 |
Ilustrasi Nia |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Milf, Selingkuh
Para Tokoh:
- Nia Krisna Haryanto [Nia]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Krisna Harnyanto
- 28 Tahun
- Sudarsono [Darso]
- Pensiunan Polisi
- Duda Anak 1
- 60 Tahun
- Krisna Haryanto
- Putri Krisna Haryanto
Chapter 03
POV NIA
Namaku Nia Krisna Haryanto (28 tahun ) aku seorang berdarah sunda, sedangkan suamiku berdarah Jawa dan asli kampung sini. Aku istri seorang yang paling dihormati dikampung ini, karena suamiku adalah seorang Lurah. Sudah empat tahun ini usia pernikahan kami, selama itu pula kehidupan rumah tangga kami tentram tentram saja, meskipun kadang ada sedikit percekcokan aku anggap itu wajar.
Kami baru dikaruniai seorang anak perempuan yang kami beri nama Putri Krisna Haryanto. Usia putri ku belum genap 2 tahun.
Aku sangat bersyukur karena memiliki suami yang baik dan yang paling penting Ia sudah mapan, karena bagaimanapun juga aku tidak munafik, aku butuh pria mapan yang akan selalu menjadi penopang ekonomi rumah tanggaku.
Dalam urusan ranjang, sebenarnya kami gak begitu lugu lugu amat, suamiku tergolong pria bernafsu besar dan berbagai macam variasi gaya bercinta pernah kami lakukan, kami berdua sama sama menikmatinya, walupun menurut suamiku aku masih terlalu pasif, aku pikir hal itu tak menjadi masalah bagiku, tapi entahlah akhir akhir ini suamiku jarang mengajaku bercinta, padahal sebenarnya aku juga lagi pengin banget.
Malam itu waktu sudah menunjukan pukul 19.30, aku sedang menidurkan anakku. Suamiku juga belum pulang. Saat itu aku hanya berdua bersama putriku, para pembantuku sudah pulang sejak sore tadi setelah pekerjaan hari itu selesai.
Samar samar kudengar ada yang mengetuk pintu.
Tok,,tok,,tok,,
Aku beranjak keluar kamar untuk membuka pintu,
Aku : "Eh,Pak Darso,..mau ketemu suami saya?"
Aku : "Tapi belum pulang Pak, mungkin sebentar lagi"
Tanyaku saat membuka pintu ternyata Pak Darso, seorang pensiunan Polisi yang juga termasuk salah seorang yang disegani dikampung ini. Aku pikir kedatangannya bertamu ke rumah adalah mau bertemu suamiku, namun belum sempat Pak Darso menjawab, aku mendengar suara HP ku berdering
Aku : "Sebentar ya Pak, saya angkat telfon dulu, mungkin itu dari suami saya"
Darso : "Oh iya Bu, silahkan"
Aku kembali masuk ke dalam untuk mengangkat telfon,
Aku : "Iya ,Hallo"
Krisna : "Mah, ini aku Papa.....maaf ya..aku gak pulang malam ini"
Krisna : "Besok mungkin baru bisa pulang, ini ada rapat penting dengan orang kecamatan"
Aku : "Tapi Pah,..disini ada Pak Darso, mau ketemu Papah katanya" kataku asal nebak saja.
Krisna : "Bilang ke Pak Darso,..minta maaf dari aku..."
Krisna : "Karena gak bisa menemuinya, ada rapat penting....gitu aja ya Mah"
Aku : "Pah,....tut,tut,tut"
Aku belum sempat melanjutkan, telfon sudah ditutup.
Aku pun kembali keluar untuk menemui Pak Darso,
Aku : "Wah Pak, maaf nih..barusan suami saya telfon"
Aku : "Katanya malam ini gak pulang"
Aku : "Karena lagi ada rapat penting dengan orang kecamatan"
Darso : "Engghh,...sebenernya maksud kedatangan saya kesini mau ketemu sama Bu Lurah"
Membuat aku jadi mengernyitkan dahiku karena bingung dan penasaran.
Aku : "Dengan saya?,...ada apa ya Pak?" tanyaku penasaran.
Darso : "Ini soal Pak Lurah,.."
