![]() |
Ilustrasi Nina |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Milf, Pemerkosaan,
Para Tokoh:- Nia Krisna Haryanto [Nia]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Krisna Harnyanto
- 28 Tahun
- Karenina Savitri
- Karyawan Bank
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Candra Wijaya
- 24 Tahun
- Krisna Haryanto
- Lurah
- Suami Nia
- Candra Wijaya
- Pelayar
- Suami Karenina Savitri
- Minah
- Pembantu Nia Krisna Haryanto
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Yanto
- 45 Tahun
- Yanto
- Tukang Kebun Nia Krisna Haryanto
- 60 Tahun
Chapter 04
Pagi hari itu diteras rumah Pak Lurah, terlihat dua orang wanita yang sama sama cantiknya, tengah menikmati secangkir teh dan roti bakar sambil menikmati udara pagi yang terasa sejuk. Suara burung berkicau menambah kesyahduan suasana pagi hari itu.
Dua orang wanita cantik itu adalah Bu Lurah atau biasa dipanggil Nia bersama dengan adiknya yang bernama Karenina Savitri ( 24 tahun ) biasa dipanggil Nina. Dari semalem Nina memang menginap dirumah kakaknya itu, yang kebetulan waktu itu Pak Lurah sedang pergi ke luar kota untuk seminggu kedepan karena sedang ada kepentingan mendampingi salah satu warganya yang sedang ada masalah dikota lain.
Untuk itulah Nina mau menginap dirumah kakaknya itu, sebab biasanya kalau ada Pak Lurah atau kakak iparnya itu dirumah, nggak pernah Ia mau menginap dirumah kakaknya karena merasa sungkan dengan kakak iparnya dan kebetulan juga hari itu bertepatan dengan libur panjang, jadi untuk tiga hari ke depan Nina bisa menginap dirumah Nia.
Nina ini bisa dibilang sebagai pengantin baru, sebab dua bulan yang lalu Ia baru melangsungkan pernikahannya. Suami Nina seorang pelayar, baru seminggu yang lalu Ia pergi meninggalkan Nina pergi berlayar untuk waktu yang lumayan lama.
Sebelum menikah Nina pernah bekerja disebuah bank milik pemerintah, dari situlah Ia dipertemukan dengan Candra Wijaya nama suami Nina, yang waktu itu juga menjadi nasabah bank ditempat Nina bekerja.
Tak heran kalau Nina bisa bekerja di bank terkenal itu, selain cerdas dan pintar bergaul dari segi fisik Nina memiliki paras yang sangat cantik, dengan tinggi badan 170 cm, berat badannya proporsional, kedua payudaranya yang montok ukuran 34E dan bokong yang membulat besar tentu akan membuat mata para kaum Adam terpesona meilihat kecantikannya itu.
Hanya berpacaran selama setahun bersama Candra, pria yang juga berwajah tampan itu pun meminang Nina untuk menjadi istrinya. Akhirnya pesta penikahan keduanya pun dirayakan dengan begitu mewah, itu juga tak heran mengingat penghasilan bulanan Candra yang terbilang fantastis, hampir seratus juta per bulan.
Sekarang mereka berdua telah resmi menjadi sepasang suami istri, namun sayang, karena tuntutan pekerjaan Candra pun harus meninggalkan Nina, tapi untunglah Nina tidak jadi mengundurkan diri dari pekerjaannya, jadi Ia tidak merasa kesepian saat ditinggal suaminya.
Kakak beradik itu saling bercengkrama, bercerita pengalamannya masing masing, maklumlah meski jarak keduanya bisa dibilang dekat, yang hanya butuh waktu tempuh setengah jam, namun karena memiliki kesibukan masing masing jadi keduanya jarang bertemu. Percakapan keduanya tehenti saat pembantu Nia sudah datang bersama seorang pria yang sudah tak bisa dibilang muda, karena usianya sekitar 60 an tahun.
Minah : "Permisi..maaf Bu lurah,.."
![]() |
Ilustrasi Minah |
Minah : "Permisi..maaf Bu lurah,.."
Minah : "Sebelumnya perkenalkan ini suami saya, yang mau bekerja disini"
"Yanto" Kata pria tua itu memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Nia dan Nina.
