![]() |
Ilustrasi Ida |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, MILF
Para Tokoh:- Ida
- Guru Pengajian
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Anak Pertama Alm Salim dan Almh Maemunah
- Istri Arman
- 35 Tahun
- Dewi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- 35 Tahun
- Vivi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- 38 Tahun
- Wilda
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- 34 Tahun
- Dahlia
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Junaedi
- Rofidah
- Ustadzah
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Arman Ardiansyhah
- Pegawai Kantor
- Suami Ida
- Ayah Rendy
- Keponakan Asman
- 58 Tahun
- Junaedi
- Ketua Pesantren [Pemilik Pesantren]
- Suami Dahlia
- 65 Tahun
Chapter 17
POV Ida
Flas Back...
Setelah
sampai di rumah Mas Arman.
Di sana sudah ada
dua bapak-bapak yang menunggu.
Merekapun langsung menghampiri dan menyapa kami.
Merekapun langsung menghampiri dan menyapa kami.
Saat masuk saya takjub dengan rumah Mas Arman yang gede dan luas.
Sayapun langsung masuk kedalam kamar dan merebahkan diri.
Karena saya sedang
datang bulan, saya tidak banyak kegiatan.
Malam haripun tiba, saya yang sedang rebahan
di dalam kamar sendirian, tiba-tiba Mas Arman masuk dan langsung mencopot
pakaiannya.
Saya yang pada
saat itu masih berumur 20 tahun tidak tahu harus apa.
DEGH..
Sayapun kaget dan diam.
Karena saya selalu ingat pesan emak.
Saat Mas Arman membuka kolor, saya langsung malu dan aneh melihat kemaluannya.
Mas Arman
pun mematikan lampu dan langsung menindih saya.
Jujur pada saat saya diperawani oleh Mas Arman
saya tidak merasakan apa-apa.
Saya
: “Apakah seperti ini yang namanya kawin...?” Pikirku.
Setelah 5 tahun
perkawinan saya dengan Mas Arman, saya mengandung anak pertama.
Pada saat saya
mengandung anak pertama, Saya kedatangan tetangga baru namanya Ibu Dewi.
![]() |
Ilustrasi Dewi |
Ibu Dewi pada saat
itu juga lagi mengandung anak yang pertama berusia 2 minggu.
Setelah itu saya
berkenalan dan berteman dekat dengan Ibu Sewi dan berbagi cerita dengannya.
Ibu dewi itu orangnya baik sangat terbuka dan
suka membantu, Ibu Dewi juga yang membantu saya membuka pengajian dan mengenalkan
saya pada ibu-ibu yang lain, saya mengenal Ibu Vivi, Ibu Wilda, Ibu Ustadzah Rofidah,
Ibu Hajjah Dahlia dan banyak lagi ibu-ibu di komplek ini yang dikenalkan Bu Dewi
pada saya
Dan Ibu Dewi juga yang mengenalkan saya pada
sesepuh komplek disini, namanya Pak Haji Junaedi suami dari Ibu Hajjah Dahlia,
Beliau adalah pengurus sekaligus pemilik pondok pesantren yang ada disini dan yang
memberikan saya ijin untuk mengajar di komplek ini.
Pada suatu hari
saat kehamilan saya yang masuk 6 bulan, saya biasa ngobrol dengan Ibu Dewi di
depan rumah.
Dewi : "Bu, Bu Ida kan pinter banget ni tentang pengajian,gimana kalo urusan yang lain..?”
Dewi : "Bu, Bu Ida kan pinter banget ni tentang pengajian,gimana kalo urusan yang lain..?”
Saya : "Urusan yang lain apa Bu?"
Dewi :
"Yang lain, ya seperti hubungan percintaan gitu..?"
Saya : "Ohh..
Kalo urusan percintaan, saya kurang tau Bu."
Dewi :
"Loh, terus gimana Bu Ida kenal Pak Arman, apa di jodohkan..?”
Sayapun
menceritakan awalnya bertemu dengan Mas Arman.
Dewi : "Oohh
nikah mendadak toh.."
Saya : "Ya
gitu deh Bu.."
Dewi : "Terus
kalo urusan ranjang gimana Bu?”
Dewi
: “Soalnya terpaut jauh banget umur Bu Ida sama Pak Arman.".
Saya
: “Baik-baik aja Bu".
Dewi
: “Baik-baik aja atau gimana..?"
Saya : “Ya lancar-lancar aja sih, gak ada apa-apa"
Dewi : “Mhhmm, terus gimana rasanya?"
Saya : “Rasanya gimana Bu..?"
Dewi : “Masa Ibu gak tahu rasanya sih?"
Saya
: “Emang rasanya gimana Bu..?"
Dewi :
“Emang Ibu gak merasakan apa-apa gitu..?"
Ibu Dewi
keheranan.
Saya
: “Nggak..."
Dewi : “Ya ampuun
masa gak ngerasain apa-apa?"
Saya : “Iya bener,
emang gimana gitu rasanya Bu?"
Saya
Balik nanya, karena saya tidak tahu tentang hubungan suami istri itu harus
gimana.
Dewi : “Kasian Ibu,
ya udah ayo ikut saya ke rumah"
Sayapun
mengikutinya.
Pas
sudah ada di dalam kamar Bu Dewi.
Ibu Dewi
langsung mengambil sesuatu dari lemarinya.
Ibu Dewi memang gaul, kelihatan dari caranya
memakai baju yang suka menunjukan lekuk tubuhnya yang indah dan tidak pernah
memakai jilbab.
Setelah mengambil
sesuatu.
Ibu Dewi
langsung memasukannya ke vcd.