Darso : "Dan ada baiknya kalau ini dibicarakan didalam, itu juga kalau Bu lurah berkenan"
Semakin membuatku penasaran.
Aku : "Ada apa ya" pikirku.
Aku : "Oh..silahkan masuk kalau begitu Pak,"
Meski sempat ragu, tapi karena penasaran aku mempersilahkan Pak Darso masuk.
Aku : "Silahkan duduk,..ada apa ya Pak?"
Aku : "Kok saya malah jadi penasaran" kataku dengan hati berdebar.
Darso : "Engghhh...sebelumnya mohon maaf Bu,.."
Darso : "Kalau apa yang saya sampaikan ini nanti membuat Bu Lurah menjadi resah"
Aku : "Iya nggak apa apa Pak, sampaikan saja meski itu kabar tak enak"
Kataku berusaha untuk tetap tenang.
Darso : "Begini Bu, tadi saya di jalan ketemu dengan Pak Lurah"
Darso : "Dan saya lihat Pak Lurah masuk ke rumah Diah, salah satu bawahan Pak Lurah"
Darso : "Karena penasaran saya tunggu beberapa lama"
Pak Darso mulai bercerita, sementara aku masih mendengarkan dengan gelisah.
Darso : "Saya tunggu tunggu, Pak Lurah belum juga keluar dari rumah itu,"
Darso : "Karena penasaran saya masuk ke pekarangan rumah Diah,"
Darso : "Dan saat itu saya melihat Pak Lurah sedang bermesraan dengan Diah dikamarnya"
Aku : "Benarkah yang Pak Darso katakan itu" kataku setengah tak percaya
Darso : "Kalau Ibu pengin lihat buktinya ini buktinya"
Pak Darso mengeluarkan HP nya lalu membuka video rekaman suamiku yang sedang bermesraan dengan seorang wanita yang aku kenal adalah Diah salah satu staff di kantor kelurahan.
Kepalaku seperti dipukul sebuah palu godam, linglung. Aku terpukul sekali dengan apa yang aku lihat di video rekaman itu, suamiku telah tega mengkhianatiku, bahkan aku dengar sendiri dari video rekaman itu, suamiku berkata pada Diah, bahwa Ia bosan dengan istrinya yang tak pernah bisa memuaskannya.
Marah, kesal, dan kecewa itulah yang ku rasakan saat itu.
Akupun menangis.
Aku : "Ini sungguh tak benar Pak,...saya tidak percaya dengan semua ini,..tidak percaya,.."
Aku : "Hahaha...hiks,hiks,hiks....Mas Krisna,...kenapa kamu tega mengkhianati aku"
Aku jadi seperti orang gila menagis, kemudian tertawa, sungguh beban batin yang kurasakan saat itu begitu berat, sangat berat.
Darso : "Sudahlah Bu, toh semua sudah terjadi,..."
Darso : "Dan itulah kenyataannya....suami ibu telah merendah kan Ibu didepan wanita lain..."
Pak Darso sambil menggeser duduknya mendekat ke arahku.
Darso : "Ibu ini cantik, banyak pria yang suka sama ibu,..."
Darso : "Kenapa Ibu tidak berpikiran untuk berbuat sama"
Darso : "Seperti apa yang telah dilakukan Pa Lurah,"
Aku : "Maksud Pak Darso, saya juga harus selingkuh dengan pria lain"
Darso : "Kalau itu bisa mengobati sakit hati Ibu"
Darso : "Dan membuat ibu bahagia kenapa tidak?"
Darso : "Ibu juga bisa melakukan hal yang sama"
Pujian Pak Darso terus terang membuatku tersanjung dan entah mengapa seperti hatiku yang sedang panas seperti meleleh mendengar kata kata dan pujiannya.
Batin dan jiwaku sedang goyah dan tak tahu kenapa saat tangan Pak Darso membelai wajahku dan mengusap pipiku dengan lembut aku hanya diam saja, aku seperti terbuai.
Darso : "Dan saya bisa bantu Ibu untuk mengobati luka hati Ibu...."
Darso : "Saya akan puaskan Ibu malam ini,...saya janji"
Pak Darso mendekatkan wajahnya ke wajahku, orang tua itu mengecup bibirku dan mungkin karena jiwaku yang sedang goyah, aku hanya diam saja, tak ada penolakan dariku.
