![]() |
Ilustrasi Nia |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, Milf, Selingkuh
Para Tokoh:- Nia Krisna Haryanto [Nia]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Krisna Harnyanto
- 28 Tahun
- Putri Krisna Haryanto
- Anak Krisna dan Nia
- 1,5 Tahun
- Anna
- Guru Madrasah
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Afandi
- Krisna Haryanto
- Lurah
- Suami Nia
- Afandi
- Guru Madrasah
- Suami Anna
- Yanto
- Tukang Kebun Nia Krisna Haryanto
- 60 Tahun
- Sudarsono [Darso]
- Pensiunan Polisi
- Duda anak 1
- 60 Tahun
- Parjo
- Pemilik Warung Kopi
Chapter 08
Yanto kembali bekerja seperti biasanya, yaitu membersihkan halaman rumah.
Satu jam kemudian terlihat mobil memasuki pekarangan rumah.
Ternyata Pak Lurah yang datang dari luar kota.
Krisna : "Pak, tolong bawain barang barang saya ke dalam ya"
Yanto : "Ya Pak"
Krisna : "Pak, tolong bawain barang barang saya ke dalam ya"
Yanto : "Ya Pak"
Orang tua itu sambil tersenyum geli membayangkan bagaimana seandainya Pak Lurah tahu bahwa istrinya yang cantik itu dari malam tadi sampai pagi di gagahi dua orang bandot tua.
Yanto membawa masuk barang barang Pak Lurah masuk kedalam kamar, disana Ia melihat Nia sudah terlihat rapi dan bersih dan yang selalu membuat kontol Yanto selalu ngaceng adalah Nia terlihat sangat cantik sekali dan begitu menggairahkan.
Sementara Nia tak begitu menghiraukan Yanto, sikapnya biasa saja seperti tak ada apa apa.
Setelah selesai memasukkan barang barang Pak Lurah, Yanto kembali mengerjakan tugasnya.
Tak terasa hari sudah berganti sore, Yanto sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari itu, kini Ia bersiap untuk pulang, sebelum pulang Ia bermaksud membersihkan diri ke kamar mandi dibelakang, saat hendak masuk kamar mandi, Yanto melihat Nia yang memakai tank top warna biru dengan rok span warna putih sedang mencuci piring didapur, saat sedang mencuci posisi Nia membungkuk, sedang pantatnya yang membulat besar itu agak diangkat sedikit.
Tak terasa hari sudah berganti sore, Yanto sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari itu, kini Ia bersiap untuk pulang, sebelum pulang Ia bermaksud membersihkan diri ke kamar mandi dibelakang, saat hendak masuk kamar mandi, Yanto melihat Nia yang memakai tank top warna biru dengan rok span warna putih sedang mencuci piring didapur, saat sedang mencuci posisi Nia membungkuk, sedang pantatnya yang membulat besar itu agak diangkat sedikit.
Melihat pemandangan itu, batang kontol Yanto kembali berdiri, Yanto pun mendekati Nia dan merangkulnya dari belakang.
Yanto : "Cantik sekali Bu Lurah, kalau pakai baju ini, saya jadi pengin lagi"
Yanto : "Cantik sekali Bu Lurah, kalau pakai baju ini, saya jadi pengin lagi"
Nia : "Pak Yanto ini apa apaan sih, nanti kalau ketahuan suami saya gimana?"
Nia sedikit sewot.
Wanita cantik itu tak habis pikir dengan bandot tua satu itu, gak ada capeknya orang tua itu, pagi tadi udah menggagahinya, ditambah bekerja seharian tapi sorenya masih pengin minta lagi.
Yanto : "Pak Lurah sedang tidur pules,"
Yanto : "Pak Lurah sedang tidur pules,"
Yanto : "Gak mungkin dia tahu kecuali kalau Bu Lurah pingin dia tahu...."
Yanto : "Udah gak usah lama lama turutin saja kemauan saya"
Nia : "Udah buruan,..tapi jangan lama lama"
Nia : "Udah buruan,..tapi jangan lama lama"
Nia agak kesal juga.