Tatapan mata pria tua itu sungguh nakal menatap kedua wanita cantik itu dan ini disadari oleh Nina, namun tidak oleh Nia. Tapi Nina masih bisa menahan diri meski sebetulnya dalam hatinya ia merasa jengkel dengan kekurang ajaran lelaki tua itu. Tatapan matanya yang tadinya ramah, terlihat galak saat itu juga. Barulah setelah keduanya beranjak dari tempat itu, Nina meluapkan kekesalannya.
Nina : "Dasar orang tua kurang ajar..bejat, gak ingat sama umur"
Nia : "Hush,..ngawur kamu...ngata ngatain orang kok seenaknya"
Nia : "Kalau orangnya denger gimana" sambil melotot ke arah adiknya.
Ia tak menyangka Nina bisa berucap seperti itu,meski Ia tahu karakter adiknya yang memang sedikit galak menurut Nia.
Nina : "Habis matanya itu loh Mbak jelalatan,...."
Nina : "Habis matanya itu loh Mbak jelalatan,...."
Nina : "Mbak nggak sadar waktu dia natap kita tadi"
Nia : "Iya tahu,...tapi kan nggak harus sampai mencaci seperti itu"
Nia : "Iya tahu,...tapi kan nggak harus sampai mencaci seperti itu"
Nina : "Mbak Nia, beneran mau ngangkat orang tua itu jadi tukang kebun dirumah Mbak?"
Nia : "Yah..gimana lagi Nina..cari orang yang mau bekerja itu susahnya minta ampun,.."
Nia : "Kamu tahu sendirikan,....kalau hanya mengandalkan Bik Minah saja kasihan....."
Nia : "Adanya Pak Yanto kan bisa meringankan kerja Bik Minah"
Nina : "Ya, sudah kalau itu kemauan Mbak Nia, sendiri...."
Nina : "Ya, sudah kalau itu kemauan Mbak Nia, sendiri...."
Nina : "Tapi pesanku hati hati sama orang tua mesum itu Mbak...."
Nina : "Atau jangan jangan dia mau bekerja disini karena pengin menduri Mbak"
Nia : "Hahaha..."
Nia : "Hahaha..."
Nina : "Hahaha..."
Tapi meski begitu pesan Nina juga tak bisa diabaikan. Nia pun harus bisa menjaga diri dengan orang tua itu.
Sementara itu Yanto yang sedang bertugas membersihkan rumput yang tumbuh liar di halaman rumah Pak Lurah, masih kepikiran karena Ia seperti baru saja bertemu dua bidadari yang sungguh sama sama cantik jelita, meski yang satu terlihat galak namun tetap mempesona dimata Yanto.
Selama bekerja, Yanto menjadi gelisah, Ia terlihat tak tenang. Itulah sebabnya pekerjaanya tak kunjung selesai. Hasratnya timbul seketika itu juga, ingin rasanya, saat itu juga Ia meniduri kedua wanita cantik itu.
Yanto : "Sialan,...lama lama aku bisa gila memikirkan kedua kakak beradik itu...."
Yanto : "Lihat saja nanti suatu saat"
Yanto : "Aku pasti bisa menikmati hangatnya tubuh kalian satu persatu"
Yanto : "Apalagi adiknya yang bernama Nina itu...."
Yanto : "Aku pingin lihat...galak galak seperti itu kalau ku jebol tempiknya"
Yanto : "Apa masih bisa galak...?"
Yanto : "Akan aku buat dia merintih rintih"
Yanto : "Dan ketagihan sama kontolku ini" ucapnya dalam batinya.
Yanto (60 tahun) tadinya adalah seorang pengangguran, kerjaannya tiap hari hanya mabuk mabukan dan berjudi. Uang hasil jerih payah istrinya itu tiap hari Ia habiskan dimeja judi. Kasihan juga melhat kehidupan Minah yang hanya menjadi sapi perah suaminya dan sekarang bukan tanpa alasan Yanto mau bekerja dirumah Pak Lurah dan rela berpanas panasan diantara teriknya panas sinar matahari.
Sebenarnya pria tua itu menyimpan maksud tersembunyi, Yanto sudah tahu kalau Pak Lurah memiliki istri yang sangat cantik dan baru sekarang ia bisa berdekatan dan bahkan berjabat tangan dengan wanita itu. Ia ingin bisa lebih dekat dengan istri Pak Lurah yang cantik dan semlohay. Tapi setelah melihat adik Bu lurah ia juga memasang target untuk Nina.