Pak Darso mulai menciumi wajah dan leher jenjangku. Hembusan nafasnya terasa hangat dikulitku, membuatku jadi merinding, bulu bulu tipis ditanganku seperti berdiri. Aku pun menggelinjang menahan geli.
Aku : "Aaaaggghhhh"
Perlahan Pak Darso mulai mempreteli kancing baju dan BH ku, sementara aku diam dan tak menolaknya mungkin karena rangsangan yang diberikannya itu, aku seperti tenggelam dalam nafsu birahi.
Kini tubuh bagian atasku sudah telanjang, ciuman dan jilatan lidahnya beralih ke ketiak ku, membuatku semakin mendesah tak karuan, tak hanya itu saja, tangan tua itu juga meremasi kedua payudaraku yang montok secara bergantian, kali ini serangan lidahnya beralih ke bagian dada, Pak Darso menjilati payudaraku dengan penuh nafsu, sesekali Ia menggigit ringan puting payudaraku, membuatku menjadi semakin blingsatan, lagi lagi aku pun mendesah
Aku : "Aaaarrrkkkkkhh"
Aku sudah terpengaruh oleh rangsangan yang dilancarkan oleh Pak Darso dan entah kenapa setiap kali aku teringat akan suamiku yang telah tega mengkhianati aku, hatiku semakin panas dan benar kata Pak Darso untuk melampiaskan kekecewaanku pada suamiku akupun juga harus membalas perbuatannya.
Darso : "Bu lurah tiduran saja disini"
Bisik Pak Darso ditelingaku.
Aku yang sudah terbawa nafsu birahi dan kemarahan serta kekecewaan yang mendalam mengikuti saja permintaannya.
Aku berbaring terlentang dia atas sofa.
Pak Darso melepaskan rok dan celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat dihadapan orang tua itu. Ada rasa malu dalam diriku saat itu, karena jujur baru kali itu diriku telanjang bulat didepan laki laki yang bukan suamiku, tapi semuanya terkalahkan oleh rasa kesalku pada suamiku.
Pak Darso naik ke atas sofa, Ia membuka kedua kakiku, Ia julurkan lidahnya di liang kemaluanku yang bersih terawat, karena aku memang rajin melakukan perawatan.
Sesekali dengan menggunakan jari tengah kanannya Ia mengocok vaginaku dan kemudian menjilatinya lagi, tak hanya itu Ia juga menjilati dan menghisap klitorisku, bagian yang sangat sensitif terhadap rangsangan, membuatku semakin menceracau tak karuan, kedua tanganku memegangi kepalanya dan menekannya kedalam lagi, aku benar benar sudah mabuk birahi saat itu.
Aku : "Huuuuusssssshhhhhhhhhhh,...Ouuuuuggggghhhhh...Paaaakkkk"
Agak lama juga Pak Darso menjilati dan mengocok vaginaku, hingga suatu ketika kurasakan seperti ada yang mau meledak dalam diriku, tubuhku pun melengkung dan aku merasa seperti terbang ke awan awan, rasanya nikmat sekali.
Aku : "Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkhhhhhhhhhhhh, Paaaak.....Aku keluaaaaaaarr"
“Ceeeeeeerrrrrrrrrrrrrrrrrr”
Cairan berwarna bening keluar dari liang vaginaku
Dan muncrat mengenai wajahnya yang keriput.
Pak Darso tersenyum ke arahku.
Akupun membalas senyumannya.
Aku melihat Pak Darso beranjak dari tempatnya, Ia pun melepaskan semua pakaiannya.
Aku terperanjat melihat batang kejantanannya, kontol Pak Darso begitu besar dan panjang, besarnya melebihi batang kontol suamiku, aku bergidik ngeri melihat semua itu.
Darso : "Dikerasin dulu ya Bu"
Sambil menyodorkan kontolnya ke mulutku yang saat itu aku masih terlentang di atas sofa.
Aku yang sudah terbiasa melakukan oral seks bersama suamiku, mengerti apa yang diingikannya.
Darso : "Ouugghhh" Suara lenguhannya menikmati kulumanku.
