![]() |
Ilustrasi Ida |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, MILF, Selingkuh
Para Tokoh:- Ida
- Guru Pengajian
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Anak Pertama Alm Salim dan Almh Maemunah
- Istri Arman
- 35 Tahun
- Dewi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- 35 Tahun
- Vivi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Dahlia
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Junaedi
- Arman Ardiansyhah
- Pegawai Kantor
- Suami Ida
- Ayah Rendy
- Keponakan Asman
- 58 Tahun
- Ishak
- Sopir Pribadi Keluarga Arman [Khusus Ida]
- Ujang
- Tukang Kebun Keluarga Arman
- Deri
- Anak SMP
- Junaedi
- Ketua Pensantren [Pemilik Pesantren]
- Suami Dahlia
- 65 Tahun
Chapter 19
Part 01
POV Ida
Flas Back...
Setelah mengintip Ibu Dewi.
Saya langsung pulang kerumah.
Adzan asarpun berkumandang.
Sayapun
langsung bergegas mandi.
Byurrrrr...Byuurrrr...Byurrrr...
Di dalam kamar mandi saya masih teringat
desahan-desahan Ibu Dewi di pikiran saya. Saya
semakin penasaran.
Saya :
“Apakah benar jika pria memiliki kemaluan yang besar”
Saya :
“Akan sangat memuaskan untuk seorang perempuan.??”
Saya : “Haruskah saya merasakan kenikmatan itu?”
Saya :
“Haruskah saya mendapatkannya??”
Setelah
mandi sayaupun langsung solat
Setelah
solat pun saya masih memikirkan tentang kenikmatan itu.
Saya : "Ahh... Lebih baik saya bertanya, orang yang tidak pertanya sesat di jalan.”
Saya : "Ahh... Lebih baik saya bertanya, orang yang tidak pertanya sesat di jalan.”
Saya : “Tapi kemana dan pada siapa saya harus bertanya?”
Saya :
“Kalo ke Ibu Dewi ah gak mungkin.”
Saya : “Ahh..Saya tanyakan pada Ibu Vivi saja”
Saya :
“Mungkin dia akan memberitahu saya harus gimana, tapi malu.”
Saya : “Apa saya tanyakan kepada Pak Haji saja, aduuh lebih malu"
Pikiran saya campur aduk.
Disisi lain saya sangat penasaran, disisi lain
saya sangat takut dan masih ragu untuk melakukannya karena saya tau itu dosa, tapi
saya juga tidak mau penasaran seumur hidup.
Saat saya sedang memikirkan tentang hal itu,
tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar saya.
Toookkk...Tookkk...
Saya
langsung membukanya.
Ckrekk..kreekkkeettt..
Dan
ternyata Pak Ishak yang mengetuk.
Muka
sayapun langsung berubah cemberut.
Saya :
"Ada apa Pak?"
Saya
jutek.
Ishak : “Nggak Bu, saya cuma mau..duhh..gimana ya ngomongnya".
Sambil
menundukan kepalanya.
Saya :
“Ngomong aja Pak gak usah malu gitu"
Ishak : “Saya mau ijin Bu"
Saya :
“Ijin kemana Pak?"
Ishak :
“Saya mau pamit ke rumah Sodara dulu Bu"
Saya : “Emang
dimana rumah sodara Pak Ishak?"
Ishak : “Gak jauh Bu dari sini, paling setengah jaman lah, saya juga gak bakal lama Bu"
Saya : “Oh ya udah silahkan Pak, hati-hati"
Ishak :
“Iya Bu saya permisi dulu, Asalamualaikum"
Setelah
mengijinkan Pak Ishak, Saya langsung masuk ke kamar lagi.
Tidak tau dari mana asalnya saya mempunyai pikiran untuk menanyakan sesuatu yang ada di pikiran saya kepada Ibu Hajjah Dahlia, tapi saya masih ragu.
Saya : “Ahh..
lebik baik saya tanyakan saja daripada terus-terus penasaran.”
Saya : “Karena
Beliau adalah perempuam terhormat, semoga bisa menjawab kebingungan saya.”
Saya pun bersiap-siap menuju rumah Pak Haji junaedi dengan memakai gamis warna biru dan jilbab putih.
Sayapun
turun dan langsung memanggil Pak Ujang.
Saya : “Paaak..Pak Ujang"
Pak Ujang pun datang dengan baju dan kolor yang basah dan memperlihatkan cetakkan kemaluannya.
Sayapun
langsung memalingkan muka.