Hari semakin panas, Yanto belum juga menyelesaikan pekerjaannya.
Nina yang memang sudah tidak suka dengan Yanto yang bekerja dirumah kakaknya itu diam diam mengamati pekerjaan orang tua itu.
Saat Yanto membersihkan rumput yang di sebelahnya terdapat banyak jemuran, secara tak sengaja Ia mengotori salah satu pakaian yang sedang di jemur saat itu dan kebetulan itu adalah baju Nina. Nina yang kebetulan mau mengambil bajunya dijemuran melihat bajunya kotor karena ulah Yanto. Seketika itu juga Ia pun marah pada Yanto,
Nina : "Bapak ini bisa kerja gak sih....gak lihat apa disini banyak jemuran"
Nina : "Bapak ini bisa kerja gak sih....gak lihat apa disini banyak jemuran"
Kata Nina menghardik Yanto yang memang sebelumnya memendam kekesalannya pada orang tua itu.
Yanto : "Ma-maafkan saya Mbak Nina,..sungguh saya nggak sengaja"
Nina : "Halah,...nggak sengaja,...makanya kalau kerja itu yang benar"
Nina : "Halah,...nggak sengaja,...makanya kalau kerja itu yang benar"
Nina kemudian berlalu meninggalkan Yanto.
Nina puas karena bisa meluapkan kekesalannya, paling tidak itu jadi shock teraphi bagi orang tua itu untuk tidak kurang ajar, namun tidak bagi Yanto. Lelaki tua itu sungguh kesal dan menaruh dendam pada Nina, bahkan ia akan jadikan Nina sebagai target pertamanya.
Yanto : "Hugghhh...lihat saja nanti...kamu akan tahu dengan siapa kamu berhadapan,..."
Yanto : "Akan aku buat hidupmu menderita,...itu janjiku" batin Yanto yang kesal saat itu.
Minah : "Ada apa sih Pak,...dari tadi kok cemberut aja?"
Yanto : "Kamu gak usah ikut ikutan,...hari ini aku sudah dibuat kesal oleh adik Bu Lurah,.."
Yanto : "Kamu gak usah ikut ikutan,...hari ini aku sudah dibuat kesal oleh adik Bu Lurah,.."
Yanto : "Tapi suatu saat aku pasti membalasnya....dan kamu jangan campuri urusanku”
Yanto membentak istrinya.
Seketika itu nyali Minah menjadi ciut, Ia sangat tahu betul karakter suaminya itu. Kalau sudah marah ia bisa melakukan apa saja, termasuk menyakitinya secara fisik.
Hari itu memang diewati Yanto dengan penuh kekesalan, tapi yanto tak tinggal diam. Ia mulai menyusun strategi dan esok ia akan bekerja dengan penuh hati supaya mendapat simpati dari si Tuan rumah yaitu Nia.
Ke esokan harinya Yanto kembali bekerja dan Nina masih menginap di rumah kakaknya. Yanto langsung mengerjakan tugasnya dengan begitu baik, melihat hal itu Nia merasa senang ternyata Yanto tidak seperti yang dikhawatirkannya. Nampak orang tua itu bekerja dengan sungguh sungguh dan terlihat lebih banyak diam.
Ke esokan harinya Yanto kembali bekerja dan Nina masih menginap di rumah kakaknya. Yanto langsung mengerjakan tugasnya dengan begitu baik, melihat hal itu Nia merasa senang ternyata Yanto tidak seperti yang dikhawatirkannya. Nampak orang tua itu bekerja dengan sungguh sungguh dan terlihat lebih banyak diam.
Nina juga merasa hari itu Yanto terlihat bekerja dengan giatnya, dalam hatinya ia merasa bersalah karena sudah berkata kasar pada orang tua itu. Sore harinya saat Yanto sudah menyelesaikan pekerjaannya, Yanto pun pamit pulang,saat itulah Nina menghampiri orang tua itu.
Nina : "Pak,..saya minta maaf soal yang kemarin,"
Nina : "Tidak seharusnya saya berkata kata kasar pada Bapak...saya sungguh menyesal"
Yanto : "Sudah saya maafkan dari kemarin Mbak Nina.....
Yanto : "Sudah saya maafkan dari kemarin Mbak Nina.....
Yanto : "Lagipula memang saya yang salah"
Kata Yanto secara lahirnya, padahal batinnya masih menyimpan dendam.