Setelah itu Pak Darso menggerakan pinggulnya naik turun, kontolnya yang terlalu besar memenuhi rongga mulutku membuatku sulit untuk bernafas, aku berharap ini akan segera selesai, aku pun lega saat Pak Darso menghentikan gerakannya.
Darso : "Sudah cukup Bu, sekarang waktunya ngejoossss"
Katanya lalu kemudian berlutut di selangkanganku, sebelum melakukan penetrasi, ia juga meludahi liang kemaluan ku, setelah itu kurasakan dengan perlahan kontolnya yang besar menyeruak masuk membelah liang vaginaku dan akupun menjerit menahan sakit yang tak terkira.
Aku : "Ooooohhhhh,....Paakkk,..sakiittt,....bessssaaaar sekaliiiii"
Kontol Pak Darso terasa penuh di liang vaginaku, sepertinya Pak Darso tak mempedulikan keadaanku, Ia menggerakan pinggulnya maju mundur, seperti gerakan memompa. Seirng gerakannya memompa vaginaku,lambat laun rasa sakit yang kurasa diawal penetrasi berangsur angsur menghilang dan berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa, yang membuatku tak ingin kehilangan rasa nikmat itu.
Aku : "Akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh......Ouugghh,,terruuuuusss Paaakkk"
Sambil terus memompa vaginaku Pak Darso memagut bibirku, akupun membalasnya tak kalah sengit, nafsu birahi ini sudah terlalu sulit untuk aku kendalikan dan aku ingin sebuah penuntasan, aku menginginkan kenikmatan itu, kedua kakiku pun kulingkarkan di pinggangnya.
Kami terus memacu birahi demi untuk meraih puncak kenikmatan. rasa canggung tehadap orang tua itu pun sudah tak ada, mungkin ini karena terjangan birahi yang begitu kuat melanda diriku sehingga sulit untuk aku kendalikan, aku merasakan persetubuhan malam itu benar benar luar biasa dan aku sangat menikmatinya dan suatu ketika kurasakan tubuhku mengejang, rupanya aku mencapai orgasme.
Aku : "Aaaaaaaaaakkkkkkhhhhhhhhhh,,...Paaakkkk,...aku keluarrrr"
Serrrr.... Serrrrr...Serrrr....
Tak lama setelah aku mencapai orgasme, kurasakan ada sesuatu yang menyembur ke dalam rahimku, rupanya Pak Darso juga telah sampai.
Crrroooottttt...Crrrooootttt...Crrroootttt
Darso : "Ouuugggghhhhhhh,,.....enak sekali tempikmu Buuuuu"
Setelah orgasme tubuh tambun itu ambruk menindih tubuhku, berat sekali membuatku sulit untuk bernafas, lalu sesaat kemudian suasana menjadi hening.
Tak lama kemudian Pak Darso mengangkat tubuhnya dan duduk menyandar di sofa itu, di bawah telapak kakiku, sementara tubuhku masih terasa lemas, kurasakan cairan kental keluar dari liang vaginaku, tersa lengket dipaha.
Darso : "Lapar gak?"
Kujawab dengan anggukan kepala.
Darso : "Ya udah,.aku keluar dulu cari makanan"
Katanya dan beranjak dari tempatnya, sambil mengenakan pakaiannya kembali dan kemudian pergi keluar untuk mencari makan untuk kami berdua.
Setelah kurasakan badanku sedikit pulih akupun bangkit dari sofa itu, kemudian pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa sia persetubuhan kami.
Selesai membersihkan diri aku kembali mengenakan pakaian ku, biar lebih simpel aku pakai aja kaos ketat yang biasa aku pakai berikut celana hotpanst, sedikit pun aku merasa tak risih, meski tahu Pak Darso akan kembali kerumahku lagi.
 |
Ilustrasi Nia |
Tak lama kemudian Pak darso sudah tiba dirumahku lagi, Ia membawa dua bungkus nasi dan dua bungkus sate.
Darso : "Ini makanlah...selesai makan kita lanjutkan lagi"
Sambil memberikan sebungkus nasi beserta sebungkus sate kepadaku.
Aku membuka bungkusan itu dan seketika itu aku mencium bau sedap dari sate itu, karena lapar aku pun segera menyantap makanan itu. Sate dengan bumbu rica rica itu rasanya enak dan gurih sekali.
