus berbuat apa. Jantungnya berdebar-debar. Ia
menggoyang-goyangkan Lia dengan kuat, dan memukul-mukul pipi cewek PSK
itu. Tapi tak ada respon. Ia merasakan nafas Lia dengan jarinya masih
bernafas, berarti ia masih hidup.
Saat itulah ia melakukan sesuatu yang diluar dugaanku. Ia mencium buah dada Lia dari luar. Lalu bergerak ke wajah, sebuah kecupan lembut mendarat di bibir Lia. Lama Sugiyono memanggut Lia, ia masukkan lidahnya ke dalam bibirnya, menghisap ludah Lia. Lia pun terbangun. Dan mata mereka beradu.
Sugiyono terkejut dan beranjak, tapi Lia menarik tangannya.
Lia : "Jangan berhenti Mas, tolong! Cium aku lagi."
Sugiyono : "Tidak Lia, ini ndak bener. Maaf, aku tadi khilaf," kata Sugiyono.
Lia : "Mas, aku sudah kehilangan suami dan tidak ada nafkah batin selama
ini."
Lia : "Kumohon puaskan aku, aku tahu ini salah,"
Lia : "Tapi aku tak ingin
melakukan ini dengan sembarangan, tolong Mas sebentar saja!" kata Lia.
Sugiyono : "Lia, ini...ini tidak benar," kata Sugiyono.
Tangannya ditarik untuk meremas dada Lia.
Lia pun mengeluh
Lia : "Ohh...tangan Mas menyentuh dadaku. Mass..."
Belum selesai Lia bicara, mulut mereka sudah beradu.
"Hmmhh.mmmh...smackhhmm..."
Lia dan Sugiyono saling berpanggut. Sugiyono secepat kilat melepas
celana pendeknya. Ia tadi hanya pakai celana selutut. Tampak penisnya
udah mengeras dari celana dalamnya. Lia lalu melepaskan hijabnya,
jubahnya dan kini mereka hanya memakai pakaian dalam
Sugiyono : "Lia, tubuhmu indah sekali," kata Sugiyono.
Lia : "Oh Mas, penismu mana Mas?" tanya Lia.
Aku tak lupa merekam adegan ini. Di ruang kerjaku aku pun onani melihat kelakuan mereka.
Sugiyono mengarahkan celana dalamnya ke arah Lia. Cewek itu
langsung memelorotkannya dan memegang penis yang udah tegang itu.
Aku : "Heleh,
kecil penisnya, tapi cukup panjang." pikirku.
Lia lalu mengulum batang itu. Ia
urut-urut dan jilati ujungnya.
Sugiyono : "Oh iya Lia, hmmmhh... terus, Dewi ndak pernah mau ngoral aku."
Sugiyono : "Hhhmmmmhh...enak...aahhh," kata Sugiyono.
Kepala Lia pun maju mundur, Sugiyono menyibakkan rambut Lia yang
panjang. Lia menatap mata Sugiyono dengana pandangan sayu dan menggoda.
Untuk bebrapa saat Lia mengoral Sugiyono, dijilati batang itu, lalu ia
hisap-hisap buah pelernya. Kemudian Lia berbaring melepaskan sisa-sisa
pakaian yang melekat di tubuhnya.
Lia : "Ayo Mas cepet, nanti dicari Mbak Dewi," kata Lia.
Segera Sugiyono menindih Lia, ia hisap tetek wanita itu. Dihisap
dan dijilat. Bahkan saking gemesnya ia memberikan cupangan di payudara
Lia. Lia mengeluh sambil mengocok-ngocok penis Sugiyono. Sugiyono pun
mulai turun ke bawah dan sangat takjub dengan bersihnya vagina Lia dari
rambut. ia pun segera menyosor vagina yang sudah mengeluarkan cairan
itu.
Lia : "Aaahhkkk...Masss.....hhmmm...Lia enak Mas...terus...terussss...sssshh!" rancau Lia.
Sugiyono sibuk mengobok-obok vagina Lia dengan lidahnya. Aku ke
kulkas sebentar mengambil minum. Rasanya tenggorokanku kering. Kuambil
sebuah botol jus sirsak, kemudian aku kembali lagi. Lia masih diservis
oleh Sugiyono.
