Pages

Kamis, 21 Desember 2017

[Cerita Sex] Seksinya Para Mama [19] [01] [18+]

Ilustrasi Ida 
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, MILF, Selingkuh
Para Tokoh:
    • Ida
      • Guru Pengajian
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • Anak Pertama Alm Salim dan Almh Maemunah
      • Istri Arman
      • 35 Tahun
    • Dewi
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • 35 Tahun
    • Vivi
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
    • Dahlia
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • Istri Junaedi
    • Arman Ardiansyhah
      • Pegawai Kantor
      • Suami Ida
      • Ayah Rendy
      • Keponakan Asman
      • 58 Tahun
    • Ishak
      • Sopir Pribadi Keluarga Arman [Khusus Ida]
    • Ujang
      • Tukang Kebun Keluarga Arman
    • Deri
      • Anak SMP
    • Junaedi
      • Ketua Pensantren [Pemilik Pesantren]
      • Suami Dahlia
      • 65 Tahun










    Chapter 19 
    Part 01

    POV Ida

    Flas Back...

    Setelah mengintip Ibu Dewi.

    Saya langsung pulang kerumah.

    Adzan asarpun berkumandang.

    Sayapun langsung bergegas mandi.

    Byurrrrr...Byuurrrr...Byurrrr...

     Di dalam kamar mandi saya masih teringat desahan-desahan Ibu Dewi di pikiran saya. Saya semakin penasaran.

    Saya : “Apakah benar jika pria memiliki kemaluan yang besar”

    Saya : “Akan sangat memuaskan untuk seorang perempuan.??”

    Saya : “Haruskah saya merasakan kenikmatan itu?”

    Saya : “Haruskah saya mendapatkannya??”

    Setelah mandi sayaupun langsung solat

    Setelah solat pun saya masih memikirkan tentang kenikmatan itu.

    Saya : "Ahh... Lebih baik saya bertanya, orang yang tidak pertanya sesat di jalan.”

    Saya : “Tapi kemana dan pada siapa saya harus bertanya?”

    Saya : “Kalo ke Ibu Dewi ah gak mungkin.”

    Saya : “Ahh..Saya tanyakan pada Ibu Vivi saja”

    Saya : “Mungkin dia akan memberitahu saya harus gimana, tapi malu.”

    Saya : “Apa saya tanyakan kepada Pak Haji saja, aduuh lebih malu"

    Pikiran saya campur aduk.

     Disisi lain saya sangat penasaran, disisi lain saya sangat takut dan masih ragu untuk melakukannya karena saya tau itu dosa, tapi saya juga tidak mau penasaran seumur hidup.

    Saat saya sedang memikirkan tentang hal itu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar saya.

    Toookkk...Tookkk...

    Saya langsung membukanya.

    Ckrekk..kreekkkeettt..

    Dan ternyata Pak Ishak yang mengetuk.

    Muka sayapun langsung berubah cemberut.

    Saya : "Ada apa Pak?"

    Saya jutek.

    Ishak : “Nggak Bu, saya cuma mau..duhh..gimana ya ngomongnya".

    Sambil menundukan kepalanya.

    Saya : “Ngomong aja Pak gak usah malu gitu"

    Ishak : “Saya mau ijin Bu"

    Saya : “Ijin kemana Pak?"

    Ishak : “Saya mau pamit ke rumah Sodara dulu Bu"

    Saya : “Emang dimana rumah sodara Pak Ishak?"

    Ishak : “Gak jauh Bu dari sini, paling setengah jaman lah, saya juga gak bakal lama Bu"

    Saya : “Oh ya udah silahkan Pak, hati-hati"

    Ishak : “Iya Bu saya permisi dulu, Asalamualaikum"

    Setelah mengijinkan Pak Ishak, Saya langsung masuk ke kamar lagi.