Darso : "Gimana perasaanmu sekarang, apa masih marah dengan suamimu?"
Tanyanya setelah kami menyelesaikan makan malam itu.
Aku : "Sedikit...Saya masih belum bisa terima kenyataan ini"
Darso : "Saranku sebaiknya kamu bisa menerima keadaan ini"
Darso : "Ehmm..maksudku .."
Darso : "Toh kamu tadi juga melakukan hal yang sama seperti suamimu"
Aku : "Tapi itu semua bukan murni atas kemauan Saya,..."
Aku : "Pak Darsolah yang telah membuatku harus melakukan hal seperti tadi"
Darso : "Tapi kamu juga menikmatinya kan,..buktinya kamu sampe banjir"
Aku : "Tapi Pak,...Pak Darsolah yang memaksa saya"
Darso : "Sudahlah jangan memungkiri kenyataan yang telah terjadi,..."
Darso : Aku kan hanya membantumu, mengurangi bebanmu,"
Darso : "Selebihnya itu kamu menikmati semuanya tadi"
Usai berkata Pak Darso mendekatiku tanpa sungkan sedikitpun, tangannya mulai bergerilya menggerayangi tubuhku, lalu meremasi payudaraku yang montok.
Aku ingin menolaknya, namun sulit sekali melawan rangsangan yang diberikan Pak Darso kepadaku, ditambah lagi setelah makan sate tadi, aku merasa gairahku begitu menggebu gebu, aliran darahku berdesir.
Pak Darso menyingkap ke atas kaos yang aku pakai, yang saat itu aku memang sengaja gak pakai BH. Di caploknya kedua payudaraku yang montok secara bergantian, menjlatinya dan terkadang menggigit ringan puting putingnya, membuatku kembali menggelinjang.
Darso : "Kita lakukan dikamar aja ya Sayang" bisik Pak Darso ditelingaku,
Dia memanggilku sayang, tapi aku tak mempermasalahkan, aku justru lebih senang dipanggilnya sayang.
Dengan menggunakan kedua lengannya yang kokoh Ia membopong tubuhku, walaupun awalnya aku kaget, karena aku sempat ragu apakah Ia kuat menggendongku, secara postur tubuhku lebih tinggi darinya yaitu 175 cm, dengan berat badan 65 kg.
Aku : "Augh...Pak"
Tanpa kusadari seperti ada perasaan kagum pada orang tua itu dan entah mengapa aku merasakan hubunganku dengannya semakin erat dan sudah tak ada lagi rasa canggung pada diriku kepadanya.
Aku merasa Pak Darso seperti kekasih baruku, aku sungguh mengagumi keperkasaannya. Dengan bergelayut manja dalam gendongannya, aku tersenyum ke arahnya dan Ia pun membalas senyumanku.
Kami berdua sudah berada didalam kamar pribadiku. Pelan pelan Pak Darso meletakkan tubuhku diranjang.
Pak Darso melepaskan semua pakaiannya lalu kemudian ia naik ke atas ranjang, semua pakaian yang aku kenakan juga dilepas olehnya. Kini kami berdua sudah sama sama bugil.
Pak Darso berbaring terlentang di atas ranjang dan kemudian memintaku untuk naik ke atas tubuhnya dalam posisi 69, aku mengerti apa yang dinginkannya, langsung saja kukulum kontol besarnya, tak hanya itu saja dengan terkadang aku juga mengocok batang kontolnya, menjilatinya, kudengar suara dengusan dari bawah sana, untuk sesaat Ia menikmati servis oral seks yang aku berikan.
Setelah itu ia kembali merangsang vaginaku dengan menjilati bagian yang paling sensitif yaitu klitorisku dan keadaan sekarang berbalik, malah aku yang tidak tahan melawan gempuran lidahnya di liang vaginaku, rasanya nikmat sekali ,vaginaku pun semakin basah, tak lama kemudian aku merasa mencapai puncak.
Aku : "Aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh"
Serrrrrrrrrr....
Cairan berwarna bening mengucur deras dari dalam liang vaginaku. Selang berapa lama kemudian Pak Darso memberi isyarat kepadaku untuk melanjutkan permaianan, kali ini aku disuruhnya terlentang.