Ujang :
“Iya Bu, ada apa?"
Saya : “Pak Ujang udah ngapain, kok basah gitu?"
Ujang :
“Oh tadi saya abis nguras kolam Bu"
Saya : “Ya
udah cepat ganti baju sana"
Ujang :
“Emang mau kemana gitu Bu?"
Saya : “Antar
saya ke rumah Pak Haji Junaedi"
Ujang :
“Oh iya Bu nanti saya ganti baju dulu,permisi".
Saya : “Iya
silahkan, saya tunggu di depan"
Ujang :
“Iya Bu"
Pak Ujang
pun langsung pergi ke belakang.
Setelah beberapa menit saya menunggu.
Pak Ujang
pun datang dan langsung memarkirkan mobil.
Sayapun
langsung masuk ke dalam mobil dan saya pun langsung menuju rumah Pak Haji.
Setelah sampai digerbang rumah Pak haji, sayapun turun dari mobil dan menyuruh Pak Ujang untuk menunggu di mobil saja.
Setelah sampai digerbang rumah Pak haji, sayapun turun dari mobil dan menyuruh Pak Ujang untuk menunggu di mobil saja.
Saya pun masuk ke gerbang dan mendengar para santri laki-laki sedang mengaji di majlis, mungkin Pak Haji sedang mengajar.
Sayapun
langsung kerumah Pak Haji dan mengetuk pintu.
Tookkk...Toookkk....
Saya : “Asalamualaikum".
Tak berapa lama Ibu Hajjah Dahlia membukakan
pintu dengan hanya memakai daster yang lecek, basah dan lilitan handuk di
kepalanya.
![]() |
Dahlia |
Dahlia : “Waalaikumsalam, eh Ibu Ida, silahkan masuk Bu..."
Dan ada seorang anak tanggung kira-kira umurnya 14 tahunan keluar dari kamar Bu Hajah Dahlia dengan hanya menggunakan kaos oblong yang sedikit basah dan sarung melilit di pinggangnya.
“Saya permisi ke kobong dulu Bu"
Dahlia :
“Ehh..Iya silahkan"
Saya : “Tadi
itu siapa Bu?"
Dahlia :
“Oohh..Anak santri tadi udah ngebenerin listrik di kamar”
Dahli :
“Eh Ibu mau minum apa?"
Saya : “Nggak usah repot-repot Bu, saya cuma sebentar kok"
Dahlia : “Nggak apa-apa Bu, nanti yah saya ambilkan minum dulu"
Ibu
Hajah Dahlia beranjak pergi ke dapur.
Pas
jalan menuju ke dapur, saya melihat bagian pantatnya basah sekali.
Saya pun
makin curiga dan penasaran apa yang Ibu Hajjah Dahlia sudah lakukan.
Selama Ibu Hajjah ngambil minum, saya pun
mengecek kamarnya Ibu Hajjah dan pas saya masuk kamar Ibu Hajah bau adonanpun
sangat menyengat di hidung saya dan kamarnyapun sangat berantakan sekali,
apalagi sprei kasur dan banyak sekali bercak-bercak putih yang licin di lantai.
Saya pun
tidak ingin terlalu memikirkannya dan langsung duduk kembali keruang tamu.
Ibu Hajjah Dahlia pun datang membawa minuman dan kue.
Dahlia :
“Nih Bu minumannya, maaf ya nggak ada apa"
Saya : “Ih
ngrepotin aja, ini juga udah makasih banget"
Dahlia :
"Maaf lo Bu, Saya berpakain seperti ini".
Saya : “Nggak
apa2".
Dahlia :
"Oh.. Iya ada apa Ibu nggak biasanya kesini"
Saya : “Gini
Bu, sebenarnya saya kesini ingin menanyakan sesuatu"
Dahlia : “Sesuatu tentang apa Bu?"
Saya : “Gimana ya nyeritain nyah, soalnya saya
malu Bu menceritakannya"
Dahlia : "Nggak usah malu gitu Bu, ceritain aja nggak ada
siapa-siapa ini”
Dahlia :
“Lagian kitakan prempuan, prempuan itu banyak rahasianya"
Saya : “Iya Bu, jadi gini Bu, pengajian jum’at kemarinkan Pak Haji ceramah”
Saya :
“Katanya "Pakailah badanmu untuk peribadah"”
Saya : “"Dan
rasakanlah di antara badan kamu untuk merasakan 1 kenikmatan"”
Saya :
“Nah yang satu kenikmatan itu apa, saya kurang paham Bu Hajjah"
Dahlia : "Ooohh..Jadi Ibu kurang paham tentang ceramah Pak Haji
waktu pengajian kemarin?"