Yanto : "Beres, nggak sampai 10 menit, hehehe"
Yanto : "Beres, nggak sampai 10 menit, hehehe"
Seringai Yanto menambah Nia tambah kesal.
Yanto segera memelorotkan kolornya, kontolnya yang sudah berdiri tegak meloncat dari sarangnya, kemudian Yanto menyingkap rok Nia ke atas dan juga memelorotkan celana dalam yang dikenakan ibu muda cantik itu.
Yanto segera memelorotkan kolornya, kontolnya yang sudah berdiri tegak meloncat dari sarangnya, kemudian Yanto menyingkap rok Nia ke atas dan juga memelorotkan celana dalam yang dikenakan ibu muda cantik itu.
Yanto meludahi batang kontolnya, lalu batang kontol besar dan panjang juga hitam berurat itu Ia gesek gesekan sebentar dibelahan pantat Nia.
Tak lama kemudian kontol Yanto mulai membelah liang vagina Nia dan menusuknya ke dalam memek wanita itu.
Nia pun mengernyitkan dahinya merasakan perih yang teramat sangat.
Nia : "Auuuwww,...sakiiiitt...pelan pelan Pak"
Nia : "Auuuwww,...sakiiiitt...pelan pelan Pak"
Yanto : "Tenang saja Lonteku,...nanti juga lama lama enak"
Yanto mulai menggerakan pinggulnya maju mundur dan sore itu kedua insan berlainan jenis itu kembali mengulangi persetubuhannya ,dalam posisi berdiri.
Yanto mulai menggerakan pinggulnya maju mundur dan sore itu kedua insan berlainan jenis itu kembali mengulangi persetubuhannya ,dalam posisi berdiri.
Nia sedikit membungkukan badannya.
Sementara Yanto menusuk vaginanya dari belakang.
Persetubuhan sore itu terlihat panas, Yanto semakin menaikan temponya menusuk nusuk vagina Nia, kedua tanganya meremasi payudara montok Nia yang ikut terguncang seiring gerakan maju mundur pinggul Yanto.
Yanto memalingkan wajah Nia ke arahnya dan kemudian bibirnya menyambar bibir ibu muda yang cantik itu, melumatnya dengan penuh nafsu.
Yanto memalingkan wajah Nia ke arahnya dan kemudian bibirnya menyambar bibir ibu muda yang cantik itu, melumatnya dengan penuh nafsu.
Nia yang juga sudah merasakan birahinya kembali bangkit membalas pagutan bandot tua itu.
Nia : "Hmmpppptttt"
Rasa sakit yang dirasakan Nia sudah hilang dan kini berganti dengan kenikmatan, wanita itu pun mendesah lirih agar tak membangunkan suaminya yang sedang tidur.
Nia : "Ah,ah,ah,ah,aaakhhhh,...."
Nia : "Hmmpppptttt"
Rasa sakit yang dirasakan Nia sudah hilang dan kini berganti dengan kenikmatan, wanita itu pun mendesah lirih agar tak membangunkan suaminya yang sedang tidur.
Nia : "Ah,ah,ah,ah,aaakhhhh,...."
Yanto juga merasakan kenikmatan yang sama, orang tua itu merasakan memek Nia begitu licin dan hangat, hingga saking nikmatnya, Ia tak dapat menahannya, sampai akhirnya tubuhnya mengejang, begitu juga dengan Nia yang juga merasakan ogasmenya akan datang, tubuh Nia melengkung dan keduanya pun orgasme secara bersamaan.
Seeeerrrrr....Seeeerrrrr...Seeerrrrr
Crt,crt,crt,crt,crt
Ada lima kali tembakan sperma Yanto mengisi rahim Nia dan beruntung waktu itu bukan waktu yang subur bagi rahim Nia.
Suara keduanya terdengar terengah engah usai persetubuhan itu.