     Tidak tau dari mana asalnya saya mempunyai pikiran untuk menanyakan sesuatu yang ada di pikiran saya kepada Ibu Hajjah Dahlia, tapi saya masih ragu.

    Saya : “Ahh.. lebik baik saya tanyakan saja daripada terus-terus penasaran.”

    Saya : “Karena Beliau adalah perempuam terhormat, semoga bisa menjawab kebingungan saya.”

     Saya pun bersiap-siap menuju rumah Pak Haji junaedi dengan memakai gamis warna biru dan jilbab putih.

    Sayapun turun dan langsung memanggil Pak Ujang.

    Saya : “Paaak..Pak Ujang"

     Pak Ujang pun datang dengan baju dan kolor yang basah dan memperlihatkan cetakkan kemaluannya.
    Sayapun langsung memalingkan muka.

    Ujang : “Iya Bu, ada apa?"

    Saya : “Pak Ujang udah ngapain, kok basah gitu?"

    Ujang : “Oh tadi saya abis nguras kolam Bu"

    Saya : “Ya udah cepat ganti baju sana"

    Ujang : “Emang mau kemana gitu Bu?"

    Saya : “Antar saya ke rumah Pak Haji Junaedi"

    Ujang : “Oh iya Bu nanti saya ganti baju dulu,permisi".

    Saya : “Iya silahkan, saya tunggu di depan"

    Ujang : “Iya Bu"

    Pak Ujang pun langsung pergi ke belakang.

    Setelah beberapa menit saya menunggu.

    Pak Ujang pun datang dan langsung memarkirkan mobil.

    Sayapun langsung masuk ke dalam mobil dan saya pun langsung menuju rumah Pak Haji.

     Setelah sampai digerbang rumah Pak haji, sayapun turun dari mobil dan menyuruh Pak Ujang untuk menunggu di mobil saja.

     Saya pun masuk ke gerbang dan mendengar para santri laki-laki sedang mengaji di majlis, mungkin Pak Haji sedang mengajar.

    Sayapun langsung kerumah Pak Haji dan mengetuk pintu.

    Tookkk...Toookkk....

    Saya : “Asalamualaikum".

     Tak berapa lama Ibu Hajjah Dahlia membukakan pintu dengan hanya memakai daster yang lecek, basah dan lilitan handuk di kepalanya.

    Dahlia

    Dahlia : “Waalaikumsalam, eh Ibu Ida, silahkan masuk Bu..."

     Dan ada seorang anak tanggung kira-kira umurnya 14 tahunan keluar dari kamar Bu Hajah Dahlia dengan hanya menggunakan kaos oblong yang sedikit basah dan sarung melilit di pinggangnya.

    Saya permisi ke kobong dulu Bu"

    Dahlia : “Ehh..Iya silahkan"

    Saya : “Tadi itu siapa Bu?"

    Dahlia : “Oohh..Anak santri tadi udah ngebenerin listrik di kamar”

    Dahli : “Eh Ibu mau minum apa?"

    Saya : “Nggak usah repot-repot Bu, saya cuma sebentar kok"

    Dahlia : “Nggak apa-apa Bu, nanti yah saya ambilkan minum dulu"

    Ibu Hajah Dahlia beranjak pergi ke dapur.

    Pas jalan menuju ke dapur, saya melihat bagian pantatnya basah sekali.

    Saya pun makin curiga dan penasaran apa yang Ibu Hajjah Dahlia sudah lakukan.

     Selama Ibu Hajjah ngambil minum, saya pun mengecek kamarnya Ibu Hajjah dan pas saya masuk kamar Ibu Hajah bau adonanpun sangat menyengat di hidung saya dan kamarnyapun sangat berantakan sekali, apalagi sprei kasur dan banyak sekali bercak-bercak putih yang licin di lantai.
    Saya pun tidak ingin terlalu memikirkannya dan langsung duduk kembali keruang tamu.

    Ibu Hajjah Dahlia pun datang membawa minuman dan kue.