Lia : "Maassss...akkhhh, aku keluuuaaarrrr......." kata Lia.
Ia menjepit kepala Sugiyono beberapa saat lalu pahanya terbuka.
Sugiyono : "Oh, Lia mhhmm"
Mereka pun berciuman lagi dan kini Sugiyono memasukkan senjatanya.
Bless....
Karena licin mudah sekali masuk.
Sugiyono : "Ohh...Lia, seret banget punyamu,..." kata Sugiyono.
Lia : "Iya Mas, udah lama ndak dipake," kata Lia berbohong.
Akhirnya mereka pun melakukan itu. Aku harus menyiapkan uang yang
sesuai dijanjikan olehku kepada Lia. Ia benar-benar tipe cewek penggoda.
Mereka bermain cepat-cepat dan buru-buru. Jadi hanya 10 menit saja
Sugiyono mau keluar.
Sugiyono : "Aku keluar Lia," katanya.
Lia : "Oh...Mass. aku juga," kata Lia.
Sugiyono : "Ahh...ahhh....ahh...kelu....aaarrrr....aaakkh h," jerit Sugiyono.
Ia mencabut penisnya dan menumpahkan semuanya di perut dan dada Lia. Ia
kocok penisnya hingga spermanya habis semua. Lia lemas. Sugiyono
melihat spermanya yang berceceran di tubuh Lia.
Ia lalu duduk di atas ranjang.
Sugiyono : "Apa yang aku lakukan? Apa yang aku lakukan?"
Lia lalu bangun. Ia menyentuh punggung Sugiyono.
Lia : "Kenapa Mas?"
Sugiyono : "Kita seharusnya ndak boleh melakukan ini."
Sugiyono : "Aku punya istri yang sangat aku cintai," kata Sugiyono.
Lia : "Memangnya kita melakukan ini karena terpaksa?" tanya Lia.
Sugiyono : "Tidak, tapi...."
Lia : "Kalau memang tidak terpaksa dan sama-sama suka, kenapa memangnya? Mas,"
Lia : "Kalau misalnya Mas ingin melakukan lagi denganku kapan saja aku
siap," kata Lia.
Lia : "Mbak Dewi tak perlu tahu. Kalau Mas ingin
menikahiku pun aku siap."
Lia : "Mas."
Sugiyono : "Kamu mau jadi istri kedua?" tanya Sugiyono.
Lia mengangguk.
Lia : "Itu kalau Mbak Dewi ndak keberatan."
Sugiyono : "Nah, itu dia. Dia pasti keberatan," kata Sugiyono.
Lia lalu memegang penis Sugiyono. Ia menghisap penis yang baru
saja orgasme itu.
Lia : "Sekarang sebaiknya Mas pulang, nanti dicari ama Mbak
Dewi koq lama banget."
Sugiyono : "Ia" kata Sugiyono.
Mereka pun berciuman. Setelah itu
Sugiyono memakai bajunya dan pergi meninggalkan Lia sendirian di kamar.
Lia lalu menatap ke kamera tersembunyi di kamar itu sambil mengacungkan
jempol ke arahnya.
Aku mengirimkan SMS ke dia dengan tulisan.
"MANTAABB!"
***
Lia dan Sugiyono benar-benar berselingkuh sekarang. Ketika Dewi
mengantarkan anaknya ke sekolah karena masih TK, maka ia tidak ada di
rumah. Ketika itulah Sugiyono mampir ke rumah Lia untuk bercinta.
Berbagai gaya mereka lakukan bahkan aku sampai menghabiskan bergiga-giga
space HD untuk merekam mereka. Setelah tak berapa lama kemudian lengkap
sudah koleksiku. Aku membayar Lia lebih dari 100 juta, tapi ia menolak
ketika aku bayar 50 juta lagi.
Ia berkata.
Lia : "Saya cuma ingin Mr.Boss bisa mengeluarkanku dari kehidupan hitam ini aja."