Setelah bersalaman Yanto pun berpamitan pulang. ia merasa senang strateginya sudah mulai jalan dan hasilnya sesuai yang adadalam benaknya. Kali ini kedua kakak beradik itu tidak akan menyadari bahwa kebaikan yang ditunjukkannya itu hanya semu, suatu saat bisa saja memangsa mereka.
Yanto : "Tinggal menunggu waktu"
Ke esokan harinya Yanto kembali bekerja dirumah Nia dan itu adalah hari terakhir Nina menginap dirumah kakaknya itu, sebab setelah waktu dzuhur nanti Ia akan pulang kerumahnya. Mengingat besok sudah memasuki hari kerja.
Matahari sudah semakin tinggi dan waktu pun sudah memasuki waktu dzuhur.
Matahari sudah semakin tinggi dan waktu pun sudah memasuki waktu dzuhur.
Nina bersiap untuk pulang.
Nia : "Aku pesenin ojek online aja ya Nin?"
Nina : "Ya ,udah pesenin aja Mbak"
Nia : "Aku pesenin ojek online aja ya Nin?"
Nina : "Ya ,udah pesenin aja Mbak"
Nia memesan ojek online, tak lama berselang ojek online pun datang dan bersiap mengantar Nina pulang kerumahnya, sebelum pulang Nina juga berpamitan pada Minah dan juga Yanto.
Nina : "Pak,..saya pamit ya... mau pulang...nitip nitip kakak saya"
Kata Nina yang merasa Yanto sudah tidak terlihat seperti awal pertemuannya.
Yanto : "Iya ...Mbak Nina...hati hati di jalan ya"
Yanto : "Iya ...Mbak Nina...hati hati di jalan ya"
Kemudian Nina pun naik ojek online.
Tak butuh waktu lama motor yang membawa Nina sudah tak terlihat diujung jalan.
Yanto kembali bekerja hingga waktu sore tiba. Saat Yanto mau pamit pulang, Nia pun membawa bungkusan yang ternyata isinya adalah baju seragam kerja Nina, Nia meminta tolong pada Yanto untuk mengantarkannya ke rumah Nina, karena seragam itu akan dipakai Nina esok hari.
Kemarin memang rencananya Nina mau berangkat pagi pagi dari rumah kakaknya itu, sampai Ia bawa seragam kerja. Namun niatnya itu diurungkan mengingat jalanan besok pasti macet karena besok adalah hari pertama kerja.
Yanto pun menyuruh Minah untuk pulang sendiri, kemudian dengan motor bututnya Ia pun pergi mengantarkan baju seragam kerja Nina kermah Nina. Butuh waktu kurang lebih setengah jam perjalanan untuk sampai rumah Nina.
Yanto pun menyuruh Minah untuk pulang sendiri, kemudian dengan motor bututnya Ia pun pergi mengantarkan baju seragam kerja Nina kermah Nina. Butuh waktu kurang lebih setengah jam perjalanan untuk sampai rumah Nina.
Nina tinggal disebuah perumahan Cluster yang terbilang masih baru dan lokasi perumahan itu kebetulan dikelilingi sawah. Belum banyak penghuni yang menempati perumahan itu. Melihat situasi perumahan yang sepi, seketika itu timbul niat tidak baik dari Yanto.
Yanto : "Mungkin inilah waktunya aku membalaskan sakit hatiku" batinnya.
Sebenarnya memilih lokasi perumahan yang jauh dari kampung, itu adalah kemauan dari suami Nina.
Sebenarnya memilih lokasi perumahan yang jauh dari kampung, itu adalah kemauan dari suami Nina.
Candra memang lebih suka suasana yang masih asri jauh dari kebisingan dan hal itu tak bisa ditolak oleh Nina, dengan terpaksa Nina mau menempati rumah itu. Awalnya Nina merasa takut juga tinggal sendiri di perumahan yang masih sepi. Namun lama lama karena sudah terbiasa, rasa takut itupun hilang dengan sendirinya.
Dengan berbekal smartphone dan alamat yang diberikan oleh Nia, Yanto menggunakan google map untuk mencari alamat rumah Nina. Meski sudah lanjut usia Yanto terbilang orang tua gaul, Ia bisa menggunakan handphone canggih.
