Pages

Rabu, 26 Juli 2017

[Cerita Sex] Obsesi MR.Boss [06] [18+] [END]

Ilustarsi Lia Nurhayati
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
  • Doni [MR. Boss]
    • Pengusaha
  • Ucok
    • Anak Buah [MR. Boss]
    • Suami Lia Nurhayati
  • Lia Nurhayati
    • Anak Buah [MR. Boss]
    • Mantan PSK 
    • Istri Ucok
  • Dewi
    • IRT [Ibu Rumah Tangga]
    • Istri kedua Doni [MR.Boss]
  • Sherly
    • Agen Asuransi
    • Teman Doni [Mantan rekan Kerja]
    • Mama Dani
  • Asri 
    • Istri Ketiga Doni [MR.Boss]
    • Kakak Tiri Doni [MR.Boss]
    • Mama Raka
  • Raka
    • Anak Herman dan Asri
  • Dani
    • Anak Sherly
  • Nando
    • Siswa TK
    • Anak Sugiyono dan Dewi







Chapter 06
 Thank You MR. BOSS

 Lia mengunjungiku lagi. Kini ia sudah menjadi istri Ucok. Kayaknya mereka berdua sudah bahagia. Bahkan aku bisa melihat anaknya yang diajak oleh keduanya. Aku dan istri-istriku dan keluarga besar kami berkumpul pas lebaran ini. Seperti lebaran-lebaran yang lain, semuanya saling mengunjungi saling mengucapkan selamat. 

Aku pun bicara sendirian dengan Ucok di halaman depan.

Aku : "Bagaimana kabarnya Cok?" tanyaku.

Ucok : "Baik-baik saja Bos, tampaknya Mr. Boss sekarang lebih makmur dengan tiga istri,"

Aku tersenyum. 

Aku : "Ndak juga Cok, biasa aja"

Aku : "Kamu juga tampaknya bahagia. Udah punya anak sekarang."

Ucok : "Iya sih Bos, hanya saja. Itu bukan anakku,"

Aku : "Lho? Koq bisa?" tanyaku.

Ucok : "Ketika pulang kampung, rupanya dia sudah hamil Bos."

Ucok : "Ia sendiri bilang ketika menikah kalau ia sudah hamil."

Ucok : "Jadi anak itu jelas bukan anakku."

Ucok : "Dan karena ia dulunya pelacur, aku tak tahu siapa yang menghamili dia,"

Ucok : "Untungnya ia mirip banget ama ibunya,"

Ucok : "Jadi ndak ada orang yang tahu kalau itu bukan anakku."

Aku : "Trus?" tanyaku.

Ucok : "Tapi ia makin cinta kepadaku Bos, ketika aku menerima dia apa adanya."

Ucok : "Syukurlah dan sekarang ia sedang mengandung anak kami. Beneran anak kami."

Ucok : "Tapi Bos, kayaknya anak pertama dia mirip banget ama Bos," 

Aku : "Iya, aku dulu pernah menidurinya. Mungkin saja," kataku.

Ucok : "Ah, pantas sajalah. Tapi tak apa Bos, kalau itu dari pria lain, udah aku habisi itu orang,"

Ucok : "Aku anggap itu titipan bos buatku."

Ia tersenyum dan menghela nafas lega. 

 Lia pun datang menghampiri Ucok. Ia memakai jilbab lebar dan gamis berwarna orange dengan hiasan unik. 

Lia : "Mas, tolong anterin ibu ama bapak dong. Mereka ingin beli sesuatu di mal."

Ucok : "Oh, ok baiklah, jaga dia sebentar ya Mr.Boss," 

Ucok tersenyum penuh arti kepadaku.

 Setelah Ucok pergi tinggallah aku dan Lia sendirian. Aku melihat anak yang berusia kurang lebih tiga tahun itu. Memang benar, mirip aku. 

Lia terdiam.

Lia : "Ini anakku?" tanyaku.

Ia mengangguk. 

 Anak itu tampak melihat teman-temannya sedang bermain di halaman. Ia pun segera menghampiri mereka.

Aku : "Bagaimana kabarmu?" tanyaku.

Lia : "Baik," katanya. 

Lia : "Aku tak menyangka Ucok sangat baik kepadaku."

Lia : "Sebagai suami ia sudah berubah total sekarang."

Aku berdiri. Bergegas meninggalkannya seorang diri. 