Lia : "Aku tak perlu uang lagi"
Aku pun setuju. Setelah ini aku akan berikan rekaman-rekaman itu
kepada Dewi. Tapi, dengan cara yang lain. Sekedar memberikan rekaman
saja tidak cukup. Tapi aku akan buat ia menyesal karena menolak cintaku.
Aku pun punya rencana.
Aku menyuruh Ucok untuk menculik Dewi. Membiusnya dan menelanjanginya kemudian dikunci di sebuah rumah terpencil yang sudah aku siapkan.
Akhirnya pada hari Senin ketika Sugiyono pergi. Saat itulah Ucok
bertamu ke rumah Dewi mau menanyakan sesuatu. Ia memperkenalkan diri
sebagai saudara Lia.
Ucok berkata.
Ucok : "Benarkan ini rumahnya Lia, keponakan
saya?"
Dewi : "Oh, ada di sebelah Mas," kata Dewi.
Ucok : "Bisa antar saya? Koq dari tadi tidak menjawab orangnya," kata Ucok.
Akhirnya Dewi keluar. Ia melihat mobil van terparkir di depan
rumah Lia pintunya terbuka. Saat melintas ia tak curiga sama sekali.
Tiba-tiba ia ditangkap dua orang dan menyumpal hidungnya dengan sapu
tangan kloroform. Tak hanya itu ia pun disuntik dilehernya, obat bius
dosis tinggi. Ia tak akan siuman sampai esok. Kemudian Dewi diangkut ke
dalam mobil.
Ucok pun masuk ke mobil.
Ucok : "Ingat, Mr. Boss tidak ingin kalian
memperlakukan ia macam-macam."
Ucok : "Lakukan saja kalau kalian sudah bosan
hidup. Jatah kita akan ada nantinya."
"Siap Bos, tenang saja," kata dua orang bawahan Ucok.
Cukup lama mobil itu melaju. Hampir dua jam lamanya hingga mereka
sampai di sebuah pegunungan yang jauh dari kota. Mereka menuju ke sebuah
bangunan seperti vila. Digotonglah Dewi yang pingsan itu. Mereka lalu
menempatkan Dewi di sebuah ruangan khusus. Ruangan itu ada sebuah layar
lebar. Ada kamar mandi terbuka, ada closet, ada tempat tidur, sebuah
pintu dengan pintu kecil ada di bagian bawah pintu seperti di penjara,
tempat masuk orang untuk mengantarkan makanan.
Dewi ditelanjangi dan tangannya sebelah kiri diborgol. Dan
borgolnya dirantai dengan rantai yang panjang, yang cukup untuknya bisa
bergerak mengelilingi kamar, tapi tak akan sampai menyentuh daun pintu.
Dewi setelah itu ditutupi selimut. Aku telah mempersiapkan CCTV di
ruangan itu agar tahu semua gerak-geriknya.
****
Dewi : "Keluarkan aku! Kumohon, aku punya anak,"
Dewi : "Aku seorang Ibu kumohon keluarkan aku!" teriaknya.
Ia ingin menggapai pintu tapi tak bisa. Ia menutupi tubuhnya dengan selimut, itulah satu-satunya yang bisa menutupi tubuhnya. Di kamar itu tak ada lemari baju, Benar-benar ruangan kosong.
Setelah dua hari hilangnya Dewi, gegerlah rumah Sugiyono. Ia pun lapor polisi. Lia pun pura-pura menenangkannya.
Lia : "Apa Dewi tahu hubungan kita Mas?" tanya Lia.
Sugiyono : "Ya tidaklah, ndak mungkin ia tahu," jawab Sugiyono.
Lia : "Tapi bisa jadi kan? Kalau iya, bagaimana?" tanya Lia.
Sugiyono : "Aku akan jujurlah kepadanya, terpaksa," kata Sugiyono.
Lia : "Mas, aku tak mau kalau Mas melakukan ini karena terpaksa,"
Lia : "Berarti selama ini Mas anggap aku apa?" tanya Lia.
Sugiyono : "Trus harus bagaimana?" tanya Sugiyono.
Lia : "Nikahi aku Mas, nikahi aku!" kata Lia.
Sugiyono : "Sudahlah, yang penting aku harus menemukan Dewi dulu," kata Sugiyono.