Sayapun hanya mengangguk.
Dahlia :
"Satu kenikmatan disitu adalah menikah Bu"
Saya : “Menikah..Kurang
paham saya Bu"
Dahlia : "Iya menikah, kan jika sudah menikah terus malam pengantinan”
Dahlia :
“Nah malam pengantinannya itu yang di maksud oleh Pak Haji"
Saya : “Jadi malam pengantinan itu adalah satu kenikmatan”
Saya :
“Yang di maksud Pak Haji waktu pengajian kemarin?"
Sambil menundukan kepala saya.
Dahlia
:"Iya, emang kenapa gitu Bu, kok kayaknya sedih gitu?"
Saya : “Nggak apa-apa Bu.."
Dahlia : “Cerita atuh Bu, mungkin saya bisa membantu"
Saya : “Gini Bu, apa benar satu kenikmatan itu hanya datang satu kali seumur hidup"
Dahlia : "Nggak, kata siapa
Bu?”
Dahlia :
“Kita bisa mendapatkan kenikmatan itu kapan saja dan dimana saja"
Saya : “Maksud Ibu gimana?"
Dahlia : "Maksud saya kalo kita menginginkan kenikmatan itu, kita
langsung minta ke Suami”
Dahlia :
“Pasti Suami kita langsung memberikannya kapanpun dan dimanapun"
Saya : “Tapi Suami saya jarang pulang Bu..”
Saya : “Dan waktu malam pengantin pun saya tidak
mendapatkan kenikmatan itu"
Dahlia : "Yang bener Bu, masa Ibu nggak merasakan kenikmatan malam
pengantin?"
Saya : “Iya
Bu saya nggak merasakan apa-apa waktu malam pengantinan, nggak tau kenapa”
Saya :
“Tapi kata Ibu Dewi jika ingin mendapatkan kenikmatan itu”
Saya :
“Si Pria harus mempunyai kemaluan yang besar..”
Saya :
“Sedangkan Suami saya kepunyaannya kecil"
Dahlia :
"Ya ampun.. Kasian Ibu, yang dikatakan Ibu Dewi itu benar Bu”
Dahlia :
“Terus gimana sampe sekarang Ibu belum pernah merasakan kenikmatan itu?"
Saya : “Ya begitulah Bu"
Dahlia :
"Apakah Ibu menginginkan kenikmatan itu?"
Saya : “Ya iyalah Bu, Saya juga penasaran gimana rasanya?"
Dahlia
:"Ya saya sarankan, Ibu Ida mencari laki-laki yang bisa memberikan
kenikmatan itu”
Dahlia :
“Kepada Ibu"
Saya : “Loh kok, bukannya dosa ya Bu?”
Saya :
“Jika kita bersenggama dengan orang yang bukan suami kita"
Dahlia :
"Ibu Ida dengarkan saya ya, memang dosa”
Dahlia :
“Jika kita bersenggama dengan bukan suami kita atau orang yang bukan muhrim
kita”
Dahlia :
“Kaalaauu hati kita menghianati suami kita..”
Dahlia :
“Seperti ceritanya ni kita sedang bersenggama dengan orang lain”
Dahlia :
“Terus hati kita berpaling dari suami kita kepada orang yang sedang menyetubuhi
kita”
Dahlia :
“Itu baru namanya dosa Bu, asalkan hati kita nggak berpaling aja, itu nggak
dosa”
Dahlia :
“Artinya kita setia, kita kan juga butuh merasakan kenikmatan itu Bu”
Dahlia :
“Banyak di luar sana Suami Istri yang cerai baru satu atau 2 bulan nikah”
Dahlia :
“Karena di antara mereka ada yang tidak merasakan kenikmatan itu”
Dahlia :
“Kan laki-laki mah selalu merasakan kenikmatan Bu..”
Dahlia :
“Jika menyutubuhi prempuan seperti apapun, kalo prempuan kan banyak seleranya”
Dahlia :
Intinya kita jugakan ingin merasakan kenikmatan, itu aja gak lebih”
Dahlia :
“Yang penting jangan berpaling hati kita dari suami"
Saya : “Oohh gitu ya, terus kalo ketauan sama Suami gimana Bu?"
Dahlia : "Ya jangan ketauan atuh, laki-laki kan gampang salah
paham Bu, bisa berabe nantinya"
Saya : “Oh ya udah Bu, terimakasih atas penjelasannya"
Dahlia :
"Pahamkan sekarang?"