    Dahlia : “Nih Bu minumannya, maaf ya nggak ada apa"

    Saya : “Ih ngrepotin aja, ini juga udah makasih banget"

    Dahlia : "Maaf lo Bu, Saya berpakain seperti ini".

    Saya : “Nggak apa2".

    Dahlia : "Oh.. Iya ada apa Ibu nggak biasanya kesini"

    Saya : “Gini Bu, sebenarnya saya kesini ingin menanyakan sesuatu"

    Dahlia : “Sesuatu tentang apa Bu?"

    Saya : “Gimana ya nyeritain nyah, soalnya saya malu Bu menceritakannya"

    Dahlia : "Nggak usah malu gitu Bu, ceritain aja nggak ada siapa-siapa ini”

    Dahlia : “Lagian kitakan prempuan, prempuan itu banyak rahasianya"

    Saya : “Iya Bu, jadi gini Bu, pengajian jum’at kemarinkan Pak Haji ceramah”

    Saya : “Katanya "Pakailah badanmu untuk peribadah"”

    Saya : “"Dan rasakanlah di antara badan kamu untuk merasakan 1 kenikmatan"”

    Saya : “Nah yang satu kenikmatan itu apa, saya kurang paham Bu Hajjah"

    Dahlia : "Ooohh..Jadi Ibu kurang paham tentang ceramah Pak Haji waktu pengajian kemarin?"

    Sayapun hanya mengangguk.

    Dahlia : "Satu kenikmatan disitu adalah menikah Bu"

    Saya : “Menikah..Kurang paham saya Bu"

    Dahlia : "Iya menikah, kan jika sudah menikah terus malam pengantinan”

    Dahlia : “Nah malam pengantinannya itu yang di maksud oleh Pak Haji"

    Saya : “Jadi malam pengantinan itu adalah satu kenikmatan”

    Saya : “Yang di maksud Pak Haji waktu pengajian kemarin?"

    Sambil menundukan kepala saya.

    Dahlia :"Iya, emang kenapa gitu Bu, kok kayaknya sedih gitu?"

    Saya : “Nggak apa-apa Bu.."

    Dahlia : “Cerita atuh Bu, mungkin saya bisa membantu"

    Saya : “Gini Bu, apa benar satu kenikmatan itu hanya datang satu kali seumur hidup"

    Dahlia : "Nggak,  kata siapa Bu?”

    Dahlia : “Kita bisa mendapatkan kenikmatan itu kapan saja dan dimana saja"

    Saya : “Maksud Ibu gimana?"

    Dahlia : "Maksud saya kalo kita menginginkan kenikmatan itu, kita langsung minta ke Suami”

    Dahlia : “Pasti Suami kita langsung memberikannya kapanpun dan dimanapun"

    Saya : “Tapi Suami saya jarang pulang Bu..”

    Saya :  “Dan waktu malam pengantin pun saya tidak mendapatkan kenikmatan itu"

    Dahlia : "Yang bener Bu, masa Ibu nggak merasakan kenikmatan malam pengantin?"

    Saya : “Iya Bu saya nggak merasakan apa-apa waktu malam pengantinan, nggak tau kenapa”

    Saya : “Tapi kata Ibu Dewi jika ingin mendapatkan kenikmatan itu”

    Saya : “Si Pria harus mempunyai kemaluan yang besar..”

    Saya : “Sedangkan Suami saya kepunyaannya kecil"

    Dahlia : "Ya ampun.. Kasian Ibu, yang dikatakan Ibu Dewi itu benar Bu”

    Dahlia : “Terus gimana sampe sekarang Ibu belum pernah merasakan kenikmatan itu?"

    Saya : “Ya begitulah Bu"

    Dahlia : "Apakah Ibu menginginkan kenikmatan itu?"

    Saya : “Ya iyalah Bu, Saya juga penasaran gimana rasanya?"

