Pages

Rabu, 20 Desember 2017

[Cerita Sex] Seksinya Para Mama [17] [18+]

Ilustrasi Ida
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, MILF
Para Tokoh:
    • Ida
      • Guru Pengajian
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • Anak Pertama Alm Salim dan Almh Maemunah
      • Istri Arman
      • 35 Tahun
    • Dewi
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • 35 Tahun
    • Vivi
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • 38 Tahun
    • Wilda
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • 34 Tahun
    • Dahlia
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
      • Istri Junaedi
    • Rofidah
      • Ustadzah
      • IRT [Ibu Rumah Tangga]
    • Arman Ardiansyhah
      • Pegawai Kantor
      • Suami Ida
      • Ayah Rendy
      • Keponakan Asman
      • 58 Tahun
    • Junaedi
      • Ketua Pesantren [Pemilik Pesantren]
      • Suami Dahlia
      • 65 Tahun










    Chapter 17

    POV Ida

    Flas Back...

    Setelah sampai di rumah Mas Arman.

    Di sana sudah ada dua bapak-bapak yang menunggu.

    Merekapun langsung menghampiri dan menyapa kami.

    Saat masuk saya takjub dengan rumah Mas Arman yang gede dan luas.

    Sayapun langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan diri.

    Karena saya sedang datang bulan, saya tidak banyak kegiatan.

     Malam haripun tiba, saya yang sedang rebahan di dalam kamar sendirian, tiba-tiba Mas Arman masuk dan langsung mencopot pakaiannya.

    Saya yang pada saat itu masih berumur 20 tahun tidak tahu harus apa.

    DEGH..

    Sayapun kaget dan diam.

    Karena saya selalu ingat pesan emak.

    Saat Mas Arman membuka kolor, saya langsung malu dan aneh melihat kemaluannya.

    Mas Arman pun mematikan lampu dan langsung menindih saya.

    Jujur pada saat saya diperawani oleh Mas Arman saya tidak merasakan apa-apa.

    Saya : “Apakah seperti ini yang namanya kawin...?” Pikirku.

    Setelah 5 tahun perkawinan saya dengan Mas Arman, saya mengandung anak pertama.

    Pada saat saya mengandung anak pertama, Saya kedatangan tetangga baru namanya Ibu Dewi.


    Ilustrasi Dewi


    Ibu Dewi pada saat itu juga lagi mengandung anak yang pertama berusia 2 minggu.

    Setelah itu saya berkenalan dan berteman dekat dengan Ibu Sewi dan berbagi cerita dengannya.

     Ibu dewi itu orangnya baik sangat terbuka dan suka membantu, Ibu Dewi juga yang membantu saya membuka pengajian dan mengenalkan saya pada ibu-ibu yang lain, saya mengenal Ibu Vivi, Ibu Wilda, Ibu Ustadzah Rofidah, Ibu Hajjah Dahlia dan banyak lagi ibu-ibu di komplek ini yang dikenalkan Bu Dewi pada saya

     Dan Ibu Dewi juga yang mengenalkan saya pada sesepuh komplek disini, namanya Pak Haji Junaedi suami dari Ibu Hajjah Dahlia, Beliau adalah pengurus sekaligus pemilik pondok pesantren yang ada disini dan yang memberikan saya ijin untuk mengajar di komplek ini.

     Pada suatu hari saat kehamilan saya yang masuk 6 bulan, saya biasa ngobrol dengan Ibu Dewi di depan rumah.

    Dewi : "Bu, Bu Ida kan pinter banget ni tentang pengajian,gimana kalo urusan yang lain..?”

    Saya : "Urusan yang lain apa Bu?"

    Dewi : "Yang lain, ya seperti hubungan percintaan gitu..?"

    Saya : "Ohh.. Kalo urusan percintaan, saya kurang tau Bu."

    Dewi : "Loh, terus gimana Bu Ida kenal Pak Arman, apa di jodohkan..?”

    Sayapun menceritakan awalnya bertemu dengan Mas Arman.

    Dewi : "Oohh nikah mendadak toh.."

    Saya : "Ya gitu deh Bu.."

    Dewi : "Terus kalo urusan ranjang gimana Bu?”

    Dewi : “Soalnya terpaut jauh banget umur Bu Ida sama Pak Arman.".

    Saya : “Baik-baik aja Bu".

    Dewi : “Baik-baik aja atau gimana..?"

    Saya : “Ya lancar-lancar aja sih, gak ada apa-apa"

    Dewi : “Mhhmm, terus gimana rasanya?"

    Saya : “Rasanya gimana Bu..?"

    Dewi : “Masa Ibu gak tahu rasanya sih?"

    Saya : “Emang rasanya gimana Bu..?"

    Dewi : “Emang Ibu gak merasakan apa-apa gitu..?"

    Ibu Dewi keheranan.

    Saya : “Nggak..."

    Dewi : “Ya ampuun masa gak ngerasain apa-apa?"

    Saya : “Iya bener, emang gimana gitu rasanya Bu?"

    Saya Balik nanya, karena saya tidak tahu tentang hubungan suami istri itu harus gimana.

    Dewi : “Kasian Ibu, ya udah ayo ikut saya ke rumah"

    Sayapun mengikutinya.

    Pas sudah ada di dalam kamar Bu Dewi.

    Ibu Dewi langsung mengambil sesuatu dari lemarinya.
     Ibu Dewi memang gaul, kelihatan dari caranya memakai baju yang suka menunjukan lekuk tubuhnya yang indah dan tidak pernah memakai jilbab.

    Setelah mengambil sesuatu.

    Ibu Dewi langsung memasukannya ke vcd.