Saya : “Iya
Bu terimakasih banget, ya udah Bu saya pamit pulang”
Saya :
“Terimakasih sudah membantu."
Dahlia : "Ahh.. Bukan apa-apa, sesama muslimah pun harus saling
membantu”
Dahlia :
“Ohh..Iya jangan lupa saran saya loh Bu, ya udah hati-hati Bu"
Saya : “Iya Bu, mari Bu Hajjah, Asalamualaikum"
Dahlia :
"Waalaikumsalam.."
Setelah
saya keluar saya melihat Pak Haji baru keluar dari majlisnya.
Beliaupun
melihat saya dan langsung menyapa saya.
Junaedi :
“Ehh.. Ibu Ida dari mana?"
Saya : “Dari rumah Pak Haji, tadi ada perlu sebentar dengan Bu Haji”
Junaedi :
"Oh terus mau langsung pulang"
Saya : “Iya Pak Haji"
Junaedi : "Ohhh.. Ya udah hati-hati"
Saya : “Iya Pak Haji mari, Asalamualaikum.."
Junaedi :
"Waalaikumsalam.."
Saya pun langsung menuju mobil dan setelah masuk saya menyuruh Pak Ujang cepat mejalankan mobilnya.
Di perjalan saya memikirkan saran Ibu Hajjah Dahlia dan sekarang saya tahu kenapa Ibu Dewi sampe bersenggama dengan anak SMP itu, ternyata Ibu Dewi juga sedang mencari kenikmatan itu.
Kami pun langsung menuju rumah dan setelah sampai, saya pun masuk kerumah dan langsung tiduran di sofa ruang tengah, pikiran saya pun rada plong setelah mendengarkan penjelasan Bu Hajjah Dahlia.
Tak terasa ternyata saya ketiduran di sofa dan dikagetkan oleh panggilan seseorang.
"Bu..bangun
Bu, sudah magrib.."
Sayapun
membuka mata dan terrnyata Pak Ishak yang membangunkan saya.
Saya : “Ehh..
Pak Ishak udah datang toh, bentar amat?”
Ishak :
“Iya Bu baru aja nyampe, emang niatnya cuma sebentar, Ibu kenapa tiduran disini?"
Saya : “Ohh..Saya tadi habis dari rumah Pak Haji Junaedi sama Pak Ujang”
Saya :
“Mungkin kecapean jadi ketiduran deh disini"
Ishak : “Ohh.. Ya udah Bu saya permisi kebelakang".
Saya : “Ehh..
Iya Pak silahkan"
Sambil dia beranjak pergi kebelakang.
Sayapun
langsung menuju ke atas dan masuk kamar.
Sayapun
mandi.
Setelah
Mandi Saya pun solat.
Setelah solat sayapun siap melaksanakan saran
Bu Haji, Saya bertekad ingin merasakan kenikmatan itu dan saya akan
melakukannya sekarang.
Sambil mencopot celana dalam saya dan beha saya dan meletakannya di kasur
Sayapun
memanggil Pak Ishak.
Saya : “Paak..Pak Ishak"
Tak
berapa lama dia pun datang dengan memakai baju koko merah, peci hitam dan
sarung.
Pak Ishak
menjawabnya dari bawah.
Ishak :
“Iya Bu ada apa?"
Saya : “Sini
naik cepet.."
Sambil
masuk kamar.
Diapun
langsung naik dan mengikutiku, tapi dia berhenti di pintu kamar.
Ishak :
“Ada apa Bu?"
Saya : “Hhmm..Coba
Bapak buka sarung Bapak.."
DEGH...
Ishak : “Mau apa Bu, saya nggak pake celana?"
Saya : “Biarin
saya emang pengen liat punya Bapak"
Diapun sedikit ragu, saya heran saat siang dia berani membayangkan saya, tapi pas di depan terlihat ada rasa takut di matanya.
Ishak :
“Mau apa Bu, kok pengen liat punya saya?"
Saya : “Udahhh..
Buka cepetan.."
Nadaku
sedikit meninggi.
Diapun langsung menggankatkan sarungnya ke atas dan astaga kemaluannya sangat panjang dan gede. Sangat jauh dari kemaluan Mas Arman.
Dan
saya merasakan denyutan-denyutan di kemaluan saya, saya berpikir apakah akan
masuk kemaluan segede gitu.
Saya : “Itunya panjang amat Pak.."