Yanto mencabut batang kontolnyadari vagina Nia, kemudian Ia memungut celana dalam Nia dan memasukannya ke saku.
Yanto : "Mulai sekarang kalau lagi dirumah jangan pakai daleman.."
Yanto : "Biar kalau lagi pengin biar cepet"
Sebelum pergi Yanto mengecup kening Nia.
Muaaacchhh...
Yanto "Terima kasih untuk pelayanan hari ini"
Yanto lalu pergi meninggalkan Nia.
Setelah merapikan diri, Nia kembali mengerjakan pekerjaanya yang sempat tertunda.
Sementara itu kesokaan harinya...
![]() |
Anna |
Darso hendak mengantar Ustadzah Anna ke kantor Polisi untuk menjenguk suaminya yang sedang di tahan di sel MaPolres setempat.
Ustadzah Anna tadinya ingin pergi sendiri dengan memesan ojek online, tapi setelah dirayu rayu oleh Darso, akhirnya mau juga Ia berboncengan dengan Darso.
Tiba di Mapolres keduanya langsung masuk ke dalam, mereka menemui petugas yang sedang berjaga dan memberi tahu ingin bertemu dengan Ustadz Afandi, tak lama mereka menunggu akhirnya Ustadz Afandi datang menemui mereka, Ustadzah Anna tak kuasa menahan tangis saat Ia melihat suaminya yang terlihat sangat lesu dan nampak seperti keletihan, nampak ada luka lebam di bagian wajah, kusut sekali ustadz Afandi saat itu.
Tiba di Mapolres keduanya langsung masuk ke dalam, mereka menemui petugas yang sedang berjaga dan memberi tahu ingin bertemu dengan Ustadz Afandi, tak lama mereka menunggu akhirnya Ustadz Afandi datang menemui mereka, Ustadzah Anna tak kuasa menahan tangis saat Ia melihat suaminya yang terlihat sangat lesu dan nampak seperti keletihan, nampak ada luka lebam di bagian wajah, kusut sekali ustadz Afandi saat itu.
Anna : "Assalamu’alaikum.. Abi, gimana kabar Abi disini?"
Darso : "Assalamu;alaikum Ustadz"
Ustadz Afandi tak menjawab pertanyaan istrinya, hanya lelehan air mata keluar dari sudut matanya.
Afandi : "Rasanya aku ingin mati saja Umi,..."
Ustadz Afandi tak menjawab pertanyaan istrinya, hanya lelehan air mata keluar dari sudut matanya.
Afandi : "Rasanya aku ingin mati saja Umi,..."
Afandi : "Mereka telah memaksaku untuk mengakui perbuatan yang tidak aku lakukan"
Afandi : "Dan karena tak tahan dengan semua siksaan aku terpaksa mengakui,..."
Afandi : "Mereka sudah melecehkan Abi, Umi...."
Afandi : "Abi sudah kotor,..Hiks,hiks,hiks"
Ustadz Afandi menceritakan bahwa baru semalam berada di sel Mapolres itu ia mengalami siksaan lahir batin yang begitu hebat, dari siksaan fisik yang dilakukan oleh para penyidik ditambah lagi Ia dimasukan kedalam sel bersama dengan tahanan kriminal lainnya dan di dalam sel itu ia diperlakukan tidak senonoh oleh para Napi.
Didalam sana, bahkan sampai ada yang menyodomi Ustadz afandi hingga membuat Ustadz Afandi tak kuasa menahan siksaan itu, akhirnya dengan terpaksa Ia harus mengakui perbuatan yang sama sekali tak pernah ia lakukan.
Perih sekali hati Ustadzah Anna mendengar cerita suaminya, Ia sampai tak sanggup mendengarnya. Pertemuan dengan suaminya di Mapolres itu tak berlangsung lama karena petugas jaga mendatangi mereka dan menyampaikan bahwa waktu berkunjung sudah habis.