Lia : "Malam ini, tidurlah di sini Mas, kumohon. Sekali saja," kata Lia.
Sugiyono lalu keluar dari rumah Lia. Malam itu memang Sugiyono menginap di rumah Lia, bahkan mereka bercinta dengan hebat. Seolah-olah Sugiyono tak punya perasaan kepada Dewi.
*****
![]() |
Ilustrasi Dewi |
Lebih tepatnya sudah tiga minggu aku mengurung Dewi di sana. Ia benar-benar stress dan ingin bunuh diri. Selama itu pula aku tidak pernah menyapanya. Ia benar-benar seperti dipenjara. Dan tepat pada hari ke-24, aku baru bicara.
Aku : "Dewi?!" kataku dengan pengeras suara.
Dewi : "Siapa?" tanyanya.
Dewi : "Keluarkan aku kumohon keluarkan aku! Aku tak tahu sudah berapa lama aku di sini.."
Dewi : "Mau apa kalian sebenarnya?"
Aku : "Aku akan mengeluarkanmu, tapi belum saatnya. Bersabarlah."
Aku : "Aku ingin menghancurkan hidup seseorang," kataku.
Dewi : "Siapa? Suamiku? Apakah suamiku bersalah kepadamu?" tanyanya.
Aku : "Bisa jadi, tapi bukan dia. Sebentar lagi kau akan bertemu dengan teman lamamu," kataku.
Aku lalu mematikan alat komunikasi.
Aku : "Ucok, seperti rencana kita. Pukul aku!" kataku.
Ucok : "Beneran Bos?" tanya Ucok.
Aku : "Pukul saja, biar aku terlihat terluka dan memar-memar, pukul di sini dan di sini."
Aku : "Dan rotan itu pukulkan ke punggungku tiga kali. Aku akan tahan," kataku.
Ucok kemudian memukulku. Pelipisku pun berdarah, bibirku juga. Punggungku dipukul hingga bajuku robek. Setelah itu aku minta Ucok untuk memasukkan aku ke ruangan Dewi. Di bukalah pintu kamar itu. Dewi terbelalak ketika melihat aku yang tentu saja pura-pura lemes dan baru saja dihajar babak belur.
Ia terkejut melihatku. Buru-buru menghampiriku. Aku merintih-rintih kesakitan. Emang sakit beneran koq.
Dewi : "Mass....Doni?" tanyanya.
Aku mendongak dan menatap dia.
Aku : "Dewi?"
Dewi : "Aduh Mass...kenapa koq sampai begini?" tanya Dewi.
Ucok : "Dewi, kau tentu kenal dia bukan? Selamat berjumpa lagi."
Ucok : "Silakan bernostalgia, kamu tahu dia itu salah satu orang yang suka ama kamu."
Ucok : "Tapi cintanya kau tolak."
Ucok : "Dan aku rasa dengan sedikit pertunjukan aku bisa membebaskan kalian,"
Kata Ucok dengan suara yang disamarkan di pengeras suara.
Dewi : "Bangsat kamu! Apa yang kau inginkan?" tanya Dewi.
Ucok : "Aku ingin menghancurkan kehidupannya, Oh ya"
Ucok : "Aku ada hadiah khusus untukmu kalau kau tidak ingin melakukan apa yang kami minta,"
TV di ruangan pun menyala tiba-tiba. Saat itulah, muncul tanyangan wajah anak Dewi. Dewi terkejut.
Dewi : "Anakku, apa yang kalian lakukan ama anakku?" tanya Dewi.
Ucok : "Dia tidak apa-apa, dia baik-baik saja, jangan takut,"
Ucok : "Pikirkan baik-baik, kalau kau tidak menurut sama kami,"
Ucok : "Kau akan melihat anakmu tiada lagi di dunia ini. Rawat dia dengan baik,"
Ucok : "Di bawah ranjang ada borgol satu lagi, borgol tangannya."
Dewi pun menangis. Ia melakukan apa yang disuruh oleh Ucok. Setelah itu ia menuntunku untuk berjalan ke tempat tidur. Aku lalu merebahkan diri.
