![]() |
Ilustrasi Ambar |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Gangbang, Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Ambar
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Devisi Riset]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Arifin
- Ibu Andi
- 37 Tahun
- Arifin
- Karyawan Perusahaan BUMN Kontruksi [Manajer]
- Suami Ambar
- Ayah Andi
- 40 Tahun
- Andi
- Siswa Kelas 6 SD Swasta
- Anak Arifin dan Ambar
- 12 Tahun
- Siswanto
- Kepala Sekolah [Guru Matematika]
- Heri
- General Manager Farmasi
- Pengurus Yayasan
Chapter 08
Sehari Sesudahnya..
Pagi itu Ambar sedang membereskan rumahnya setelah mengantar anaknya ke sekolah dengan mobilnya sendiri. Sementara itu suaminya sudah 2 hari tidak di rumah karena sedang di
jakarta untuk memberi laporan pada kantor pusat tentang proyeknya. Hari ini Ambar ijin untuk masuk ke kantor agak siang karen harus menghadiri acara di luar. Untungnya atasannya memberi ijin karena pekerjaannya memang tidak banyak
namun ada harga yang harus dia bayar kepada Pak Heri nanti. Selesai membereskan rumah ambar beristrahat sebentar di meja makan dan menikmati teh panas yang dia buat.
Ambar : "Aku harus segera siap siap"
Ambar melamun memikirkan nasibnya yang carut marut semakin tidak menentu dari waktu ke waktu yang telah dia jalani. Entah darimana sedikit akal sehatnya muncul dan mengembalikan kewarasannya yang selama ini hilang entah kemana. Dia tidak habis pikir bagaimana dia bisa bermain api di belakang keluarganya sendiri yang selalu mendukungnya. Tidak hanya dengan satu orang namun dua orang yang secara rutin menikmati tubuhnya, yang seharusnya hanya milik suaminya. Dia takut apa yang dia lakukan ini akan membuat keutuhan keluarganya dalam bahaya dan diambang kehancuran.
Ambar : "Terlebih lagi..."
Namun dari hari ke hari Ambar semakin dipenuhi oleh nafsu birahi yang harus dipuaskan dengan seks yang menggebu gebu. Dia tidak dapat mengontrol dirinya sendiri yang seakan akan menerima semua penis penis itu dengan sukarela.
Ambar melamun memikirkan nasibnya yang carut marut semakin tidak menentu dari waktu ke waktu yang telah dia jalani. Entah darimana sedikit akal sehatnya muncul dan mengembalikan kewarasannya yang selama ini hilang entah kemana. Dia tidak habis pikir bagaimana dia bisa bermain api di belakang keluarganya sendiri yang selalu mendukungnya. Tidak hanya dengan satu orang namun dua orang yang secara rutin menikmati tubuhnya, yang seharusnya hanya milik suaminya. Dia takut apa yang dia lakukan ini akan membuat keutuhan keluarganya dalam bahaya dan diambang kehancuran.
Ambar : "Terlebih lagi..."
Namun dari hari ke hari Ambar semakin dipenuhi oleh nafsu birahi yang harus dipuaskan dengan seks yang menggebu gebu. Dia tidak dapat mengontrol dirinya sendiri yang seakan akan menerima semua penis penis itu dengan sukarela.
Ambar duduk di depan meja rias di dalam kamarnya yang berhiaskan cermin bening besar di atasnya . Dia melihat pantulan dirinya pada cermin besar di depannya itu dan menyadari siapa dirinya sebenarnya. Daripada menjadi seorang istri maupun seorang ibu, entah kenapa dia lebih suka diperlakukan layaknya budak.
Ambar : "Ya budak'
Ambar : "Aku memang seorang budak seks"
Ambar : "Ya budak'
Ambar : "Aku memang seorang budak seks"
Selesai merias wajahnya, Ambar segera meninggalkan rumah meskipun ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Hal itu tidak lain adalah kenyataan tentang bagaimana anak semata wayangnya memandangnya sebagai seorang wanta. Andi kecil yang kini beranjak remaja memandang Ambar tidak lebih dari objek seksual yang dia pakai dalam fantasinya.
Ambar : "Ah itu urusan nanti"
Di Tempat Acara..
Jam tangan Ambar menunjukkan pukul 9 pagi ketika dia tiba di halaman sekolah Andi, anak semata wayangnya. Di pintu gerbang dalam, dan sebuah papan bertuliskan 'PINTU MASUK PERTEMUAN ORANG TUA MURID'.