Perih sekali hati Ustadzah Anna mendengar cerita suaminya, Ia sampai tak sanggup mendengarnya. Pertemuan dengan suaminya di Mapolres itu tak berlangsung lama karena petugas jaga mendatangi mereka dan menyampaikan bahwa waktu berkunjung sudah habis.
Ustadz Afandi sudah di bawa masuk lagi ke dalam selnya.
Ustadzah Anna dan Darso meninggalkan MaPolres, namun baru sampai didepan pintu keluar Darso bertemu dengan Kapolres, yaitu AKBP Haryadi.
Haryadi : "Pak Darso"
Darso : "Selamat Pagi Komandan"
Haryadi : "Pak Darso"
Darso : "Selamat Pagi Komandan"
Haryadi : "Ah, Pak Darso bisa aja, gimana kabarnya?"
Darso : "Yah seperti yang Bapak lihat, saya masih seger buger gini"
Haryadi : "Gimana kabar Anton?"
Darso : "Yah seperti yang Bapak lihat, saya masih seger buger gini"
Haryadi : "Gimana kabar Anton?"
Haryadi : "Saya dengar sekarang dia udah dipromosikan"
Haryadi : "Naik setingkat lebih tinggi dari saya.....selamat ya Pak"
Pak Haryadi memberi ucapan selamat pada Darso untuk anaknya.
AKBP Haryadi yang sebagai Kapolres di tempat Darso tinggal memang teman satu angkatan dengan anaknya yang sama sama mengenyam pendidikan di akademi kepolisian.
Kapolres itu mengajak Darso duduk di ruang loby, Ustadzah Anna juga ikut gabung hanya tempat duduknya memisah.
Meski sudah menjadi seorang Kapolres namun pak Haryadi sangat menghormati kedua orang itu bercakap cakap, hingga Darso menyinggung soal Ustadaz Afandi.
Darso : "Gimana dengan kasus Ustadz Afandi Pak Kapolres?"
Haryadi : "Hmm,..ini kasus berat Pak"
Haryadi : "Hmm,..ini kasus berat Pak"
Haryadi : "Dan tersangka sudah mengakuinya, ancamannya pun hukuman mati"
DEGH..
DEGH..
Jantung Ustadzah Anna seperti berhenti mendengar pernyataan Kapolres.
Anna : "Tapi suami saya tidak bersalah Pak,...kenapa dihukum seberat itu"
Ustadzah Anna dengan suara gemetaran, emosi sudah mulai tak terkendali.
Haryadi : "Itu nanti, ibu bisa melakukan pembelaan di pengadilan,"
Haryadi : "Itu nanti, ibu bisa melakukan pembelaan di pengadilan,"
Haryadi : "Tapi untuk saat ini berkas berkasnya sudah ditanda tangani oleh tersangka,"
Haryadi : "Kami tinggal melengkapinya,"
Haryadi : "Kemungkinan dua minggu yang akan datang akan kami limpahkan ke Kejaksaan,"
Haryadi : "Ibu bisa melakukan pembelaan nanti setelah ada proses pengadilan"
Ustadzah Anna sudah tak sanggup berkata kata lagi, matanya terlihat sembab, tubuhnya terasa lemas, ingin rasanya ia pingsan saat itu, tapi Ia mencoba menguatkan dirinya.
Melihat hal itu Darso pun berpamitan pada Kapolres, namun sebelumnya sempat tukeran nomer HP dengan Kapolres.
Haryadi : "Simpan saja nomer saya Pak Darso"
Haryadi : "Simpan saja nomer saya Pak Darso"
Haryadi : "Barangkali sewaktu waktu Pak Darso membutuhkan Saya"
Darso : "OK,...Pak...kami pamit dulu"
Kemudian Darso dan Ustadzah Anna pun meninggalkan Mapolres, dengan berboncengan naik motor milik Darso, tak berapa lama kemudian sampailah mereka dirumah kontrakan Ustadzah Anna.
Darso : "OK,...Pak...kami pamit dulu"
Kemudian Darso dan Ustadzah Anna pun meninggalkan Mapolres, dengan berboncengan naik motor milik Darso, tak berapa lama kemudian sampailah mereka dirumah kontrakan Ustadzah Anna.