Dewi : "Siapa mereka Don? Siapa?" tanyanya.
Aku : "Aku tak tahu, sepertinya mereka pernah kecewa denganku."
Aku : "Kamu kenapa di sini? Mana pakaianmu?" tanyaku.
Dewi : "Aku diculik, entah sudah berapa lama. Aku tak tahu lagi siang dan malam."
Dewi : "Sudah sangat lama aku di sini, minta tolong mencoba melarikan diri tapi tak bisa,"
Dewi : "Mereka mau apakan anakku Don? Mau apakan anakku?"
Aku : "Tenanglah, mereka tak akan melakukan hal yang buruk."
Aku : "Selama keinginan mereka dipenuhi. Tenanglah," kataku menghiburnya.
Selama beberapa jam kemudian kami saling diam. Sesekali hanya melihat Dewi saja, kami canggung.
Aku : "Bagaimana kabarmu selama ini?" tanyaku.
Dewi : "Yah, kami bahagia," kata Dewi sambil menyunggingkan senyumnya seperti dulu.
Aku : "Fuck, aku jadi kepingin ngentotin dia sekarang. Tapi aku harus sabar." pikirku.
Aku : "Bagaimana kabar Nando?" tanyaku.
Dewi : "Dia sudah mulai sekolah," jawabnya.
Aku mencoba berdiri, lalu pura-pura kesakitan. Dan ambruk lagi.
Dewi : "Jangan dipaksa kalau masih sakit," katanya.
Melihatnya dengan berbalut selimut benar-benar membuatku konak, tapi segera saja aku memikirkan hal-hal yang positif agar rencanaku tidak jadi berantakan.
Malam itu aku beristirahat. Karena kita tak tahu di luar siang atau malam, maka ya anggap saja malam hari. Aku benar-benar istirahat, untuk memulihkan luka-luka pukulan ini ya memang harus istirahat.
Dewi tidur berjauhan, aku terbangun beberapa waktu kemudian. Kemudian berakting ingin meloloskan diri. Aku mencoba meraih pintu, tapi tak bisa. Aku berusaha menjangkau dengan kakiku pun tidka bisa. Aku lalu mondar-mandir. Kemudian ke kloset untuk kencing. Suara ribut-ribut itu membuat Dewi terbangun.
Dewi : "Ada apa?" tanyanya.
Aku : "Kita harus kabur dari sini. Tapi lewat mana ya?"
Aku : "Aku tak bisa menjangkau pintu, tanganku juga diborgol," kataku.
Aku kemudian menekan air closet dan terdengar suara air closet. Aku lalu duduk di atas ranjang.
Aku : "Wi, boleh aku jujur kepadamu?" tanyaku.
Dewi : "Apa?"
Aku : "Aku sejak dulu suka kepadamu, aku cinta kepadamu."
Aku : "Dan kalau ini adalah saat-saat terakhirku. Biarlah kamu tahu betapa aku sangat mencintaimu,"
Dia terdiam. Lalu bicara.
Dewi : "Aku sudah punya suami Mas,"
Aku : "Aku tak peduli, aku akan buktikan kalau aku ini orang setia."
Aku : "Kau bisa menggugat cerai suamimu, menikahlah denganku!" kataku.
Dewi : "Aku tak bisa, aku mencintai suamiku dan ia juga mencintaiku," katanya.
Aku : "Aku tak percaya, semua lelaki itu sama saja," kataku.
Aku : "Aku juga laki-laki, masa' suamimu tak punya teman wanita?"
Dewi : "Kamu jangan bicara seperti itu, aku tahu siapa suamiku," kata Dewi.
Ucok : "Well, well, selamat pagi semua," kata Ucok dari pengeras suara.
Aku terkejut dan Dewi tampak reflek memelukku dari belakang. Ketika tersadar, ia buru-buru melepaskanku.
Ucok : "Aku mendengarkan percakapan kalian tadi,"
Ucok : "Aku ingin memberitahukan satu hal kepadamu Dewi, sesuatu yang mungkin kau akan terkejut,"
It's show time.
(Bersambung..)
0 komentar:
Posting Komentar