Dengan berbekal smartphone dan alamat yang diberikan oleh Nia, Yanto menggunakan google map untuk mencari alamat rumah Nina. Meski sudah lanjut usia Yanto terbilang orang tua gaul, Ia bisa menggunakan handphone canggih.
Setelah tiba di alamat yang di cari.
Yanto pun menelpon Nina.
Yanto : "Mbak ,saya sudah ada di dekat rumah Mbak,..."
Yanto : "Rumah Mbak Nina sebelah mana?"
Nina : "Di depan taman itu ada rumah warna krem itu rumah saya Pak"
Yanto pun mencari rumah yang dimaksud Nina, setelah tiba disebuah taman, Yanto melihat ada rumah berwarna krem, orang tua itu pun menuju kerumah itu.
Nina : "Di depan taman itu ada rumah warna krem itu rumah saya Pak"
Yanto pun mencari rumah yang dimaksud Nina, setelah tiba disebuah taman, Yanto melihat ada rumah berwarna krem, orang tua itu pun menuju kerumah itu.
Tiba dirumah itu Yanto memencet bel.
Tak lama kemudian keluarlah Nina dari dalam rumah.
Nina : "Silahkan masuk Pak,...."
Nina : "Silahkan masuk Pak,...."
Nina : "Pak Yanto pasti lelah setelah bekerja seharian...saya buatin minum dulu ya Pak"
Yanto : "Ah....jadi ngrepotin Mbak Nina"
Nina : "Ya..nggak lah Pak..malah saya yang ngrepotin"
Yanto : "Ah....jadi ngrepotin Mbak Nina"
Nina : "Ya..nggak lah Pak..malah saya yang ngrepotin"
Nina kemudian pergi menuju ke dapur untuk membuatkan minum Yanto.
Yanto tak berpikir begitu lama, sambil mengeluarkan sebilah pisau, Ia mengikuti Nina secara diam diam.
Nina sama sekali tak menyadari bahaya yang sedang mengancamnya, setelah selesai membuatkan minum untuk Yanto, Nina hendak kembali keruang tamu. Namun belum sempat membalikan badan, tiba tiba ada tangan yang membekap mulutnya dan ia merasa ada pisau menempel dilehernya.
Yanto : "Diam,..jangan melawan kalau kamu pingin tetap hidup"
Nina : "Pak Yanto...apa yang Bapak lakukan kepada saya?"
Yanto : "Jangan banyak tanya...mestinya kamu tahu kesalahanmu" bentaknya.
Yanto : "Sekarang kalau kamu masih ingin tetap hidup ,...turuti semua perintahku"
Yanto pun membawa Nina keruang tengah.
Yanto : "Diam,..jangan melawan kalau kamu pingin tetap hidup"
Nina : "Pak Yanto...apa yang Bapak lakukan kepada saya?"
Yanto : "Jangan banyak tanya...mestinya kamu tahu kesalahanmu" bentaknya.
Yanto : "Sekarang kalau kamu masih ingin tetap hidup ,...turuti semua perintahku"
Yanto pun membawa Nina keruang tengah.
Sampai disana ia hempaskan tubuh Nina diatas sofa.
Yanto : "Sekarang kamu dibawah kuasaku.....sekali kamu melawan,atau pun lari...."
Yanto : "Aku akan menghabisimu sekarang juga...."
Yanto : "Dan pasti tidak akan ada yang tahu semua ini"
Mendengar ancaman Yanto, nyali Nina menjadi ciut. Sungguh Ia tak ingin mati secara tragis. Ia masih ingin tetap hidup. Tak terasa dari sudut matanya keluarlah air matanya.
Yanto : "Suamimu sungguh bodoh ,...meninggalkan istri secantik kamu dirumah ini sendirian..."
Mendengar ancaman Yanto, nyali Nina menjadi ciut. Sungguh Ia tak ingin mati secara tragis. Ia masih ingin tetap hidup. Tak terasa dari sudut matanya keluarlah air matanya.
Yanto : "Suamimu sungguh bodoh ,...meninggalkan istri secantik kamu dirumah ini sendirian..."
Yanto : "Andai aku yang jadi suamimu....pastinya kita berdua nggak akan keluar kamar..."
Yanto : "Tiap hari setiap waktu kita bisa ngentot..hehehe" sambil menyeringai mesum.
Nina semakin takut.
Nina semakin takut.
Ia merasa mungkin inilah awal petaka baginya.....
0 komentar:
Posting Komentar