    Dahlia :"Ya saya sarankan, Ibu Ida mencari laki-laki yang bisa memberikan kenikmatan itu”

    Dahlia : “Kepada Ibu"

    Saya : “Loh kok, bukannya dosa ya Bu?”

    Saya : “Jika kita bersenggama dengan orang yang bukan suami kita"

    Dahlia : "Ibu Ida dengarkan saya ya, memang dosa”

    Dahlia : “Jika kita bersenggama dengan bukan suami kita atau orang yang bukan muhrim kita”

    Dahlia : “Kaalaauu hati kita menghianati suami kita..”

    Dahlia : “Seperti ceritanya ni kita sedang bersenggama dengan orang lain”

    Dahlia : “Terus hati kita berpaling dari suami kita kepada orang yang sedang menyetubuhi kita”

    Dahlia : “Itu baru namanya dosa Bu, asalkan hati kita nggak berpaling aja, itu nggak dosa”

    Dahlia : “Artinya kita setia, kita kan juga butuh merasakan kenikmatan itu Bu”

    Dahlia : “Banyak di luar sana Suami Istri yang cerai baru satu atau 2 bulan nikah”

    Dahlia : “Karena di antara mereka ada yang tidak merasakan kenikmatan itu”

    Dahlia : “Kan laki-laki mah selalu merasakan kenikmatan Bu..”

    Dahlia : “Jika menyutubuhi prempuan seperti apapun, kalo prempuan kan banyak seleranya”

    Dahlia : Intinya kita jugakan ingin merasakan kenikmatan,  itu aja gak lebih”

    Dahlia : “Yang penting jangan berpaling hati kita dari suami"

    Saya : “Oohh gitu ya, terus kalo ketauan sama Suami gimana Bu?"

    Dahlia : "Ya jangan ketauan atuh, laki-laki kan gampang salah paham Bu, bisa berabe nantinya"

    Saya : “Oh ya udah Bu, terimakasih atas penjelasannya"

    Dahlia : "Pahamkan sekarang?"

    Saya : “Iya Bu terimakasih banget, ya udah Bu saya pamit pulang”

    Saya : “Terimakasih sudah membantu."

    Dahlia : "Ahh.. Bukan apa-apa, sesama muslimah pun harus saling membantu”

    Dahlia : “Ohh..Iya jangan lupa saran saya loh Bu, ya udah hati-hati Bu"

    Saya : “Iya Bu, mari Bu Hajjah, Asalamualaikum"

    Dahlia : "Waalaikumsalam.."

    Setelah saya keluar saya melihat Pak Haji baru keluar dari majlisnya.

    Beliaupun melihat saya dan langsung menyapa saya.

    Junaedi : “Ehh.. Ibu Ida dari mana?"

    Saya : “Dari rumah Pak Haji, tadi ada perlu sebentar dengan Bu Haji”

    Junaedi : "Oh terus mau langsung pulang"

    Saya : “Iya Pak Haji"

    Junaedi : "Ohhh.. Ya udah hati-hati"

    Saya : “Iya Pak Haji mari, Asalamualaikum.."

    Junaedi : "Waalaikumsalam.."

     Saya pun langsung menuju mobil dan setelah masuk saya menyuruh Pak Ujang cepat mejalankan mobilnya.

     Di perjalan saya memikirkan saran Ibu Hajjah Dahlia dan sekarang saya tahu kenapa Ibu Dewi sampe bersenggama dengan anak SMP itu, ternyata Ibu Dewi juga sedang mencari kenikmatan itu.

     Kami pun langsung menuju rumah dan setelah sampai, saya pun masuk kerumah dan langsung tiduran di sofa ruang tengah, pikiran saya pun rada plong setelah mendengarkan penjelasan Bu Hajjah Dahlia.

    Tak terasa ternyata saya ketiduran di sofa dan dikagetkan oleh panggilan seseorang.

    "Bu..bangun Bu, sudah magrib.."