Ya hari ini dia menghadiri pertemuan orang tua murid kelas 6 untuk membahas persiapan ujian akhir nanti. Namun dia sudah bersiap untuk menghadapi apa yang terjadi selanjutnya setelah pertemuan orang tua murid. Setiap Ambar datang ke sekolah itu, Ambar selalu bersiap dengan kemungkinan terburuk karena Pak Siswanto di dalamnya.
Ambar : "Heemmm itu dia ruangannya"
Ambar berjalan ringan menuju ruangan di sekolah yang sudah tidak asing baginya mengingat yang terjadi akhir akhir ini. Ketika sedang buru buru berjalan ke arah ruangan pertemuan yang sudah mulai dipenuhi oleh orang tua murid, tiba tiba namanya dipanggil.
Pak Siswanto : "Ibu Ambar"
Ambar menoleh ke belakang arah suara yang memanggil namanya itu datang dan terlihatlah sosok yang sudah tidak asing baginya.
Ambar : "P...P...Pak Sis"
Pak Siswanto : "Ibu mau ke pertemuan orang tua murid ya"
Pak Siswanto berbicara dengan senyum ramah tanpa menunjukkan pikiran kotornya dengan penuh kepura puraan.
Ambar : "I..iya Pak"
Pak Siswanto : "Wah wah wah Ibu cantik sekali hari ini"
Ya hari ini dia menghadiri pertemuan orang tua murid kelas 6 untuk membahas persiapan ujian akhir nanti. Namun dia sudah bersiap untuk menghadapi apa yang terjadi selanjutnya setelah pertemuan orang tua murid. Setiap Ambar datang ke sekolah itu, Ambar selalu bersiap dengan kemungkinan terburuk karena Pak Siswanto di dalamnya.
Ambar : "Heemmm itu dia ruangannya"
Ambar berjalan ringan menuju ruangan di sekolah yang sudah tidak asing baginya mengingat yang terjadi akhir akhir ini. Ketika sedang buru buru berjalan ke arah ruangan pertemuan yang sudah mulai dipenuhi oleh orang tua murid, tiba tiba namanya dipanggil.
Pak Siswanto : "Ibu Ambar"
Ambar menoleh ke belakang arah suara yang memanggil namanya itu datang dan terlihatlah sosok yang sudah tidak asing baginya.
Ambar : "P...P...Pak Sis"
Pak Siswanto : "Ibu mau ke pertemuan orang tua murid ya"
Pak Siswanto berbicara dengan senyum ramah tanpa menunjukkan pikiran kotornya dengan penuh kepura puraan.
Ambar : "I..iya Pak"
Pak Siswanto : "Wah wah wah Ibu cantik sekali hari ini"
Ambar : "Terima kasih Pak"
Pak Siswanto : "Sebelum ke ruangan rapat mari ikut saya dulu"
Pak Siswanto mengajak Ambar untuk mengikuti nya dengan senyum ramah berbeda dengan yang dia ketahui selama ini. Ambar pun terpaksa mengikuti ajakan Pak Siswanto ke arah salah satu sudut sekolah yang cukup sepi pagi itu. Setelah memastikan keadaan aman Pak Siswanto lalu berbalik dan memeluk ambar sembari tangannya meremas remas buah dadanya.
Pak Siswanto : "Sebelum ke ruangan rapat mari ikut saya dulu"
Pak Siswanto mengajak Ambar untuk mengikuti nya dengan senyum ramah berbeda dengan yang dia ketahui selama ini. Ambar pun terpaksa mengikuti ajakan Pak Siswanto ke arah salah satu sudut sekolah yang cukup sepi pagi itu. Setelah memastikan keadaan aman Pak Siswanto lalu berbalik dan memeluk ambar sembari tangannya meremas remas buah dadanya.
Ambar : "Akh Pak sudah Pak"
Pak Siswanto : "Lihat Ibu datang ke rapat orang tua murid dengan pakaian seperti ini"
Pak Siswanto membuka blazer yang dipakai Ambar yang melapisi Camisol tipis berwarna biru yang dipakainya. Dibalik camisole itu sudah tidak ada apa apa lagi sehingga puting payudaranya tercetak jelas pada permukaannya.