Pak Ishak cuma diam dan tak ada reaksi.
Saat dia
hendak menurunkan sarungnya, sayapun menyetopnya.
Saya : “Ehh..
Bentar"
Saya pun mengangkat mukena saya dan langsung
menungging membelakangi Pak Ishak karena saya tidak mengenakan apa-apa lagi, terpampanglah
kemaluan saya di depan Pak Ishak.
Saya : “Pak coba setubuhi saya, saya ingin merasakannya.."
Sambil
melihat mukanya Pak Ishak.
Saya
melirik ke kemaluannya yang makin membesar.
Ishak :
“Iii...iibu kenapa"?
Saya : “Nggak kenapa-napa saya hanya ingin merasakannya saja Pak"
Ishak :
“Beneran ini Bu?"
Saya : “Iya.. Cepetan"
Karena
kemaluanku terus berdenyut sayapun memohon kepadanya.
Saya : “Cepetan
Pak.. Sodokkk..”
Ishak : “Iya Bu"
Diapun
mendekat.
Saya : “Aaawww..”
Saya : “Paaaakkk...Saakiittt...aaawww..."
Ishak : “Tahan Bu, nanti juga hilang sakitnya"
Saya : “Aakkhhh....aawwww....pelaannn..pelaaann.....Paakkkk..."
Ishak : “Iyaa Buu ini jugaa pelann...ugghhh.."
Setelah beberapa menit rasa nyeripun hilang di kemaluan saya dan sayapun merasakan rasa yang tidak bisa saya bayangkan.
Saya : “oooohhh...terruuuss....Paakk...uddaahh...mulaaii...hilang..rasa..nyerinyaa...”
Saya :
“Teerruuusss...Paaakk..yaaang..kenceeeeng...sssshhhh...oohhhh...”
Saya :
“Aaahhh...aahh...aahh.."
Pak Ishakpun mulai memompanya.
Cepllooookkk...ceeplloookkk...
Ishak : “Saya bilang juga apa Buu...”
Ishak :
“Ooouuhhh...Buuu...enaakk...bangeett..meemeekkk..Ibuuu..."
Saya : “iyaaahhh...ppaaakkk...punyyaa...bapaaakk....jugaaa...ennaakk....”
Saya :
“Oohh...ohhh...aahhh...aahhh..mhhmmmm....teruuss...teruuss..."
Ishak : “Iyaaakkk...Buuu...oohhh..."
Cerrrkkplookkk.....ceerrkkpllookkk...
Satelah
beberapa menit..
Pak Ishak
mengajak saya untuk pindah.
Ishak : “Buu pindah yuk?"
Sambil
terus menyodokan kemaluannya.
Saya : “Ayoooohh....ppaaakk...mmmhhhmmm...".
Sambil
berjalan mengelilingi kasur Pak Ishak tidak melepaskan kemaluannya dari
kemaluan saya.
Dia
terus menyodok-nyodokan kemaluannya..
Plookkk....ploookkk...ceerrkkkpllokkk...cerrkkploookkk....
Saya : "Ooohhhh....ooohh....mmmmhhhh...aaahhh...aahhhh..."
Ishak :
“Ooohhh...enaakkk.. Baaanggeett...ngentotiinnn..Ibuu...Idaaa...ooohhh....”
Ishak :
“Buu....di goyaangg..doongg..."
Sambil
nungging dan berjalan saya menggoyangkan pantat saya.
Pak Ishak
pun makin menjadi.
Ishak :
“Ooohhh...aahhh...yaaahh..yaahh..beegiituu...Buu...."
Saya : “Ppaaakkk...jaaanggaann...keeraass...ooohh...keraaass...ahhh...ahhh...".
Ishak :
“Aabiiss..enaak banggett memek Ibu oohh...".
Pak Ishak pun mencabut kemaluannya dan berbaring di kasur.
Saya yang masih memakai mukena di suruh
menduduki kemaluannya oleh pak ishak yg masih menggunakan baju kokonya.
Ishak :
“Dudukin kontol saya...Bu".
Saya : “Hhhh...hhh....iyahh...Pak"
Sambil saya mengatur nafas, Saya genggam
kemaluannya dan mengarahkannya ke kemaluan saya, setelah itu saya turunkan
badan saya.
Saya :
"Ooohhh...enaaakk...banggettt.."
Ishak : “Bu, Ibu mau nggak terus-terusan
ngentot sama saya setiap hari..?"
Sambil
menggoyangkan pinggang.
