![]() |
Ilustrasi Dewi |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Jilbab, Karyawan, MILF,
Para Tokoh:
- MR. Boss
- Pengusaha
- Ucok
- Anak Buah MR. Boss
- Lia
- Anak Buah MR. Boss
- PSK
- Dewi
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Sugiyono
- Mantan Teman Kerja MR. Boss
- Sugiyono
- Suami Dewi
Chapter 01
Obsesiku
Dewi adalah teman kerjaku. Banyak yang tergila-gila kepadanya.
Rambutnya panjang lurus, wajahnya cantik, ukuran dadanya kemungkinan
34D. Plus ia adalah janda. Ia cerai dengan suaminya 2 tahun yang lalu
dan mengasuh anaknya seorang diri. Aku memperhatikannya, bahkan mungkin
seluruh lelaki di kantor ini memperhatikannya. Aku yang sudah beristri
ini bisa tertarik kepadanya.
Aku : "Apa wanita ini pake susuk? entahlah." pikirku.
Aku
pun menuliskan surat cinta kepadanya. Tapi, yah tahu sendiri aku malah
diceramahi. Klo aku ini mata keranjang, sudah punya istri dan lain
sebagainya. Sakit dong tentunya. Dan saat itulah aku menyimpan dendam
pribadi kepadanya. Dua tahun kemudian ia pun berhenti kerja dan menikah
lagi. Dengan seorang yang lumayan cukup kaya.
Ia sering cerita ke teman-temannya kalau suaminya ini sangat setia dan tak akan mengkhianatinya.
Aku : "Begitukah? Aku pun punya rencana khusus."
Setelah aku keluar dari pekerjaanku, aku pun membangun usaha sendiri hingga sukses. Uangku sekarang berlimpah, mobil, rumah, semua ada. Anak-anak dan istriku tercukupi semua, tapi dendamku belum. Akhirnya aku merekrut tangan kanan. Ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kotorku. Aku menggajinya cukup besar. Paling tidak ia bisa diandalkan. Dari sepuluh kandidat akhirnya terpilihlah seorang bernama Pak Ucok. Dia orang batak. Tapi terkenal sebagai preman.
Ialah yang aku sewa untuk mengerjakan hal-hal yang tak bisa aku lakukan. Dengan bayaran tinggi ia sekarang menganggapku sebagai boss besar. Ia punya anak buah yang ia kelola sendiri. Namun aku tetap berpesan kepadanya agar anak buahnya tidak pernah tahu siapa aku. Cukup dikenalkan saja sebagai Mr. Boss.
Aku kemudian bercerita masalahku tentang Dewi kepada Ucok. Kami terlibat diskusi serius.
Aku : "Bagaimana menurutmu?" tanyaku.
Ucok : "Wah, rupanya Mr. Boss punya masalah asmara juga ya?"
Ucok : "Kalau soal ini aku cuma punya pengalaman sekali. Aku sewa perempuan PSK"
Ucok : " Kemudian aku suruh untuk menggoda si laki-laki, kurekam videonya"
Ucok : "Dan kuberikan ke istrinya. Setelah itu takluklah itu si istrinya"
Ucok : "Dan aku bisa mendapatkan madunya," kata Ucok sambil tertawa. Jahat betul. Tapi boleh juga.
Aku : "Boleh juga idemu Cok, baiklah carikan aku seorang PSK yang sangat cantik."
Aku : "Suruh temui aku secara langsung. Tapi ingat, cuma dia yang boleh menemuiku secara langsung"
Aku : "Dan harus merahasiakan identitasku. Aku punya rencana jitu," kataku.
Ucok : "Beres Mr. Boss," kata Ucok.
Aku pun menunggu sehari dua hari, sampai lima hari kemudian Ucok baru membawakanku seorang wanita PSK. Wajahnya alamak cantik banget. Sepertinya masih ABG. Aku taksir usianya masih 20-an.
Ucok seperti biasa menemuiku di ruanganku. Tampak si cewek ini
kagum dengan isi ruanganku. Pakaiannya sopan, dan wajahnya sangat
cantik, hidungnya mancung dan bibirnya pakai lipgloss. Ia tak banyak
memakai make up tapi itu saja sudah cantik.
Ucok : "Ini Mr. Boss, tak perlu tanya siapa namanya atau cari-cari tahu siapa namanya."
Ucok : "Kau sudah beruntung bisa bertemu dengan dia. Sebab kalau ada yang tahu siapa dia."
Ucok : "Besoknya sudah tidak bernyawa lagi," kata Ucok.
"Aku mengerti," kata cewek itu.
Aku : "Siapa namamu?" tanyaku.
Lia : "Lia," jawabnya.
Aku : "Nama asli?" tanyaku.
Lia : "Lia Nurhayati," jawabnya.
Aku : "Aku akan mengontrakmu untuk bekerja kepadaku selama yang aku mau."
Aku: "Per bulan kamu akan mendapatkan uang 8 juta. Tapi kau harus ikuti semua instruksiku."
Aku : "Dan selama kontrak denganku kau tak boleh menerima pelanggan lain."