Lalu kemudian ia juga bersiap mengambil posisi diantara kedua pahaku, sambil mengocok batang kontolnya yang mengeras Pak Darso meludahi batang kontolnya.
Lalu dengan perlahan batang kontol besar itu kembali memasuki liang vaginaku dan lagi lagi aku menjerit lirih saat kontolnya menerobos liang vaginaku, rasanya begitu nyeri, untunglah cairan vaginaku bisa mengurangi sedikit rasa sakit itu.
Aku : "Auuuuwwwwwww,....pelan pelan Paaakk"
Ia pun mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, dengan tempo sedang, sambil menggenjot Pak Darso menciumi tengkuk ku, sementara kedua tangannya meraih payudaraku yang montok dan meremasnya.
Tak hanya itu Ia juga melumat bibirku,mencumbuku,sambil terus menggenjot vaginaku. Setiap menerima sodokan kontolnya rasanya nikmat sekali, tanpa sadar tanganku mencengkram erat sprei, kepalaku menggeleng kadang ke kiri kadang ke kanan.
Aku : "Akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,....terus Paaakkkk...lebih cepat"
Darso : "Aaah...apanyah yang lebih cepat"
Goda Pak Darso menurunkan tempo gerakannya, tindakannya itu justru sedikit membuatku kesal, karena aku merasa dia telah mempermainkan aku.
Aku : "Sodokannya," Aku menjawab dengan suara keras.
Darso : "Apa yang disodok"
Aku : "Memek.....memeknyaaaa"
Kali ini suaraku terdengar lebih keras dan aku sudah tak peduli, nafsu birahi ini sudah begitu sulit untuk aku kendalikan, aku tak peduli biarpun harus berkata jorok, hal yang tak pernah aku lakukan sebelumnya, bahkan dengan suamiku sendiri.
Darso : "Pakai apa?"
Aku : "Kooonnntooool Paaakkk,..."
Aku : "Terusssssss,....sodok memek Nia.....puasin Nia Paaaakkk”
Darso : "Baiklah sayang....aku akan puaskan kamu malam ini”
Aku : "I-iya Paaakkkk,....ayoooo...jangan ngomong aja....sodok memek Nia."
Usai berkata Pak Darso kembali menggenjot vaginaku.
Aku : "Akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh,akh.....aaakhhh...Paaakkk"
Darso : "Iya sayang"
Aku : "Nia maaauuuu..saaaaampaaiiiiiiiiii....aaaaaaaaaaaaaakkkhhhhhhh"
Serrrrr...Serrrr...Serrrrr....
Aku menjerit saat orgasme itu datang menjemput.
Orang tua itu menurunkan tempo gerakannya dan kemudian berhenti untuk beberapa saat.
Darso : "Gimana sayang....puaskan sama kontolku ini"
Aku : "Iya Pak...kontol bapak memang hebat....Pak lurah gak ada apa apanya"
Kataku yang keluar begitu lepas dan dengan terang terangan aku telah membanding bandingkannya dengan suamiku.
Darso : "Masih mau lanjut lagi?"
Aku : "Iya Pak...gak apa apa....kontol Bapak juga belum keluar pejuhnya"
Jawabku dengan kata kata vulgar.
Darso : "Hehe...ya udah ayo kita lanjut lagi"
Pak Darso kembali menusuk vaginaku dan lagi lagi aku pun harus mengerang menikmati setiap sodokan kontolnya diliang vaginaku. Kami berdua menghabiskan sepanjang malam itu hingga menjelang dini hari tenggelam dalam samudera kenikmatan, menikmati indahnya surga dunia.
Berpacu dalam birahi menuju kenikmatan puncak tertinggi. Puncak kenikmatan yang diinginkan kedua pasang insan berlainan jenis dan berbeda usia yang sedang memadu kasih.
Malam itu Pak Darso, lelaki tua yang usianya jauh diatasku, tak kusangka Ia begitu buasnya menggagahi tubuhku dan aku pun telah dibuatnya KO berkai kali dan harus mengakui keperkasaannya yang memang lebih perkasa dibanding suamiku.
