![]() |
Ilustrasi Ida |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, MILF
Para Tokoh:- Ida
- Guru Pengajian
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Anak Pertama Alm Salim dan Almh Maemunah
- Istri Arman
- Mama Rendy
- 35 Tahun
- Maemunah
- [Almh]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Salim
- Mama Ida, Rafiq, Fikri
- Esih
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Asman
- Salim
- [Alm]
- Pengurus Pesantren Nurul Huda [Pemilik Pesantren]
- Suami Maemunah
- Ayah Ida, Rafiq, Fikri
- Raqik
- Pengurus Pesantren Nurul Huda
- Anak kedua Alm Salim dan Almh Maemunah
- 25 Tahun
- Fikri
- Anak ketiga Alm Salim dan Almh Maemunah
- 20 Tahun
- Arman Ardiansyhah
- Pegawai Kantor
- Suami Ida
- Ayah Rendy
- Keponakan Asman
- 58 Tahun
- Rendi Ardiansyhah
- Siswa SD
- Anak Arman dan Ida
- 10 Tahun
- Asman
- Juragan
- Suami Esih
Chapter 15
Nama saya Ibu
Ida umur saya 35 tahun.
Seorang Ibu rumah tangga dan pemimpin pengajian ibu-ibu
Saya mempunyai 1 anak yang bernama Rendy Ardiyanshah umur 10 tahun kelas
5 SD
Dan saya mempunyai suami yang bernama Arman Ardiyanshah
umur 58 tahun pekerja kantoran.
Saya terlahir dari keluarga yang terhormat.
Saya terlahir dari keluarga yang terhormat.
Bapak saya bernama Alm Abah Haji Salim
Dan Ibu saya bernama Almh Ibu Hajah Maemunah.
Saya anak pertama dari 3 bersaudara.
Satu perempuan ya itu saya dan dua laki-laki adik-adik
saya.
Adik saya yang pertama bernama Rafiq yang sekarang berumur 25 tahun dan meneruskan pesantren Abah Saya.
Dan yang kedua bernama Fikri umur 20 tahun yang masih berada di pesantren di daerah Jawa Tengah.
Saya lahir di perkampungan, Kota Garut.
Dari kecil Saya hanya belajar mengaji kepada Abah saya, beliau adalah Guru sekaligus pemilik pondok pesantren Nurul Huda, khusus hanya untuk santri laki-laki.
Saya hanya sekolah sampe SD dan dilarang melanjutkannya oleh abah saya.
Beliau pernah berkata..
Salim : "Neng ngges cukup maneh sakola sampe SD wae”
[Neng
cantik cukup kamu sekolah sampai SD aja]
Salim : “Ulah di teruskeun, mending belajar ngaji wae tah
jg emak,”
[Jangan
diteruskan, mending belajar ngaji aja itu juga bagus”
Salim : “Matak kaduhung maneh te bisa ngaji mah.."
[Yang penting itu kamu bisa ngaju
mah]
Sayapun hanya mengangguk.
Waktu itu saya baru berumur 13 tahun, saya termasuk anak yang penurut dan tak pernah membantah. Saya selalu menurut semua perintah dan perkataan Abah saya.
Waktu itu Beliau sudah berumur 45 tahun dan Emak sudah berumur 28 tahun.
Dan Rafiq adik saya yang pertama baru berumur 3 tahun.
Setiap magrib aku selalu mengaji ke emak.
Saya tidak pernah menonton TV.
Masa-masa kecil saya hanya di dapur, membantu Emak dan belajar memasak.
Saya tidak diperbolehkan mengenal alam luar oleh Abah saya, karena beliau selalu memikirkan kasus anak jaman sekarang yang hamil di luar nikah.
Pada saat umur saya menginjak 20 tahun, Abah saya meninggal di usia 52 tahun karena serangan jantung.
Saat tahlilan semua kerabat dan orang dari berbagai daerah pun datang.
Sayapun disuruh Emak
mengantarkan baskom Bu Esih, Istri juragan Asman, karena ketinggalan dirumah,
bekas melayad.
Saat saya berada di depan rumah juragan Asman, saya langsung uluk salam.
Saya : "Asalamualaikum.."
Ckrekk..kreekkkeettt..
Pintupun terbuka.
Dan ternyata yang membukakan pintu adalah seorang Bapak-bapak.
"Waalaikumsalam..”
Saya : "Ibu Esihnya ada Pak..?"
"Lagi keluar sama Pak Asman, ada perlu apa ya neng..?"
Saya : "Nggak ak, Saya hanya mau mengembalikan baskom
Bu Esih”
Saya : “Yang ketinggalan di rumah saya.."
Sambil saya memberikan baskom Bu Esih padanya.
Saat saya beranjak
pergi dia langsung mengenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya pada saya.
Arman : "Ehh.. Tunggu, saya Arman ponakannya juragan Asman,
nama Neng siapa..?"
Saya : "Ida Pak, Saya permisi dulu, Asalamualaikum.."