Pak Siswanto : "Lihat Bu pentil nya haha"
Ambar : "Akh Pak jangan Pak nanti ketahuan orang"
Pak Siswanto : "Biarkan saja lihat ini pentil Ibu seperti akan merobek baju yang Ibu pakai"
Ambar : "Pak saya ingin bicara sebentar akhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu jangan memikirkan hal lain"
Ambar : "Akh baik Pak"
Pak Siswanto : "Bagus sekarang ikuti perintah saya"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Siswanto mencoba membuka rok yang dipakai Ambar ke atas menampakkan paha dan selangkangannya yang tidak tertutupi celana dalam.
Pak Siswanto : "lihat itil ibu besar sekali"
Ambar : "Akh tolong Pak saya malu"
Pak Siswanto : "bu datang kesekolah anak ibu dengan memek basah begini"
Ambar : "Ah sudah Pak tolong"
Pak Siswanto : "Hari ini saya akan ngentotin Ibu lagi"
Ambar : "Akh Pak"
Pak Siswanto lalu mengambil sebuah dildo dari saku celananya dan memasukkanya dalam vagina basah Ambar.
Ambar : "Hhhhnnnnnn"
Pak Siswanto : "Ini hukuman buat ibu karena berpenampilan nakal seperti ini"
Ambar : "Hmmmfghhhh"
Pak Siswanto : "Saya pergi dulu, Ibu jangan sampai terlambat ke pertemuan orang tua"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Siswanto : "Saya pergi dulu, Ibu jangan sampai terlambat ke pertemuan orang tua"
Ambar : "Baik Pak"
Acara di Mulai..
Pertemuan orang itu dimulai dan dipimpin langsung oleh Pak Siswanto dan
dihadiri komite sekolah, beberapa guru dan pengurus yayasan.
Ambar mencoba duduk dengan tenang meskipun sebuah dildo menjejali vaginanya yang sedari tadi basah oleh cairan vaginanya. Dia duduk di samping laki laki yang merupakan ayah dari salah satu murid kelas 6 teman Andi yang tidak dia ketahui namanya. Laki laki itu sejak tadi melirik bagian dada Ambar menyadar bahwa dia hanya memakai camisol tipis tanpa bh.
Ambar mencoba duduk dengan tenang meskipun sebuah dildo menjejali vaginanya yang sedari tadi basah oleh cairan vaginanya. Dia duduk di samping laki laki yang merupakan ayah dari salah satu murid kelas 6 teman Andi yang tidak dia ketahui namanya. Laki laki itu sejak tadi melirik bagian dada Ambar menyadar bahwa dia hanya memakai camisol tipis tanpa bh.
Semakin lama dildo itu semakin tidak nyaman dalam vagina Ambar, dia merasa gelisah dan keringat membasahi tubuhnya.
Ambar : "Aaahhhhh"
Sesekali Ambar mencoba mendesah pelan agar tidak terdengar oleh peserta pertemuan yang duduk di dekatnya.
Acara Selesai..
Setelah rapat selesai Ambar segera berdiri dari duduknya dan dengan buru buru meninggalkan ruangan rapat. Ambar berlari keluar dengan nafas terengah engah setelah menahan rasa geli karena dildo selama pertemuan tadi.
Hampir saja dia mengalami orgasme hebat jika tidak segera meninggalkan ruangan yang masih penuh dengan orang itu. Rasanya Ambar sudah tidak mampu berjalan lagi karena kakinya terasa lemas menahan geli sejak tadi.
Pak Siswanto : "Ada apa Bu"
Ambar terkejut menyadari Pak Siswanto sudah berdiri di hadapannya tanpa dia sadari kedatangannya.
Ambar : "Akh Pak Sis"
Pak Siswanto : "Kok buru buru pergi Bu"
Ambar : "Akh Pak tolong pak puaskan saya"
Pak Siswanto : "Saya tidak mau"
Ambar : "Tolong Pak saya sudah tidak kuat lagi"
Pak Siswanto : "Ibu yakin mau dientot lagi di sekolah anak Ibu saat jam sekolah begini?"
Ambar : "Akh iya Pak tolong"
Pak Siswanto : "Ibu benar benar Lonte murahan"
Ambar : "Akh saya tidak peduli pak"
Pak Siswanto : "Bu sadar anak Ibu masih di sekolah saat ini"
Pak Siswanto : "Saya tidak mau"
Ambar : "Tolong Pak saya sudah tidak kuat lagi"
Pak Siswanto : "Ibu yakin mau dientot lagi di sekolah anak Ibu saat jam sekolah begini?"
