Pages

Rabu, 26 Juli 2017

[Cerita Sex] Obsesi MR. Boss [04] [18+]

Ilustrasi Sherly
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
  • Doni [MR. Boss]
    • Pengusaha
  • Sherly
    • Agen Asuransi
    • Teman Doni [Mantan rekan Kerja]
    • Mama Dani
  • Dani
    • Anak Sherly








Chapter 04
Temanku Sherly

 Sherly, janda beranak satu ini adalah rekan kerjaku dulu. Sekarang ia menjadi agen asuransi. Terus terang pakaiannya selalu sexy. Inilah yang kadang membuatku tergoda ama dia. Tiap kali deketan ama dia berdebar-debar rasanya. Beberapa kali aku mengajaknya untuk sekedar jalan, tapi dia selalu menolak dengan halus. Sebenarnya hubunganku dengan dia biasa saja sih.

 Akhirnya sampailah pada hari itu. Aku tak tahu kalau ia pindah kontrakan. Ketika aku melewati sebuah perumahan, ketemulah aku dengan dia. Dia tampak berjalan sendirian. Aku membuka kaca mobilku. Mobil kulajukan pelan.

Aku : "Mbak Sherly?" sapaku.

Sherly : "Oh, Heii. Apa kabar Don?" balasnya.

Aku :  "Koq jalan?" tanyaku.

Sherly : "Iya, mau pulang," jawabnya.

Aku : "Masuk gih," kataku.

Sherly : "Ndak usah, wong deket koq," katanya.

Aku : "Ayolah, nggak papa. Aku nggak gigit koq. Sekalian mampir di rumah boleh dong," kataku.

Sherly menghentikan jalannya, kemudian mendesah.

Sherly : "Ok deh."

 Ia lalu membuka pintu dan masuk ke mobil. Ia memakai rok mini. Sehingga duduknya agak risih. Kemeja putihnya tampak tak bisa menyembunyikan buah dadanya yang menonjol.


Sherly : "Mobil baru? Terakhir aku lihat kamu belum punya deh?" tanyanya.

Aku : "Yah, begitulah," jawabku.

Aku : "Gimana kabarnya sekarang?"

Sherly : "Baik-baik aja, nanti di depan sana belok kanan yah," katanya.

Aku : "OK,"

Aku mengemudikan mobil sambil sesekali melirik ke arahnya.

Aku : "Dani gimana?"

Dani adalah anak semata wayangnya. Ia bercerai dengan suaminya beberapa tahun yang lalu.

Sherly : "Makin pintar, sekarang sedang ikut neneknya," katanya.

Sherly : "Liburan."

Aku : "Oh, sudah menikah?" tanyaku.

Sherly : "Belumlah Don, belum ada pandangan," jawabnya sambil tertawa.

Sherly : "Udah berhenti, sini rumahnya."

Aku menghentikan mobil di depan rumah berpagar putih. Rumahnya cukup sedang sih.

Aku : "Mau masuk?" tanyanya.

Aku : "Boleh," jawabku.

 Kami berdua pun masuk ke rumah itu. Sherly membuka gembok pagar, kemudian masuk. Rumahnya cukup nyaman. Aku berkali-kali memperhatikan bodynya yang aduhai. Kemudian entah bagaimana Sherly berjalan agak lunglai. Aku lalu mencoba menangkapnya dan.

HAP!

 Untuk beberapa detik lamanya aku menopang tubuhnya agar tidak jatuh. Sherly tampak menatap mataku lekat-lekat.

Aku : "Nggak apa-apa Mbak? Koq kayaknya pusing gitu?" tanyaku.

Sherly : "Oh, maaf. Aku agak ndak enak badan," katanya.

Aku : "Bisa jalan?" tanyaku.

 Ia lalu mencoba bangkit dan malah mau ambruk lagi. Terpaksa dengan cekatan aku lalu membopongnya dan meletakkannya di atas sofa.

Sherly : "Makasih Don, aku pusing banget," katanya.

Aku : "Udah makan?" tanyaku.

Sherly : "Sudah, maaf ya. Aku mau istirahat dulu. Kamu pulang aja deh," katanya.

Aku : "Ndak, aku akan menemanimu sampai kamu pulih," kataku.