Anna : "Terimakasih atas bantuan Pak Darso"
Anna : "Saya tak bisa membalasnya, semoga Allah membalas kebaikan Pak Darso"
Ustadazah Anna turun dari motor dan kemudian masuk ke dalam rumah kontrakannya, baru beberapa langkah Ia berhenti.
Darso : "Saya bisa membantu Ustadz Afandi keluar dari penjara,...tapi itu tak mudah..."
Darso : "Maka saya mengajukan syarat buat Bu Ustadaz"
Darso : "Itu juga kalau Bu Ustadz mau menerimanya"
Mendengar kata kata Darso, Ustadzah Anna seperti mendapat secercah harapan, Ia tahu Darso bisa menolong suaminya, Ustadzah Anna tak peduli dengan syarat apa yang akan diminta Darso, asal suaminya bebas dari penderitaan Ia akan melakukan apa saja.
Anna : "Apa syarat yang bisa saya lakukan Pak?"
Anna : "Apa syarat yang bisa saya lakukan Pak?"
Darso : "Syaratnya Bu Ustadz mau tidur dengan saya"
DEGH...
Jantung Ustadzah Anna seperti terhenti mendengar kata kata Darso
Berat sekali syarat yang diajukan Darso untuknya, apakah Ia harus menjual kehormatannya demi membebaskan suaminya dari penjara bahkan ancaman hukuman mati.
Berat sekali syarat yang diajukan Darso untuknya, apakah Ia harus menjual kehormatannya demi membebaskan suaminya dari penjara bahkan ancaman hukuman mati.
Ustadzah Anna mendadak kepalanya menjadi pening.
Darso : "Bu Ustadz tak harus menjawabnya sekarang"
Darso : Malam ini silahkan Bu ustadz pertimbangkan dengan penuh pertimbangan"
Darso : "Ingat nasib Ustadz Afandi Bu Ustad....."
Darso : "Saya pamit dulu Bu Ustdaz,"
Darso : "Besok saya ke sini lagi meminta jawaban dari Bu ustadz"
Darso sambil menyetater motornya dan kemudian pergi meninggalkan Ustadzah Anna.
Ustadzah Anna masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kekamar nya, disana Ia merebahkan tubuhnya, berat sekali cobaan yang harus Ia hadapi saat ini, suaminya sedang di penjara dan mengalami siksaan lahir batin yang luar biasa hebatnya, sampai Ia tak sanggup membayangkan bagaimana nasib suaminya kalau lama dipenjara, baru semalam saja ia sudah mengalami siksaan yang begitu berat.
Ustadzah Anna masuk ke dalam rumahnya dan langsung menuju kekamar nya, disana Ia merebahkan tubuhnya, berat sekali cobaan yang harus Ia hadapi saat ini, suaminya sedang di penjara dan mengalami siksaan lahir batin yang luar biasa hebatnya, sampai Ia tak sanggup membayangkan bagaimana nasib suaminya kalau lama dipenjara, baru semalam saja ia sudah mengalami siksaan yang begitu berat.
Hatinya bimbang,apakah menerima persyaratan yang diajukan Darso dengan konsekuensi Ia harus menjual kehormatannya, ataukah pasrah menerima kenyataan hidup ini.
"Anna, terima saja persyaratan yang diajukan Darso...."
Satu sisi hatinya berkata.
"Dengan begitu kamu bisa membebaskan suamimu dari segala penderitaan"
Satu sisi hati yang lainnya berkata.
"Jangan Anna, jangan kau lakukan itu, itu sangat berdosa, jangan kau lakukan itu"
Ustadzah Anna menjadi pusing memikirkannya, namun dalam relung hatinya yang paling dalam Ia sangat menyayangi suaminya, tak sanggup rasanya Ia membayangkan penderitaan yang di alami suaminya saat dipenjara.