Ambar : "Akh iya Pak tolong"
Pak Siswanto : "Ibu benar benar Lonte murahan"
Ambar : "Akh saya tidak peduli pak"
Pak Siswanto : "Bu sadar anak Ibu masih di sekolah saat ini"
Ambar : "Saya tahu Pak tapi tolong puaskan saya"
Pak Siswanto : "Baiklah Ibu akan saya puaskan Lonte seperti Ibu"
Pak Siswanto : "Baiklah Ibu akan saya puaskan Lonte seperti Ibu"
Ambar : "Akh terima kasih Pak puaskan saya Pak"
Di Sebuah Ruangan Sekolah..
Ambar dibawa ke sebuah ruangan lain di sekolah itu yang terletak di lantai dua dan sedikit tersembunyi karena jarang dilewati. Ambar masuk ke dalam ruangan itu dengan mata tertutup dan tubuh yang sudah tidak ditutupi sehelai benangpun.
Pak Siswanto meninggalkan Ambar berdiri sendiri tanpa bisa melihat keadaan di sekitarnya. Sementara itu Pak Siswanto menyiapkan sebuah kamera handycam dan memulai merekam dari sebuah tripod yang menyangganya.
Pak Siswanto : "Gimana bu? ibu senang"
Ambar : "Akh iya Pak saya senang sekali"
Pak Siswanto : "Kalo begitu kita mulai sekarang'
Ambar : "Iya Pak akh'
Pak Siswanto : "Sekarang buka penutup mata Ibu"
Ambar : "Baik Pak"
Ambar melepas kain hitam yang sejak tadi menutup matanya dan perlahan membuka matanya untuk melihat. Namun ketika matanya terbuka seluruhnya, Ambar begitu terkejut menyadari bahwa di ruangan itu tidak hanya mereka berdua. Selain dia dan Pak Siswanto ada beberapa laki laki lain yang dia kenali sebagai pengurus yayasan sekolah ini.
Ambar : "Akh apa ini Pak"
Tangan mereka segera beraksi meremas seluruh tubuh Ambar secara bersamaan dan kasar tanpa permisi. Payudara besar Ambar, paha, vagina tidak lolos dari tangan tanga jahil lelaki lelaki mesum itu.
Ambar : "Hhhhahhhh ...akhhh"
Ambar : "Tolong Pak akhhhhh"
Ambar : "Udah akhhhh sakit akh"
Ambar : "Hyahhhhh"
Ambar : "Udah Pak tolong "
tanpa menghiraukan permohonan ambar mereka terus menggerayangi tubuh telanjang ambar tanpa ampun.
"Wah susu Ibu besar sekali haha"
"Iya besar masih bersusu lagi haha"
"Jadi pengen netek ke susu Ibu haha"
"Ini memeknya juga sudah basah begini"
kata kata kotor memenuhi ruangan di sekolah yang seharusnya menjadi tempat membentuk calon penerus bangsa yang berbudi itu.
Ambar : "Hnnnnaaahhhh"
"Siap siap Bu, Ibu akan kita entot haha"
Ambar : "Pak Sis tolong Pak"
Pak Siswanto : "Udah Bu dinikmati saja hahaha" Pak siswanto mejawab enteng dari kejauhan sambil terus merekam adegan di depannya itu dengan kamera handycamnya.
Ambar merasakan vaginanya di masuki oleh jari jari yang mengocok kasar hingga membuat dia mendesah keras. Sementara salah satu lelaki menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya sementara laki laki lain menempelkan penisnya ke pipinya. Kedua buah dadanya juga dipakai untuk menjepit penis lelaki yang duduk di atasnya dan putingnya juga ditarik tarik kasar. Sementara itu kedua tangannya dipaksa mengocok penis dua laki laki yang berdiri di samping kanan kirinya.
"Haaha Ibu ini benar benar suka kontol"
Ambar : "Ahhhhh sreppppp"
Ambar : "Mnhhhhhhhh"
Ambar : "Ahhhahhhhha"
Ambar begitu tidak berdaya menghadapi begitu banyak penis yang mengacaung tegak di hadapannya itu.
Ambar : "Ahhhhhhh...akhhhh"
Ambar merasa seluruh tubuhnya menjadi sensitif akibat digerayangi beramai ramai oleh pengurus yayasan itu.