Sherly : "Nanti dicariin istrimu lho," katanya.

Aku : "Tidak apa-apa, pikirkan saja dirimu," kataku.

Aku : "Dapurmu mana?"

 Sherly menunjuk ke belakang. Aku segera ke sana dan mengambil gelas. Lalu aku mengambil air dari dispenser. Kemudian kuserahkan kepadanya.

Aku : "Minum dulu, mau aku buatin sesuatu?" tanyaku.

Ia menggeleng. Diminumnya air tersebut. Setelah itu ia merebahkan diri.

Sherly : "Aku cuma butuh memejamkan mata sejenak koq Don,"

Sherly : "Ndak apa-apa. Kamu pulang saja deh," katanya.

Aku : "Tenang aja, aku akan ada di sini kalau kau butuh apa-apa."

Aku : "Lagian kamu di rumah sendirian," kataku.

 Sherly tersenyum. Ia lalu memejamkan matanya. Aku duduk di sampingnya. Memandangi wajahnya ketika ia menutup mata. Tak berapa lama kemudian ia sudah terlelap. Fuck, ingin banget aku entot saat itu. Apalagi ia sangat sexy sekali. Aku harus menahan diri. Aku lalu duduk di sofa di depannya. Aku main-main ponsel sambil menunggu dia terjaga.

Ah, akhirnya aku tertidur juga.

Aku terbangun ketika tanganku digoyang-goyang oleh Sherly.

Sherly : "Don, bangun. Kamu ndak pulang?"

 Aku membuka mataku. Tampak Sherly juga baru bangun. Aku melihat keluar jendela hari sudah gelap. Jam ponselku menunjukkan pukul 18:00.

Sherly : "Makasih sudah menjagaku," katanya.

Aku : "Nggak usah dipikirkan," kataku.

Aku : "Kamu baik-baik saja?"

Sherly : "Iya, aku baik-baik saja. Cuma kecapekan koq," katanya.

 Aku lalu berdiri. Saat itulah Sherly terhuyung lagi. Aku menangkapnya dan secara tak sengaja, ia jatuh di atas dadaku. Wajahnya hanya berjarak satu senti. Kami berada di atas karpet. Kesempatan ini tak bisa aku biarkan, segera aku majukan bibirku hingga menyentuh bibirnya. Sherly terdiam. Ia terkejut ketika bibirku menempel di bibirnya, bahkan kini mulai memagut, ia bingung, kemudian mengikuti panggutanku. Untuk beberapa saat kami berpanggutan di atas karpet, hingga kemudian ia tersadar.

Sherly : "Tidak, tidak tidak," ia segera bangkit.

Ia kemudian berlari menuju kamar.

 Aku bangkit dan mengejarnya. Tampak ia membelakangiku sambil mengatur nafas. Ia berbalik, aku langsung menyambutnya dengan ciuman, akhirnya ia pun membalasnya.

Sherly : "Ah, persetan. Ayo Don, bercintalah denganku sekarang," katanya.

 Mendapat angin hijau ini, aku segera berinisiatif. Kulepaskan bajuku, ia melepas kemejanya. Bra warna pink pun tampak. Kemudian ia melepaskan rok mininya, CD warna putih membuatnya semakin seksi. Pahanya berwarna putih langsung aku belai. Kami lalu ambruk di atas ranjang. Pergulatan itu pun kian panas. Saat tangan kami saling menyentuh daerah-daerah sensitif. Aku remas dadanya, kulepaskan BH-nya. Ia pun tak kalah lihai, dipelorotkan CD-ku dan kemudian mengocok-ngocok batangku dengan pijatan lembut.

 Aku lalu menelusuri lehernya, kuhisap dan kuberian beberapa cupang di sana. Sherly menggelinjang. Ciumanku terus turun, ke dadanya, kuhisap teteknya dengan ukuran 34D itu. Putingnya aku jilati, kumainkan, kupelintir-pelintir hingga ia melek merem. Ia tak banyak bicara, hanya desahan dan desahan. Aku lalu turun ke perutnya, kuciumi pusarnya, dan kebawah. Kupelorotkan CDnya, kuciumi aroma kewanitaannya. Kujilati selakangannya, pahanya dan kuremas pantatnya. Sherly menggelinjang, dimajukan pantatnya aku pun langsung menjilat tempat pribadinya.