    Sayapun membuka mata dan terrnyata Pak Ishak yang membangunkan saya.

    Saya : “Ehh.. Pak Ishak udah datang toh, bentar amat?”

    Ishak : “Iya Bu baru aja nyampe, emang niatnya cuma sebentar, Ibu kenapa tiduran disini?"

    Saya : “Ohh..Saya tadi habis dari rumah Pak Haji Junaedi sama Pak Ujang”

    Saya : “Mungkin kecapean jadi ketiduran deh disini"

    Ishak : “Ohh.. Ya udah Bu saya permisi kebelakang".

    Saya : “Ehh.. Iya Pak silahkan"

    Sambil dia beranjak pergi kebelakang.

    Sayapun langsung menuju ke atas dan masuk kamar.

    Sayapun mandi.

    Setelah Mandi Saya pun solat.

     Setelah solat sayapun siap melaksanakan saran Bu Haji, Saya bertekad ingin merasakan kenikmatan itu dan saya akan melakukannya sekarang.

    Sambil mencopot celana dalam saya dan beha saya dan meletakannya di kasur

    Sayapun memanggil Pak Ishak.

    Saya : “Paak..Pak Ishak"

    Tak berapa lama dia pun datang dengan memakai baju koko merah, peci hitam dan sarung.

    Pak Ishak menjawabnya dari bawah.

    Ishak : “Iya Bu ada apa?"

    Saya : “Sini naik cepet.."

    Sambil masuk kamar.

    Diapun langsung naik dan mengikutiku, tapi dia berhenti di pintu kamar.

    Ishak : “Ada apa Bu?"

    Saya : “Hhmm..Coba Bapak buka sarung Bapak.."

    DEGH...

    Ishak : “Mau apa Bu, saya nggak pake celana?"

    Saya : “Biarin saya emang pengen liat punya Bapak"

     Diapun sedikit ragu, saya heran saat siang dia berani membayangkan saya, tapi pas di depan terlihat ada rasa takut di matanya.

    Ishak : “Mau apa Bu, kok pengen liat punya saya?"

    Saya : “Udahhh.. Buka cepetan.."

    Nadaku sedikit meninggi.

     Diapun langsung menggankatkan sarungnya ke atas dan astaga kemaluannya sangat panjang dan gede. Sangat jauh dari kemaluan Mas Arman.
     
     Dan saya merasakan denyutan-denyutan di kemaluan saya, saya berpikir apakah akan masuk kemaluan segede gitu.

    Saya : “Itunya panjang amat Pak.."

    Pak Ishak cuma diam dan tak ada reaksi.

    Saat dia hendak menurunkan sarungnya, sayapun menyetopnya.

    Saya : “Ehh.. Bentar"

     Saya pun mengangkat mukena saya dan langsung menungging membelakangi Pak Ishak karena saya tidak mengenakan apa-apa lagi, terpampanglah kemaluan saya di depan Pak Ishak.

    Saya : “Pak coba setubuhi saya, saya ingin merasakannya.."

    Sambil melihat mukanya Pak Ishak.

    Saya melirik ke kemaluannya yang makin membesar.

    Ishak : “Iii...iibu kenapa"?

    Saya : “Nggak kenapa-napa saya hanya ingin merasakannya saja Pak"

    Ishak : “Beneran ini Bu?"

    Saya : “Iya.. Cepetan"

    Karena kemaluanku terus berdenyut sayapun memohon kepadanya.

    Saya : “Cepetan Pak.. Sodokkk..”

    Ishak : “Iya Bu"

    Diapun mendekat.

    Saya : “Aaawww..”

    Saya : “Paaaakkk...Saakiittt...aaawww..."

    Ishak : “Tahan Bu, nanti juga hilang sakitnya"

    Saya : “Aakkhhh....aawwww....pelaannn..pelaaann.....Paakkkk..."

    Ishak : “Iyaa Buu ini jugaa pelann...ugghhh.."