Ambar : "Hmbbghhhhh'
"Akh mulut Ibu ennnak sekali"
"Aaahhhh...oohhhhh"
"Memeknya semakin basah hahaha"
Ambar sudah tidak mampu lagi dan hampir saja pingsan ketika diminta penis penis itu yang terus datang dan pergi.
"Akhhh aku mau kelaur akhhhh"
Salah satu lelaki itu menumpahkan spermanya di wajah Ambar yang cantik mengenai mulut hidung dan sebagian rambutnya.
"Fuahhhhh"
"Aku mau ngentot Ibu ini aku sudah ndak kuat"
Ambar : "Akh iya pak entot saya"
Ambar : "Akkhhhhhhhhh"
Ambar : "Aaaahhhhh ennnak sekali akh"
"Akhhhh memeknya sempit sekali akhhhh"
Ambar : "Aaahhhhhhh"
Ambar : "Aaakkkkhhh...akhh...enak sekali"
Penis itu terus menyodok vaginanya tanpa ampun, Ambar hanya pasrah tubuhnya dipakai secara beramai ramai.
"Oh saya mau keluar Bu akh"
Ambar : "Akh saya juga Pak akh"
''Saya keluar di dalam ya Bu akhhhhh"
Ambar : "Akh silakan Pak silakan penuhi memek saya dengan pejuh Bapak"
"Saya keluar Bu akhhhhhhhhhhhhhhhhh"
"Ingggghhhhhhhhhhhh"
"Uahhhhhhhhhhhhhhhgggggg"
"Ayo minggir sekarang giliran saya"
Pak Siswanto : "Itu anusnya silakan dipakai Pak, Ibu ini suka dientot disitu" Pak Siswanto menambahi.
Ambar : "Ahhhhhh ahhhhhh iya Pak akhhh"
"Terima pejuhku Bu terima ini akhhhhhhhhhhhh"
"Mnnfgggggggg...uahhhhh"
Lelaki leaki itu bergantian menyetubuhi Ambar dan menumpahkan spermanya dalam vaginanya. Tubuh Ambar penuh dengan cairan lengket sperma bercampur dengan keringat lelaki yang telah menyetubuhinya bergantian.
Ambar : "Akhhh lagi...akh pejuhi aku lagiiiiiiii"
Sesaat Kemuadian..
Setelah selesai digangbang, tubuh Ambar ditinggalkan tidak berdaya penuh dengan sperma.
Pak Siswanto : "Ayo bangun Bu Ambar"
Pak Siswanto membereskan kamera handycamnya dan bersiap meninggalkan ruangan itu tanpa menyentuh Ambar sama sekali.
Ambar : "Pak saya ingin bica....."
Pak Siswanto seakan tidak peduli meninggalkan ambar begitu saja sementara ambar belum sempat bicara padanya.
Ambar : "Pak..Pak...'
Ambar menunduk sedih dan bingung sementara tangannya mengelus elus perutnya yang penuh cairan sperma. Ya, benar Ambar sedang berbadan dua saat ini, hasil testpack menunjukkan dia positif hamil saat ini.
Sudah hampir 2 minggu Ambar telat mendapatkan datang bulan sejak menstruasi terakhirnya bulan lalu.
Dia tidak yakin ini anak siapa, entah itu Pak Siswanto atau Pak Heri yang selama ini rutin menumpahkan sperma dalam rahimnya yang subur. Namun satu yang pasti calon janin yang kini sedang tumbuh dalam perutnya itu bukan anak dari suaminya sendiri.
Dua Minggu Kemudian..
Saat di Hotel..
Minggu siang itu Ambar berbaring tak berdaya diatas kasur empuk di sebuah hotel berbintang di kota semarang. Payudaranya bergerak naik turun dengan cepat seiring dengan nafasnya yang terengah engah cepat.
Ambar : "Haahhhh...hahhhhh'
Ambar : "Hahhhh...hahhhh"
Sementara itu dari liang vaginanya mengalir cairan sperma kental yang meluber hingga membasahi sprei putih di bawahnya.
Ambar : "Akh pejuh...."
Ambar : "Kental"
Baru saja Ambar melayani nafsu birahi Pak Siswanto setelah tadi pagi di telepon saat lagi bersama anak dan suaminya di rumah.
Pak Siswanto kembali berada setelah menerima telepon yang dia terima beberapa saat yang lalu. Ambar hanya menatap Pak Siswanto dengan tatapan penuh arti dan Pak Siswanto pun menyadari itu.