    Dan alangkah kagetnya saya melihat adegan yang ada di tv.

    DEGH..

    Sayapun langsung menutup mata saya.

    Saya : “Bu itu apa, kok mereka telanjang sih, terus kemaluan si prianya gede amat??"

    Dewi : “Udah Ibu gak usah malu gitu, katanya mau tau rasanya gimana.."

    Dewi : “Itu mereka lagi ngentot Bu, kaya yang Ibu lakukan sama Pak Arman”

    Dewi : “Emang bener Ibu gak tau ini namanya apa?"

    Sambil telunjuknya berada di layar kaca.

    Saya : “Tau Bu itu kemaluan, tapi kenapa gede amat..?"

     Jujur Saya hanya pernah satu kali melihat kemaluan pria dan itupun tidak gede dan tegak seperti yang ada di TV, malahan kecil dan lembek, karena saat saya bersenggama sama Mas Arman lampunya selalu di matiin.

    Dewi : “Emang yang seperti ini Bu yang enak, udah liatin aja, gak papa.."

    Sayapun membuka tangan saya dan menyaksikan adegan itu yang ada di Tv.

    Tidak berapa lama kemaluan saya berdenyut.

    Saya : “Bu kok kemaluan saya berdenyut..?"

    Aku panik.

    Dewi : “Gak papa itu normal namanya, biarkan saja" 

    Saat beberapa menit seperti ada yang mau keluar dari kemaluan saya.

    Saya : “Buuu...Kok ada yangg mau keluar dari kemaluan saya...?”

    Saya : “Oohh..mmhhmmhh"

    Dewi : “Keluarin aja Bu, gak papa.."

    Saya pun mengeluarkan cairan kewanitaan saya untuk pertama kalinya.

    Seeerrrrr.....

    Dewi : “Gimana Bu Enak?"

    Saya : “Ooohh...hhhh...iya.."

    Dewi : “Itu namanya ngecrot Bu, bisa di katakan orgasme”

    Dewi : “Apalagi kalo di sodok oleh kontol yang ada di tv Bu, lebih enak."

     Perkataan Ibu Dewi ini yang selalu saya ingat di pikiran saya, karena baru pertama saya mendengar perkataan ini.

    Saya : “Sodok?"

    Dewi : “Iya sodok, maksudnya ngentot dengan laki-laki yang mempunyai kontol segede itu Bu”

    Dewi : “Pasti lebih enak"

    Sambil menunjuk ke TV.

    Saya pun penasaran juga, karena orgasme tadi.

    Saya : “Terus gimana caranya Bu?”

    Saya : “Kemaluan Suami saya kan kecil"

    Dewi : “Ya coba saja yang lain"

    Sayapun bingung dengan perkataan ibu dewi.

    Saya : “Maksudnya yang lain gimana Bu..?"

    Tambah heran, sekaligus penasaran.

    Dewi : “Coba kontol yang lain, selain suami Ibu.."

    Saya : “Kan kalo itu namanya zina Bu”

    Saya : “Bersenggama dengan yang bukan suaminya, dosa atuh.."

    Dengan nada sedikit meninggi.

    Dewi : “Kan untuk menghilangkan kepenasaran gak papa”

    Dewi : “Asalkan jangan menghianati suami, namanya juga penasaran”

    Dewi : “Kalo udah ngerasain kan bisa di akhiri"

    Saya : “Kan tetep aja zina Bu, dosa besar itu."

    Dewi : “Iya Saya tahu, emang Ibu Ida mau terus-terusan kaya gini, penasaran seumur hidup?”

    Dewi : “Dan gak pernah merasakan kenikmatan?”

    Dewi : “Kan hanya untuk menghilangkan penasaran, bukan berniat menghianati Suami"

    Dewi : “Kata Pak Haji juga, pakailah badanmu untuk peribadah”

    Dewi : “Dan rasakanlah di antara badan kamu untuk merasakan 1 kenikmatan”

    Dewi : “Jadi apa lagi yang bisa merasakan kenikmatan selain memek kita Bu..”

    Dewi : “Dan memek gak akan merasakan kenikmatan selain di sodok, di entot”

    Dewi : “Ibukan juga tahu perkataan Pak Haji yang itu waktu pengajian kemaren"

     Memang disetiap malam jumat Pak Haji selalu mengadakan pengajian ibu-ibu dan sayapun pernah mendengarkan ceramah Pak Haji yang itu.

    Sayapun hanya diam dan memikirkan tentang omongan Ibu Dewi.

    Saya : "1 kenikmatan yang harus di dapatkan seumur hidup..??" Pikirku.

    Saya : “Iya Bu saya tahu, terus harus dengan siapa saya melakukannya Bu?"

    Dewi : “Melakukan apa?"

    Saya : “Bersenggama, jujur Saya ingin merasakan kenikmatan itu Bu.."

    Dewi : “Ngentot Bu bukan bersenggama, lebih terbuka dong, supaya leluasa"

    Dewi : “Ya Ibu cari sendiri siapa kira-kira yang bisa memberikan kenikmatan kepada Ibu”

    Dewi : “Dalam urusan seperti ini saya nggak mau terlibat”

    Dewi : “Takutnya ada yang curiga nanti..."

    Saya : “Ya Bu, Saya akan lebih terbuka sekarang, ya nanti saya cari”

    Saya : “Terima kasih Bu atas bantuannya”

    Saya : “Saya permisi, Asalamualaikum..."

    Dewi : “Waalaikum salam..."

    Saya pun keluar dari rumah Bu Dewi.






    [Bersambung...]







      Seksinya Para Mama Chapter 18













    Sumber: 
    Semprot by koga49

    0 komentar:

    Posting Komentar