Saya : “Nggak...tauu..Pak..hhhhheeehhhh...ooouuhhhh...”
Saya :
“Gimaana...kedepannya...aja..mhhhmmmm..."
Ishak : “Boleh gak Bu, Saya berbicara vulgar sama Ibu?"
Saya : “Silaahhhkaann...Paakkk...ooouuhhh...mmhhhh...aaahhhh..."
Saya
mendesah keenakan.
Pak ishak pun langsung duduk sambil
menghentak-hentakan pantatnya dan mengangkat mukena saya sampe pundak
Ishak :
“Mmhhhuuumm....mmhmmmm..."
Pak Ishak
mengenyot susu saya dengan ganas.
Ishak :
“Buu..nggennaakkk...banggeett..shusuunya...”
Ishak :
“Nyyuumm...nnyuummm..mmhhmmm.."
Saya : “ooouuhhh...Paakkk...teruuuuss...Paakkk..oohhh...enaakkk...Ppaaakk..."
Pak Ishak pun mencabut mulutnya dari susuku.
Ishak :
“Bu..Mulai sekarang coba Ibu terbuka ngomongnya pasti enak Bu"
Saya
terus menggoyang-goyangkan pinggang saya di kemaluan Pak Ishak.
Saya : “Giimmaannaaa...Paakkk...carraannyyaa...?”
Saya :
“Oohhh...aadduuhhh...mmhh..."
Ishak : “Ya seperti sekarang, Ibu lagi ngapain nih...hhhhh..?"
Saya : “Lagiiiihhh. bersetuubuuh..."
Ishak :
“Bukan Bu..Tapi lagi ngentott".
Saya : “Iyaaahh...lagii..ngeentoottt...aduuhh...Paakk..adduuh..adduuhh...”
Saya :
“Paakk..adaaa.yaangg..mau..keluaarr...paakk..dari...kemaaluaaan...Saayaa..."
Ishak : “Keluarin aja Bu, nggak papa"
...Ssseerrr...
Saya :
“Oohh....oohh...ennaakknnyyaa..."
Saya : “Inikah
yang dinamakan kenikmatan itu.?” Pikirku dalam hati.
Ishak : “Gimana Bu, enaak?”
Sayapun
hanya mengangguk dan mengatur nafas.
Kemaluan
saya masih bersatu dengan Pak Ishak, tapi dia diam dan tidak menggenjot lagi.
Saya : “Hhhhh....oohh..enaak
banget Pak"?
Ishak :
“Saya belum ngecrot Bu"
Saya : “Hhh..Silahkan
atuh genjot lagi, saya cape hhh...."
Ishak : “Saya pengen ngarasain mulut Ibu"
DEGH....
Sayapun
kaget mendengar ucapan Pak Ishak.
Saya : “Maksudnya
gimana?"
Ishak : “Saya pengen ngentotin mulut Ibu"
Saya : “Apaa..”
Saya :
“Gimana caranya Pak?"
Pak Ishak
pun berbaring.
Ishak :
“Kenyot kontol saya Bu, emut-emut"
Saya : “Masa itu di emut sih, kan jijik Pak, jorok.."
Ishak :
“Nggak Bu, coba Ibu rasain deh"
Sayapun
mencobanya.
Setelah mendekatkan muka saya ke kemaluan Pak
Ishak, Saya mencium bau yang sangat menyengat, saya pun langsung sedikit
menjilati kemaluan Pak Ishak.
Ishak : “Masukan Bu mulutnya, emut-emut kaya
permen"
Saya pun
memasukannya ke mulut dan langsung mengulum bahkan mengenyotnya.
Sampai
tiba-tiba Pak Ishak memegang kepala saya.
Ishak : “ooooohhhhhhh...."
Sambil
menghentak-hentakan pinggulnya ke mulut saya.
Ggghhhllookkkk...ghhllookk...
Suara
mulut saya mengulum kemaluan pak ishak.
Tak
berapa lama...
Crrooottt...crroott...croottt...
Ishak :
"Aaahhhh...Ibuuuu...".
Cairannya
langsung masuk ke dalam mulut saya, hampir saya muntah dibuatnya.
Ishak :
“Enak banget Bu..”
Sayapun
berbaring dengan mukena yg lecek dan perutku yg besar.
Tak
terasa kami bersenggama hampir satu jam.
Dan Pak Ishak pun tertidur di kamar saya
dengan bawahnya yang telanjang dan baju koko yang dipakainya
sudah aut-autan.
0 komentar:
Posting Komentar