     Setelah beberapa menit rasa nyeripun hilang di kemaluan saya dan sayapun merasakan rasa yang tidak bisa saya bayangkan.

    Saya : “oooohhh...terruuuss....Paakk...uddaahh...mulaaii...hilang..rasa..nyerinyaa...”

    Saya : “Teerruuusss...Paaakk..yaaang..kenceeeeng...sssshhhh...oohhhh...”

    Saya : “Aaahhh...aahh...aahh.."

    Pak Ishakpun mulai memompanya.

    Cepllooookkk...ceeplloookkk...

    Ishak : “Saya bilang juga apa Buu...”

    Ishak : “Ooouuhhh...Buuu...enaakk...bangeett..meemeekkk..Ibuuu..."

    Saya : “iyaaahhh...ppaaakkk...punyyaa...bapaaakk....jugaaa...ennaakk....”

    Saya : “Oohh...ohhh...aahhh...aahhh..mhhmmmm....teruuss...teruuss..."

    Ishak : “Iyaaakkk...Buuu...oohhh..."

    Cerrrkkplookkk.....ceerrkkpllookkk...

    Satelah beberapa menit..

    Pak Ishak mengajak saya untuk pindah.

    Ishak : “Buu pindah yuk?"

    Sambil terus menyodokan kemaluannya.

    Saya : “Ayoooohh....ppaaakk...mmmhhhmmm...".

    Sambil berjalan mengelilingi kasur Pak Ishak tidak melepaskan kemaluannya dari kemaluan saya.

    Dia terus menyodok-nyodokan kemaluannya..

    Plookkk....ploookkk...ceerrkkkpllokkk...cerrkkploookkk....

    Saya : "Ooohhhh....ooohh....mmmmhhhh...aaahhh...aahhhh..."

    Ishak : “Ooohhh...enaakkk.. Baaanggeett...ngentotiinnn..Ibuu...Idaaa...ooohhh....”

    Ishak : “Buu....di goyaangg..doongg..."

    Sambil nungging dan berjalan saya menggoyangkan pantat saya.

    Pak Ishak pun makin menjadi.

    Ishak : “Ooohhh...aahhh...yaaahh..yaahh..beegiituu...Buu...."

    Saya : “Ppaaakkk...jaaanggaann...keeraass...ooohh...keraaass...ahhh...ahhh...".

    Ishak : “Aabiiss..enaak banggett memek Ibu oohh...".

    Pak Ishak pun mencabut kemaluannya dan berbaring di kasur.

     Saya yang masih memakai mukena di suruh menduduki kemaluannya oleh pak ishak yg masih menggunakan baju kokonya.

    Ishak : “Dudukin kontol saya...Bu".

    Saya : “Hhhh...hhh....iyahh...Pak"

     Sambil saya mengatur nafas, Saya genggam kemaluannya dan mengarahkannya ke kemaluan saya, setelah itu saya turunkan badan saya.

    Saya : "Ooohhh...enaaakk...banggettt.."

    Ishak : “Bu, Ibu mau nggak terus-terusan ngentot sama saya setiap hari..?"

    Sambil menggoyangkan pinggang.

    Saya : “Nggak...tauu..Pak..hhhhheeehhhh...ooouuhhhh...”

    Saya : “Gimaana...kedepannya...aja..mhhhmmmm..."

    Ishak : “Boleh gak Bu, Saya berbicara vulgar sama Ibu?"

    Saya : “Silaahhhkaann...Paakkk...ooouuhhh...mmhhhh...aaahhhh..."

    Saya mendesah keenakan.

     Pak ishak pun langsung duduk sambil menghentak-hentakan pantatnya dan mengangkat mukena saya sampe pundak

    Ishak : “Mmhhhuuumm....mmhmmmm..."

    Pak Ishak mengenyot susu saya dengan ganas.

    Ishak : “Buu..nggennaakkk...banggeett..shusuunya...”