Pak Siswanto : "Kenapa Ibu lihat saya seperti itu"
Ambar : "Ehmmm..ada yang mau saya bicarakan Pak"
Pak Siswanto : "Apa itu Bu? katakan saja?"
Ambar : "Sa...saya hamil Pak"
Akhirnya Ambar berani mengatakan pada Pak Siswanto bahwa pada saat ini dia sedang berbadan dua.
Ambar : "Saya sudah telat datang bulan 2 bulan Pak"
Pak Siswanto hanya diam tidak bereaksi dan terus mendengarkan seluruh perkataan Ambar yang duduk bersimpuh diatas kasur.
Ambar : "Dan menurut testpack hasilnya positif Pak"
Pak Siswanto : "Terus?'
Ambar begitu terkejut dengan respon Pak Siswanto yang begitu dingin dan kurang antusias terhadap berita kehamilannya.
Pak Siswanto : "Kamu mau apa Bu?"
Ambar : "Maksud saya saya ndak mau menggugurkan bayi tak berdosa ini"
Ambar hanya menunduk sambil terus berbicara dengan suara yang mulai bergetar.
Ambar : "Dan saya sudah tidak kuat hidup seperti ini lagi, saya sudah mengkhianati keluarga saya, jadi...jadi saya...?"
Pak Siswanto : "Anda ingin menyudahi semua ini bu? iya"
Ambar begitu terkejut mendengar kata kata Pak Siswanto soal menyudahi hubungan gelap mereka selama ini.
Pak Siswanto : "Baiklah kalo begitu anda bebas mulai sekarang dan mulai saat ini Ibu ndak perlu datang lagi"
Ambar hanya diam mendengar kata kata Pak Siswanto, disatu sisi dia lega bisa lepas dari jeratannya. Namun disisi lain dia merasa ada yang hilang dengan berakhirnya hubungan mereka saat ini.
Pak Siswanto : "Itu yang anda inginkan Bu?"
Ambar : "I..iya Pak"
Saat Sore di Rumah..
Ambar tiba di rumah dengan perasaan tidak karuan, dia masuk ke dalam rumah dengan badan yang terasa lemas tak berdaya. Sebelum masuk ke ruang tengah, Ambar membuka tas kecil dan mengambil cincin perkawinan dari dalamnya. Dia memakai kembali cincin itu di jari manisnya setelah sebelumnya dia copot saat melayani Pak Siswanto di hotel.
Ambar : "Sudah berakhir...."
Ambar : "Yah...akhirnya semua berakhir"
Ambar : "Aku dapat kembali lagi..."
Ambar : "Kembali menjadi Istri dan Ibu untuk keluargaku"
Ambar : "Aku tidak perlu khawatir lagi"
Sore itu Andi baru saja selesai mandi dan baru saja masuk ke ruang tengah ketika ayah dan ibunya sedang berbicara serius.
Arifin : "Yang bener Bu?"
Ambar : "I...iya"
Andi : "Ada apa Pak?' tanya Andi menyela pembicaraan mereka.
Arifin : "Ini, Ibumu hamil"
Andi : "Hamil?' Andi begitu terkejut mendengar hal itu.
Arifin : "Iya, katanya kamu pengen punya Adik? mau cewek atau cowok?"
Ambar : "Kan belum tahu Pak?"
Arifin : "Ah iya bener juga"
Ambar bersyukur melihat reaksi keluarganya yang senag dengan kabar kehamilannya, dia berpikir ini adalah langkah tepat yang dia ambil. Meskipun pada kenyataannya calon janin yang tumbuh dalam rahimnya ini berasal dari benih orang lain yang bahkan dia tidak yakin yang mana.
Ambar : "Andi senang mau punya Adik?"
Andi : "Hahah iya Bu, Andi senang"
Arifin : "Kan sudah mau punya Adik, Andi ndak boleh nakal lagi ya"
Andi : "Iya pak hehe"
Ambar terpaksa membohong keluarganya tentang kenyataan sebenarnya tapi dia berdalih ini semua demi calon bayi di perutnya. Dan sebagai seorang ibu di harus melakukan segala sesuatu demi menjaga calon bayi yang ada dalam rahimnya.