Dan
alangkah kagetnya saya melihat adegan yang ada di tv.
DEGH..
Sayapun
langsung menutup mata saya.
Saya : “Bu itu apa,
kok mereka telanjang sih, terus kemaluan si prianya gede amat??"
Dewi : “Udah Ibu
gak usah malu gitu, katanya mau tau rasanya gimana.."
Dewi : “Itu mereka lagi ngentot Bu, kaya yang Ibu lakukan sama Pak Arman”
Dewi
: “Emang bener Ibu gak tau ini namanya apa?"
Sambil telunjuknya
berada di layar kaca.
Saya
: “Tau Bu itu kemaluan, tapi kenapa gede amat..?"
Jujur Saya hanya pernah satu kali melihat
kemaluan pria dan itupun tidak gede dan tegak seperti yang ada di TV, malahan
kecil dan lembek, karena saat saya bersenggama sama Mas Arman lampunya selalu
di matiin.
Dewi : “Emang yang
seperti ini Bu yang enak, udah liatin aja, gak papa.."
Sayapun membuka
tangan saya dan menyaksikan adegan itu yang ada di Tv.
Tidak
berapa lama kemaluan saya berdenyut.
Saya : “Bu kok
kemaluan saya berdenyut..?"
Aku panik.
Dewi : “Gak papa
itu normal namanya, biarkan saja"
Saat
beberapa menit seperti ada yang mau keluar dari kemaluan saya.
Saya
: “Buuu...Kok ada yangg mau keluar dari kemaluan saya...?”
Saya
: “Oohh..mmhhmmhh"
Dewi : “Keluarin
aja Bu, gak papa.."
Saya pun
mengeluarkan cairan kewanitaan saya untuk pertama kalinya.
Seeerrrrr.....
Dewi : “Gimana Bu Enak?"
Saya
: “Ooohh...hhhh...iya.."
Dewi : “Itu namanya
ngecrot Bu, bisa di katakan orgasme”
Dewi
: “Apalagi kalo di sodok oleh kontol yang ada di tv Bu, lebih enak."
Perkataan Ibu Dewi ini yang selalu saya ingat
di pikiran saya, karena baru pertama saya mendengar perkataan ini.
Saya : “Sodok?"
Dewi : “Iya sodok,
maksudnya ngentot dengan laki-laki yang mempunyai kontol segede itu Bu”
Dewi
: “Pasti lebih enak"
Sambil
menunjuk ke TV.
Saya pun penasaran
juga, karena orgasme tadi.
Saya
: “Kemaluan Suami saya kan kecil"
Dewi
: “Ya coba saja yang lain"
Sayapun
bingung dengan perkataan ibu dewi.
Saya
: “Maksudnya yang lain gimana Bu..?"
Tambah heran, sekaligus penasaran.
Dewi
: “Coba kontol yang lain, selain suami Ibu.."
Saya
: “Kan kalo itu namanya zina Bu”
Saya :
“Bersenggama dengan yang bukan suaminya, dosa atuh.."
Dengan
nada sedikit meninggi.
Dewi
: “Kan untuk menghilangkan kepenasaran gak papa”
Dewi
: “Asalkan jangan menghianati suami, namanya juga penasaran”
Dewi
: “Kalo udah ngerasain kan bisa di akhiri"
Saya
: “Kan tetep aja zina Bu, dosa besar itu."
Dewi
: “Iya Saya tahu, emang Ibu Ida mau terus-terusan kaya gini, penasaran seumur
hidup?”
Dewi
: “Dan gak pernah merasakan kenikmatan?”
Dewi
: “Kan hanya untuk menghilangkan penasaran, bukan berniat menghianati Suami"
Dewi
: “Kata Pak Haji juga, pakailah badanmu untuk peribadah”
Dewi
: “Dan rasakanlah di antara badan kamu untuk merasakan 1 kenikmatan”
Dewi
: “Jadi apa lagi yang bisa merasakan kenikmatan selain memek kita Bu..”
Dewi
: “Dan memek gak akan merasakan kenikmatan selain di sodok, di entot”
Dewi
: “Ibukan juga tahu perkataan Pak Haji yang itu waktu pengajian kemaren"
Memang disetiap malam jumat Pak Haji selalu
mengadakan pengajian ibu-ibu dan sayapun pernah mendengarkan ceramah Pak Haji yang
itu.
Sayapun hanya diam dan
memikirkan tentang omongan Ibu Dewi.
Saya : "1
kenikmatan yang harus di dapatkan seumur hidup..??" Pikirku.
Saya : “Iya Bu saya tahu, terus harus dengan siapa saya melakukannya Bu?"
Dewi : “Melakukan
apa?"
Saya : “Bersenggama,
jujur Saya ingin merasakan kenikmatan itu Bu.."
Dewi
: “Ngentot Bu bukan bersenggama, lebih terbuka dong, supaya leluasa"
Dewi
: “Ya Ibu cari sendiri siapa kira-kira yang bisa memberikan kenikmatan kepada
Ibu”
Dewi
: “Dalam urusan seperti ini saya nggak mau terlibat”
Dewi
: “Takutnya ada yang curiga nanti..."
Saya
: “Ya Bu, Saya akan lebih terbuka sekarang, ya nanti saya cari”
Saya
: “Terima kasih Bu atas bantuannya”
Saya
: “Saya permisi, Asalamualaikum..."
Dewi : “Waalaikum
salam..."
Saya pun
keluar dari rumah Bu Dewi.
[Bersambung...]
Seksinya Para Mama Chapter 18
Sumber:
Semprot by koga49
0 komentar:
Posting Komentar