    Ishak : “Nyyuumm...nnyuummm..mmhhmmm.."

    Saya : “ooouuhhh...Paakkk...teruuuuss...Paakkk..oohhh...enaakkk...Ppaaakk..."

    Pak Ishak pun mencabut mulutnya dari susuku.

    Ishak : “Bu..Mulai sekarang coba Ibu terbuka ngomongnya pasti enak Bu"

    Saya terus menggoyang-goyangkan pinggang saya di kemaluan Pak Ishak.

    Saya : “Giimmaannaaa...Paakkk...carraannyyaa...?”

    Saya : “Oohhh...aadduuhhh...mmhh..."

    Ishak : “Ya seperti sekarang, Ibu lagi ngapain nih...hhhhh..?"

    Saya : “Lagiiiihhh. bersetuubuuh..."

    Ishak : “Bukan Bu..Tapi lagi ngentott".

    Saya : “Iyaaahh...lagii..ngeentoottt...aduuhh...Paakk..adduuh..adduuhh...”

    Saya : “Paakk..adaaa.yaangg..mau..keluaarr...paakk..dari...kemaaluaaan...Saayaa..."

    Ishak : “Keluarin aja Bu, nggak papa"

    ...Ssseerrr...

    Saya : “Oohh....oohh...ennaakknnyyaa..."

    Saya : “Inikah yang dinamakan kenikmatan itu.?” Pikirku dalam hati.

    Ishak : “Gimana Bu, enaak?”

    Sayapun hanya mengangguk dan mengatur nafas.

    Kemaluan saya masih bersatu dengan Pak Ishak, tapi dia diam dan tidak menggenjot lagi.

    Saya : “Hhhhh....oohh..enaak banget Pak"?

    Ishak : “Saya belum ngecrot Bu"

    Saya : “Hhh..Silahkan atuh genjot lagi, saya cape hhh...."

    Ishak : “Saya pengen ngarasain mulut Ibu"

    DEGH....

    Sayapun kaget mendengar ucapan Pak Ishak.

    Saya : “Maksudnya gimana?"

    Ishak : “Saya pengen ngentotin mulut Ibu"

    Saya : “Apaa..”

    Saya : “Gimana caranya Pak?"

    Pak Ishak pun berbaring.

    Ishak : “Kenyot kontol saya Bu, emut-emut"

    Saya : “Masa itu di emut sih, kan jijik Pak, jorok.."

    Ishak : “Nggak Bu, coba Ibu rasain deh"

    Sayapun mencobanya.

     Setelah mendekatkan muka saya ke kemaluan Pak Ishak, Saya mencium bau yang sangat menyengat, saya pun langsung sedikit menjilati kemaluan Pak Ishak.


    Ishak : “Masukan Bu mulutnya, emut-emut kaya permen"

    Saya pun memasukannya ke mulut dan langsung mengulum bahkan mengenyotnya.

    Sampai tiba-tiba Pak Ishak memegang kepala saya.

    Ishak : “ooooohhhhhhh...."

    Sambil menghentak-hentakan pinggulnya ke mulut saya.

    Ggghhhllookkkk...ghhllookk...

    Suara mulut saya mengulum kemaluan pak ishak.

    Tak berapa lama...

    Crrooottt...crroott...croottt...

    Ishak : "Aaahhhh...Ibuuuu...".

    Cairannya langsung masuk ke dalam mulut saya, hampir saya muntah dibuatnya.

    Ishak : “Enak banget Bu..”

    Sayapun berbaring dengan mukena yg lecek dan perutku yg besar.

    Tak terasa kami bersenggama hampir satu jam.

      Dan Pak Ishak pun tertidur di kamar saya dengan bawahnya yang telanjang dan baju koko yang dipakainya sudah aut-autan.







    [Bersambung...]







      Seksinya Para Mama Chapter 19 [02]













    Sumber: 
    Semprot by koga49

    0 komentar:

    Posting Komentar