 Lia tampak berbicara kepada anaknya sebentar, lalu menyusulku. Aku masuk ke rumah dari pintu belakang, kemudian masuk ke kamarku. Lia menyusulku, aku terkejut. Ia mengunci pintu. Kemudian mendorongku hingga duduk di atas ranjang. Ia berlutut, ia buka celanaku, resletingku, mengeluarkan isinya. Kemudian dia tanggalkan gamisnya, BH-nya, CD-nya, lalu ia mengulum penisku. Cepat sekali. 

Aku : "Oh, Lia...apa ini? Kamu sudah bersuami." kataku.

Lia : "Aku sudah bilang Bos, suamiku teteplah si Bos," katanya. 

Ia mengoralku, menghisap ujung penisku, menjilati batangnya, lalu menyedot telurnya. 

Aku : "Tapi..oh...Lia, aku tak enak ama Ucok. Nanti kalau ketahuan gimana?" tanyaku.

Lia : "Bos, aku sangat kangen, biarlah kita ketahuan.

Aku tak peduli, yang penting basahi rahimku dengan spermamu,

Lia : "Aku sudah kangen sekali," katanya.

Aku : "Baiklah, tapi cpat ya," kataku.

 Ia tampak gembira. Segera ia naik ke pangkuanku. Menempatkan penisku tepat di vaginanya yang sudah becek. Dadanya tepat di depan mulutku, aku pun menghisap teteknya. 

Aku : "Oh..ada susunya."

Lia : "Boss, ayo hhhhmmm...." 

Suaranya mendesah ketika penisku menerobos vaginanya yang basah itu. Ia pun bergerak naik turun.

Aku : "Koq sudah basah banget?" tanyaku.

Lia : "Aku udah horny mikirin bos sejak dari rumah, tambah horni melihat bos makin tampan," 

 Ia mempercepat goyangannya. Ia naik turun, dadanya naik turun. Aku bantu untuk menyedot, mengempengnya. Aku peluk dia. Kerudungnya bergerak naik turun, mengikuti irama.

Lia : "Bos, aku keluar Boss. Aduuhh...cepetnya,"

 Pantatnya menegang. Ia memelukku erat, bahkan mencakar punggungku dengan kukunya. Kami berciuman, saling menghisap dan memanggut. Ia lalu melepaskan penisku.

 Ia lalu tidur teletang di tepi ranjang. Aku membuka kedua pahanya. Kuarahkan pionku ke vaginanya. Kudorong tanpa ada halangan. Walaupun sudah punya anak, kayaknya masih seret juga. Goyangan demi goyangan terus aku hujamkan ke arah selakangannya. 

Lia "Boss...ooh...enak....hhmmm...keluarin di dalem ya Bos, aku ingin merasakannya lagi." 

 Dadanya yang makin besar karena berisi ASI itu naik turun. Aku makin mempercepat iramaku sambil memeluknya. Dan penisku mentok, berkedut-kedut dan.

CROOT CROOT CROOT

 Muncratlah lahar putih ke dalam rahimnya. Semprotannya berkali-kali, hingga mungkin pabrik spermaku kering.

 Lia mengeluh panjang. Vaginanya berkedut-kedut meremas penisku. Aku diamkan beberapa saat, kemudian aku cabut. Spermaku tampak menggumpal di vaginanya. Ia menatapku sayu, sambil tersenyum puas. 

 Aku untungnya masih berpakaian, jadi merapikan bajuku ndak susah. Lia buru-buru memakai bajunya lagi. Ia rapikan dirinya dan keluar kamarku dengan sebuah kecupan di bibir. 

Sebelum pergi ia meremas penisku sambil berkata.

Lia : "Tetap ngangenin."

Ini jadi hari teraneh bagiku.

 Inilah akhir dari obsesiku. Yah, setidaknya aku bisa mendapatkan semua obsesiku. Aku tak tahu apakah ini akan terus berlanjut. Hanya saja aku sudah tak punya obsesi lagi selain ingin mendapatkan Dewi dan Asri. Aku bukan orang yang lari tanggung jawab, aku tetap mengunjungi Sherly, juga menghabiskan waktu bersama anaknya. Mungkin suatu saat nanti aku akan bilang ke istri-istriku tentang Sherly dan anaknya. Sebab terus terang aku masih mencintai Sherly, terkadang juga aku masih bercinta dengan dia kalau ada waktu, walaupun sampai sekarang ia masih dengan halus menolak semua ajakanku untuk menikahinya.




*****~The END~****













Sumber : 
Semprot by arczre

0 komentar:

Posting Komentar