Saat Malam di Rumah..
surrrrrrrrrrrrrrrr
Air shower hangat membasahi tubuh Ambar yang sedang mandi malam itu, entah kenapa dia melamun dalam kamar mandi saat itu. Ambar meraih botol sabun di sampingnya dan menekan keluar cairan sabun berwarna putih itu ke atas telapak tangannya. Namun tiba tiba Ambar merasa botol dalam genggamannya berubah menjadi sebuah penis yang mengeluarkan sperma di telapak tangannya.
Ambar menarik nafas dalam ketika tiba tiba birahinya muncul lagi entah apa sebabnya.
Ambar : "Akh ini harusnya sudah berhenti"
Ambar lalu membalurkan seluruh cairan sabun itu keseluruh tubuhnya sambil membayangkannya sebagai cairan sperma yang kental.
Vagina Ambar kembali basah oleh cairan vagina ketika membayangkan cairan sperma kental memenuhi permukaan kulit seluruh tubuhnya. Dan entah sejak kapan acara mandi malam itu berubah menjadi masturbasi yang Ambar lakukan dengan bantuan tangannya sendiri.
Saat di Sekolah..
"Oke hari ini cukup sekian, jangan lupa tugasnya dikerjakan"
'Baik Pak"
Pelajaran hari itu sudah selesai bagi Andi di sekolah, dia bersiap siap untuk pulang ke rumah. Ketika sedang membereskan bukunya yang ada didalam laci mejanya, tiba tiba sebuah dvd ikut tertarik bersama buku buku itu.
Andi : "Hah DVD" pikir Andi
Andi : "Punya siapa ini? dan siapa yang menaruhnya?"
Andi : "Kira kira isinya apa ya?" Andi pun memasukkan DVD itu dalam tasnya dan membawanya pulang untuk dia lihat isinya.
Saat Dinihari di Rumah..
Jam menunjukkan pukul setengah satu dinihari namun Ambar masih terjaga belum juga berbaring untuk tidur. Dia terduduk di depan meja rias sambil terus melamun melihat pantulan dirinya yang hanya memakai kimono yang tak terikat.
Dia menggerakkan jari telunjuknya maju ke arah cermin dan menempelkannya pada bayangan buah dadanya di cermin itu. Meskipun sudah seminggu sejak dia terakhir berhubungan dengan Pak Siswanto namun dia tidak bisa melupakan yang telah terjadi. Dia merasa birahinya memuncak dan tubuhnya terasa panas, dia merasa sensasi kenikmatan yang diberikan Pak Siswanto membuatnya kecanduan.
Dia tidak tahu mana yang nyata dan mana yang palsu, dia merasa sedang berada dalam sebuah mimpi yang tidak bertepi. Dia tidak bisa menghentikan suara suara Pak Siswanto yang terngiang ngiang dalam kepalanya yang seakan memanggilnya. Tidak peduli betapa banyak suaminya mengucapkan kata kata cinta dia tetap tidak bisa melupakan suara Pak Siswanto. Dia tidak bisa melupakan sensasi ketika vaginanya disodok dengan kasar dan sensasi ketika sperma Pak Siswanto memenuhi vaginanya.
Ambar : "Akh kenapa aku lemah sekali"
Ambar mencoba keluar dari kamar untuk menyegarkan pikirannya ketika tiba tiba dia mendengar suara berisik dari kamar Andi.
Ambar : "Andi belum tidur?"
Ambar : "Ini kan sudah malam, dia sedang apa sih?"
Ambar : "Bukannya dia tahu besok harus sekolah"
Ambar mencoba mengintip dari balik pintu apa yang sedang dilakukan Andi malam malam begini di dalam kamar. Namun yang dia lihat begitu mengejutkan Ambar sebagai seorang Ibu ketika melihat yang dilakukan Andi di dalam.
Ambar melihat Andi sedang menghadap komputer dengan headphone di telinganya sedangkan tangannya memegang penisnya yang sudah tegang.
Ambar : "Ohhh...Andi sedang mengocok penisnya"
Ambar terus memperhatikan Andi yang celana melorot sedang mengocok penisnya dengan satu tangannya dan tangan lainnya memegang mouse.
Ambar : "Ah besar sekali dan akhhh"
Ambar terus mengamati kegiatan masturbasi anaknya ketika cairan bening keluar dari ujung penis Andi.
Ambar : "Akh kontol...ah tidak penis Andi"
Ambar merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan ketika melihat anaknya yang beranjak remaja sedang masturbasi.
Ambar : "Setidaknya andi tidak memakai celana dalamku" batin Ambar sedikit lega.