Aku : "Ediaann,...bisa ketagihan aku kalau seperti ini" pikirku.
Dua kali spermanya Ia tumpahkan dirahimku dan dua kalinya di wajah dan tubuhku, sampai waktu menunjukkan jam 02.00 dini hari. Akhirnya kami berdua terkapar diatas ranjang dan karena kecapekan kami berdua tidur sambil berpelukan.
Keesokan Paginya...
Fajar pun tiba saat waktu menunjukkan jam 05.00, saat terbangun kulihat Pak Darso sudah rapi mengenakan pakaiannya,
Darso : "Aku pulang dulu ya Sayang..."
Darso : "Sebelum suamimu pulang...lain kali kita lanjut lagi"
Pak Darso sambil mengecup keningku.
Kemudian pergi meninggalkanku,
Aku : "Pak,..hati hati ya"
Kataku saat langkahnya sampai didepan pintu kamar.
Pak Darso tersenyum sambil mengangguk, lalu pergi meninggalkanku sendirian dikamarku.
Sementara tubuhku masih teras lemas dan rasa rasanya tulang tulangku seperti dilolosi dari dalam tubuhku, persetubuhan tadi malam benar benar telah menguras tenagaku, tapi tak mengapa, toh aku juga menikmati dan mungkin ini awal perselinguhanku, dengan Pak Darso.
Aku lihat putri kesayanganku juga masih tertidur pulas, karena capek aku pun tidur kembali.
Aku terbangun saat kurasakan ada yang mengguncang guncang tubuhku, ternyata dia putri kesayanganku, aku tersenyum dan membelai lalu memeluknya.
Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 07.00, aku segera berbenah merapikan kamar dan mandi sebelum suamiku pulang, putriku juga sekalian aku mandiin.
Setelah kamar terlihat rapi kembali, samar samar kudengar ada seseorang memanggilku, ternyata suamiku pulang.
Aku : "Dek..,Papa pulang tuh...ayo kedepan...kita sambut Papa"
Sambil menggendong putriku dengan keadaan rambut yang masih basah dan terurai, setelah keramas tadi.
Aku pun segera membuka pintu depan.
Kulihat suamiku tersenyum.
Krisna : "Selamat pagi Mama"
Aku : "Pagi" jawabku pendek dengan berpura pura ketus.
Krisna : "Kok cemberut gitu sih Ma,..senyum donk..kaya Papa"
Dengan senyum dibuat buat aku pun tersenyum, meski terasa kecut.
Krisna : "Nah gitu donk,..kan enak dilihatnya,..."
Krisna : "Tapi masih kurang sih.....tapi gak apa apa sih ,.."
Krisna : "Begitu Mama terlihat cantik,...sangat cantik"
Aku : "Pagi pagi dah menggombal" kataku terdengar sedikit ketus.
Krisna : "Yah,...menggombal itu perlu Ma...demi menyenangkan pasangannya"
Aku : "Oh gitu ya, meski hanya pura pura saja"
Krisna : "Mama kok gitu sih ngomongnya"
Aku : "Emang gitu kan"
Krisna : "Mah, ada apa sih ....Mama marah ya Papa tinggal sendirian"
Aku : "Yah baguslah kalau sudah tahu," kataku.
Krisna : "Ma,...Papa kan sedang ada rapat dengan orang kecamatan,"
Krisna : "Dan ini penting Ma..ya sudah papa minta maaf kalau begitu,"
Krisna : "Jadi jangan cemberut lagi ya,...senyum donk"
Aku memang tak ingin memperpanjang masalah meski aku tahu dia telah membohongiku, aku pura pura tidak tahu saja toh aku juga berbuat hal yang sama.
Aku pun tersenyum manis kearahnya.
Krisna : "Nah,gitu kan terlihat cantiiiikkkk banget,"
Katanya sambil menoel pipiku dengan gemasnya.
Kami pun masuk kedalam dan selanjutnya seperti tak pernah terjadi apa apa, aku pun mulai bisa menerima keadaan ini dan ini semua ku lakukan demi putri kesayanganku, aku tak ingin yang terjadi diantara kami merusak perkembangan psikologi putriku.
[Bersambung...]
Tua Tua Keladi Chapter 04