Setelah menjawab saya langsung pergi tanpa menghiraukan
dirinya mengajak salaman.
Chapter 16
Sayapun kembali kerumah dan langsung tidur.
Oh iya setelah Abah tiada pesantrenpun di teruskan sementara oleh Mamang saya.
Pagipun telah tiba.
Oh iya setelah Abah tiada pesantrenpun di teruskan sementara oleh Mamang saya.
Pagipun telah tiba.
Saya pun langsung memasak dan membangunkan Rafiq untuk
sekolah.
Setelah Rafiq berangkat sekolah.
Sayapun beres-beres
rumah dari nyapu ngepel dan mencuci sampai menyiram tanaman, saya yang
mengerjakannya.
Setelah semua urusan rumah sudah beres.
Setelah semua urusan rumah sudah beres.
Saya pun merebahkan badan Saya di kursi ruang tamu.
Saat sedang nyantai saya di kagetkan dengan suara yg mengucapkan salam.
"Asalamualaikum.."
Sayapun mengintip dari jendela, ternyata juragan Asman, Bu
Esih dan ponakannya, Pak Arman.
Sayapun langsung menjawab salam mereka sambil membukakan pintu.
Ckrekk..kreekkkeettt..
Saya : "Waalaikumsalam, eh juragan, Bu mangga
kalebeut, calik calik.."
[Waalaikumsalam eh juragan Bu masuk
silahkan duduk-duduk]
Saya menyalami Bu Esih dan juragan Asman sambil mempersilahkan mereka masuk.
Sayapun langsung kedapur dan mengambil minuman..
Saya : "Hampunteun nya, te aya nanaon..?"
[Maaf sebelumnya, mau minum apa..?
Esih : "Ntos atuh Neng ntong repot-repot.."
[Enggak usah Neng jadi repot-repot]
Esih : "Kamana Emakna..?
[Kemana Ibu]
Saya : "Ohhh aya, ngkinnya di sauran heula"
[Ohhh ada, Mungkin di kamar]
Sambil saya menuju kamar Emak.
Dan kulihat Emak sedang berzikir, mungkin selesai solat
Duha.
Saya : "Mak.."
Emak : "Eh nya, aya naon Neng..?"
[Eh iya ada apa Neng..?]
Saya : "Ituh aya Bu Esih sareng Juragan Asman di payun.."
Saya : "Ituh aya Bu Esih sareng Juragan Asman di payun.."
[Itu ada Bu Esih dengan Juragan Asman
di depan..]
Emak : "Oh nya ngkin Emak ka payun.."
[Oh iya
Emak ke depan..]
Saya tidak menemui Bu Esih lagi, langsung masuk ke kamar
dan tiduran.
Tidak lama Emak langsung masuk kekamar.
Emak : "Neng tadi Bu Esih sareng Juragan Asman teh,
ngalamar Neng.."
[Neng
tadi Bu Esih dengan Juragan Asman itu, ngelamar Neng..]
Saya : "Ngalamar Neng..?"
Emak : "Kumaha Neng setuju?”
[Bagaimana
Neng Setuju?]
Emak : “Tapi ceuk Emak mah mening setuju wae”
[Tapi
kalau Emak pikir setuju aja]
Emak : ”Ja Eneng tos gede, Abah ntos t aya, Emak ntos
kolot”
[Karena
Eneng Itu udah gede, Abah sudah enggak ada, Emak sudah tua]
Emak : “Neng supaya aya nu ngajagaan, aya anu ngurusan,
nyah, setujuhkan wae.."
[Neng
supaya ada yang jagain, ada yang ngurusin, iya, setujukan aja..]
Sayapun hanya mengangguk dan nurut sama omongan Emak.
Saya : "Sareng saha Mak, Neng di tikahkeuna..?"
[Sama
siapa Mak, Neng di nikahkan..?]
Emak : "Eta misanna Juragan Asman, ngarana Arman.."
[Itu
Keponakan Juragan Asman, namanya Arman..]
Akupun kaget dan tak bisa apa-apa selain menerimanya.
Saya : "Oh muhun Mak, Neng tarima.."
[Oh iya Mak, Neng terima..]
Singkat cerita perkawinan saya pun di mulai.
Dan setelah beberapa hari di kampung sesudah perkawinan.
Singkat cerita perkawinan saya pun di mulai.
Dan setelah beberapa hari di kampung sesudah perkawinan.
Saya pun di ajak Mas Arman ke kota.
Saya pun langsung pamit kekeluarga.
Emak menitipkan pesan kepada saya.
Emak : "Awas nyah, nu hade di2tuna, kudu nurut ka
salaki”
[Awas
ya. Disana, harus nurut sama suami]
Emak : “Ulah sok ninggalken solat.."
[Jangan
pernah ninggalkan solat]
Dan saya pun
meninggalkan keluargaku yang tercinta, tak terasa Saya menitiskan air mata
sambil melambaikan salam perpisahan.
[Bersambung...]
Seksinya Para Mama Chapter 17
Sumber:
Semprot by koga49
0 komentar:
Posting Komentar