Namun kelegaan Ambar tidak bertahan lama ketika melihat adegan film porno yang ditampilkan di layar komputer.
Ambar : "Akh tidak mungkin"
Ambar : "Ini tidak mungkin"
Ternyata film yang sedang ditonton Andi untuk masturbasi adalah video ketika dirinya sedang diganbang pengurus yayasan.
Ambar : "Bagaimana mungkin Andi bisa mendapat rekaman video itu?"
Ambar : "Bagaimana bisa? kenapa?"
Andi terus mengocok penisnya sambil menonton video itu tanpa mengenali wanita dalam video itu adalah Ibunya.
Ambar : "Ah untung wajahku ditutup sensor"
Ambar : "Tapi kenapa Andi masturbasi sambil melihat video ku digangbang"
Ambar : "Akh Pak Siswanto apakah ini perbuatanmu..."
Ambar : "Ataukah ini peringatanmu padaku"
Ambar : "Akh wanita itu...aku"
Ambar : "Meskipun Andi tidak menyadarinya..."
Ambar : "Tapi dia melihatku berhubungan seks dengan lelaki lelaki itu"
Ambar : "Dia melihatku mengkhianati keluarganya sendiri...'
Ambar merasa kepalanya berkunang kunang dan tubuhnya menjadi panas melihat anaknya masturbasi sambil melihat video perselingkuhannya.
Ambar : "Akhhh masturbasi pada video ku"
Ambar : "Akhh tidak"
Ambar : "Berhenti ...akh"
Tanpa Ambar sadari tangannya mulai menyusup dibalik celana dalam berenda yang dia pakai dan mulai bermain dengan vaginanya sendiri. Sedangkan tangannya yang lain bermain dengan buah dadanya sendiri, jari jarinya menyentil lembut puting payudaranya yang tegang.
Ambar : "Akh aku tidak percaya..."
Ambar : "Aku masturbasi sambil melihat Andi masturbasi"
Ambar : "Ahhhh...haaaaaaaa"
Ambar : "Akh kenapa jadi sensitif sekali akhh"
Ambar : "Akhhh enak sekali aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri"
Ambar : "Haaaaa'
Ambar terus bermain dengan vaginanya dan bahkan kini jarinya masuk mengcok vaginanya dengan kasar.
Ambar : "Harusnya aku memberi contoh yang baik pada Andi akh...."
Ambar : "Dia telah mencuri celana dalamku..."
Ambar : "Tapi kenapa aku malah menjadi seperti ini"
Ambar : "Aku terangsang karena melihatnya...penis anakku sendiri"
Ambar : "Bagaiman jika Andi menyadari keberadaanku disini"
Ambar : "Bagaimana jika...dia melihatku disini dan memperkosaku"
Memikirkan bayangan Andi memerkosa dirinya membuat Ambar semakin terangsang dan mempercepat kocokan tangan di vaginanya.
Ambar : "Akhh aku harus...aaahhh haah"
Ambar : "Akhhh...aku keluaaaarrrrrrrrrr"
Ambar mengalami orgasme bersamaan dengan anaknya yang menyemprotkan sperma dari penisnya hingga mengenai layar komputer.
Andi : "Akhhhh akkhhh" Andi terengah engah setelah menumpahkan spermanya.
Andi : "Aku...."
Andi : "Aku ingin ketemu wanita di video ini"
Ambar hanya duduk bersimpuh tidak berdaya di depan pintu kamar Andi, dia begitu menyesali perbuatannya selama ini.
Ambar : "Akhhh aku Ibu yang buruk...."
Ambar : "Akh Ibu yang tidak berguna..."
Keesokan harinya setelah Andi berangkat sekolah diam diam ambar masuk ke dalam kamarnya mancari DVD itu. Dia menemukannya ada di antara tumpukan buku yang tertata rapi dia rak di atas meja belajar Andi.
Ambar mengambil DVD itu dan mengamatinya dengan penuh perasaan yang tidak menentu dalam dirinya.
Ambar : "Akh Pak Siswanto"
Ambar : "Kenapa anda memberikan ini pada Andi"
Ambar : "Kenapa?"
Ambar mengambil hp nya dan mencoba menghubungi nomor Pak Siswanto namun tidak ada jawaban dari Pak Siswanto.
Ambar : "Kenapa?"
(Bersambung..)
Sumber:
Semprot by haryhidayat9
0 komentar:
Posting Komentar