Sherly : "Ohh...Don....hmmmhhh,...," Sherly terbius ekstasi jilatan lidahku.

 Aku menusuk-nusuk tempat pribadinya dengan lidahku dan menari-nari di sana. Sensasi itu tak bisa dibendungnya, ia meremas kepalaku dan duduk melihatku. Mulutnya terbuka seolah-olah ia benar-benar merasakan kenikmatan yang tak pernah ia dapati sebelumnya.

Sherly : "Ahh...Don, nikmat banget...hhmmmhh...ahh...terus...terus!" rancaunya.

 Aku pun tak tinggal diam, tanganku menyentuh klitorisnya dan mengusap-usapnya. Memberikan efek yang lebih dahsyat lagi.

Sherly : "Aku keluar...aku keluar..aku keluuuu....aaaaarr....aAAAHHHh!"

 Lendir-lendir itu keluar dengan derasnya. Aku lalu berlutut dan mengarahkan penisku ke mulutnya. Ia mengerti maksudku. Segera ia masukkan kepala pionku ke mulutnya. Dijilatilah helemnya itu. Oh, aku makin bernafsu. Apalagi ia tambahi bonus dengan menghisap telur dan meremas-remasnya. Ia kemudian mengoralku.

Aku : "Ohh...nikmat sekali. Ia sangat profesional. Jelaslah, sudah janda." pikirku.

 Paling tidak selama 10 menit dioral, aku benar-benar melayang. Kalau aku teruskan bsa-bisa aku jebol duluan. Aku kemudian menyuruhnya nungging. Kuposisikan penisku tepat di bibir vaginanya.

SLEB..

 Saking banyaknya lendir, penisku masuk dengan mudah. Aku benamkan dalam-dalam sambil merasakan sensasi kedutan pada vaginanya.

Sherly : "Ohh...Don...ohh...penismu....ohh....enak, penuh rasanya," katanya.

 Segeralah aku goyang pantatku. Selakanganku membentur patatnya yang bahenol. Yang selalu aku impikan. Sekarang aku dapatkan juga. Puas dengan gaya doggy style. Aku pun melakukan gaya misionari.

Aku : "Mbak Sherly, enak banget....," kataku.

Sherly : "Don...oh...aku keluar lagi Don...keluar....," katanya.

Aku : "Aku juga Mbak, di mana ini? Di dalem aja ya?" kataku.

Sherly : "Iya, terserah...hamil hamil deh....," katanya.

CROOOTTT..CROOOTTT...CROOOTT!

 Kami keluar bersama, Sherly menjerit keras memanggil namaku. Kami berpelukan erat. Menikmati sisa-sisa orgasme. Walaupun sudah orgasme, tapi tampaknya penisku masih on. Entah, baru kali ini aku mengalaminya.

Sherly berkeringat. Aku telentang di sampingnya.

Sherly : "Kayaknya tadi aku diberi obat perangsang deh. Makanya kayak gini," kata Sherly.

Aku : "Oh ya?" tanyaku.

Sherly : "Kamu beruntung banget, ngentot ama aku. Gratis lagi, dasar!" katanya.

Aku : "Tapi sejujurnya aku dari dulu aku juga suka ama kamu koq Mbak," kataku.

Sherly : "Don, kita tak boleh melakukan ini lagi. Anggap ini kecelakaan,"

Sherly : "Aku tak mau nanti malah menghancurkan rumah tanggamu," katanya.

Aku : "Udahlah Mbak. Kita kan menikmati hal ini," kataku. Aku cium lagi dia.

Sherly meraba penisku.

Sherly : "Gila, kamu masih ingin lagi?"

 Aku kemudian langsung menindihnya dan mengulanginya. Ternyata memang, ia hari itu diberi obat perangsang ama temannya sayangnya, aku yang dapat enaknya.

 Setelah hari itu, setiap ada kesempatan, aku selalu bercinta dengan Sherly. Tapi sampai saat ini ia masih menganggapku teman. Walaupun sekarang ia sudah mengandung benihku berusia 1 bulan.


(Bersambung..)




















Sumber : 
Semprot by arczre

0 komentar:

Posting Komentar