Lama Ia memikirkan semuanya itu membuat kepalanya pening, lelehan air matanya keluar dari sudut matanya, Ustadzah Anna pun meratapi nasibnya.
Anna : "Ya Allah, kenapa kau berikan cobaan seberat ini kepadaku Ya Allah"
Anna : "Ya Allah, kenapa kau berikan cobaan seberat ini kepadaku Ya Allah"
Sementara itu...
Darso sudah berada di warung kopi milik Parjo, saat baru menyeruput kopinya, dering suara HP nya terdengar.
Tuuuttttt...Tuuutttt....
Darso : "Halo, Iya Pak Kapolres,ada yang bisa saya bantu?"
Haryadi : "Pak Darso, bisa ke kantor sekarang Pak?"
Darso : "Iya Pak,bisa...tunggu setengah jam lagi saya tiba disana"
Haryadi : "Ya, sudah saya tunggu ya Pak,..selamat siang"
Haryadi : "Ya, sudah saya tunggu ya Pak,..selamat siang"
Kapolres kemudian menutup telepon.
Darso juga menutup telepon.
Kemudian Ia membayar kopi yang baru diminumnya.
Parjo : "Buru buru amat sih Pak Darso,"
Darso : "Iya nih, ada urusan dengan Pak Kapolres...udah dulu ya Jo”
Darso meninggalkan warung.
Motor Darso melaju di jalanan dengan kecepatan sedang, setengah jam kemudian sampailah Darso di Mapolres dan ia langsung menuju ke dalam ruangan Kapolres.
Tok,tok,tok
Haryadi : "Silahkan masuk Pak"
Tok,tok,tok
Haryadi : "Silahkan masuk Pak"
Darso masuk memberikan salam dan duduk dikursi berhadapan dengan Kapolres.
Darso : "Ada apa ini Pak kok kayaknya ada urusan penting?"
Haryadi : "Begini Pak Darso,tadi saya dapat telepon dari Polda"
Darso : "Ada apa ini Pak kok kayaknya ada urusan penting?"
Haryadi : "Begini Pak Darso,tadi saya dapat telepon dari Polda"
Haryadi : "Bahwa ternyata ada kesalahan prosedur dalam menangkap Ustadz Afandi kemarin"
Darso : "Maksudnya gimana Pak,..Saya belum mengerti?"
Haryadi : "Begini Pak Darso, kami akui ada kesalahan informasi dari inteligen kami"
Haryadi : "Bahwa Ustadz Afandi yang kemarin kami tangkap bukanlah terorisnya,"
Haryadi : "Ternyata ada Ustadz Afandi lain di wilayah Polres ini"
Haryadi : "Dan untuk itu saya minta bantuan Pak Darso"
Haryadi : "Untuk menyelamatkan reputasi kami"
Darso : "Apa yang bisa saya lakukan dalam hal ini Pak Kapolres?"
Haryadi : "Kita bebaskan Ustadz Afandi dengan alasan Pak Darso sebagai Penjamin"
Mendengar pernyataan Kapolres, hati Darso bertambah senang, peluang dirinya untuk bisa meniduri Ustadzah Anna semakin besar, tapi itu semua tergantung juga dari usahanya membujuk wanita itu.
Darso : "Oke,..Saya menerimanya Pak, saya mau jadi penjamin bagi Ustadz Afandi"
Haryadi : "Baik, ini akan kita proses"
Haryadi : "Kemungkinan dua hari kedepan bisa kami lepaskan"
Darso : "Oke,...kalau begitu saya pamit dulu Pak."
Dengan penuh suka cita Darso pulang kerumahnya untuk berisitirahat, sudah terbayang dalam angan angannya bisa meniduri Ustadzah Anna.
Darso : "Oke,...kalau begitu saya pamit dulu Pak."
Dengan penuh suka cita Darso pulang kerumahnya untuk berisitirahat, sudah terbayang dalam angan angannya bisa meniduri Ustadzah Anna.
0 komentar:
Posting Komentar