Aku : "Kau butuh apa-apa tanya ke aku. Uang 8 juta itu gaji bersihmu."
Aku : "Yang lain-lain akan aku berikan kalau kinerjamu bagus," kataku."
Lia : "Apa maksudnya ini? Mau jadiin aku istri simpanan?" tanyanya.
Ucok : "Aku tampar mulut kau lancang!" bentak Ucok.
Aku memberi isyarat agar Ucok tak berbuat kasar.
Aku : "Lebih dari itu. Yang jelas aku tak akan menyentuhmu sama sekali,"
Aku : "Aku juga tak berminat kepadamu. Tapi aku ingin kau merayu seseorang."
Aku : "Namun merayunya dengan cara halus," kataku.
Lia mengerutkan dahi.
Lia : "8 juta untuk merayu orang? Pastinya ini bukan orang sembarangan.
Lia : "Mr. Boss, jam kerjaku tinggi aku bisa mendapatkan uang lebih dari 8 juta sebulan."
Aku : "Aku tahu, maka dari itu sisanya adalah kau tetap hidup," kataku.
Lia tampak terkejut.
Aku : "Seperti yang dijelaskan oleh Ucok, kau satu-satunya cewek yang masih hidup setelah melihatku."
Aku : "Lagipula kau PSK. Kalau kau aku habisi saat ini juga, tak akan ada yang akan mencarimu."
Aku : "Aku berniat baik memberikanmu pekerjaan ini, jadi jangan disalahgunakan."
Aku : "Ikuti instruksiku dan kau akan mendapatkan uang dan selamat."
Aku : "Silakan menawar kalau memang gaji itu tak cukup,"
Aku : "Tapi aku rasa gaji itu lumayan daripada kau tidak mendapatkan pelanggan sama sekali."
Aku : "Kau bisa tetap beli make-up, belanja-belanja"
Aku : "Dan uang itu untuk 1 bulan sangat lebih dari cukup untuk di kota ini," kataku.
Lia mendesah.
Lia : "Baiklah."
Aku : "Ingat, selama kontrak kerja denganku. Kau tak boleh dipakai oleh siapapun," kataku.
Lia: "Aku mengerti," jawab Lia.
Aku : "Besok aku ingin kau ke sini lagi, memakai jilbab dan gamis lebar."
Aku : "Dan mulai sekarang hingga seterusnya itulah pakaianmu kalau keluar," kataku.
Aku : "Aku beri kau ponsel baru, dan di dalamnya hanya ada satu nomor yaitu nomorku"
Aku : "Kau tidak boleh menghubungiku. Hanya aku yang boleh menghubungimu"
Aku : "Kalau kau ingin menghubungiku bilang ke Ucok. Jelas?"
Lia : "Jelas,"
Esoknya Lia pun datang lagi. Ia mengikuti apa yang sudah aku
instruksikan yaitu memakai jilbab dan gamis lebar. Ia tambah cantik
saja. Entah apa yang terjadi dengannya hingga mau jadi PSK.
Aku : "Ini uang muka bayaran kamu!" kataku sambil menyerahkan amplop coklat di atas meja.
Ia pun mengambilnya.
Aku : "Duduk dulu, hitung kalau ada yang kurang bilang ke aku,"
Aku : "Sambil aku akan memberikan instruksi."
Lia lalu melihat isi amplop itu. Tapi tidak dihitungnya.
Lia : "Saya percaya koq Mr. Boss. Tapi saya nggak percaya ama Ucok."
Lia : "Dia pernah tidur sama saya tapi ndak bayar, pergi begitu saja."
Lia : "Makanya sikap saya kemarin agak tidak enak."
Aku : "Trus, ia sudah bayar hutangnya?" tanyaku.
Lia : "Sudah. Ya kemarin itu ia baru bayar setelah tiga tahun menghilang. Bajingan itu orang," kata Lia.
Lia : "Ia minta maaf bolak-balik kepada saya. Kalau saya tidak diberitahu diberi pekerjaan khusus"
Lia : "Dan itu langsung dari Mr. Boss saya ndak berbuat seperti kemarin."
Lia : "Saya sudah dengar tentang Mr. Boss dari bos saya."
Lia : "Anda ternyata ditakuti ama orang-orang di lingkungan saya."
Lia : "Katanya kalau saya dipanggil secara khusus dan ketemu langsung artinya saya ini orang spesial."
Aku manggut-manggut,
Aku : "Sekarang kau tahu siapa aku bukan?"
Aku : "Nah, aku bisa baik kepada orang dan bisa berbuat jelek kepada orang, tergantung orang itu."
Lia mengangguk. Sikapnya agak melunak sekarang.
Aku : "Impianmu ingin keluar dari dunia hitam bukan?" tanyaku.
Lia agak terkejut.
Lia : "Bagaimana Mr. Boss bisa tau?"
Aku : "Aku sudah menyelidikimu, tentu saja sebelum kau kupekerjakan"
Aku : "Aku harus tahu siapa kamu, latar belakangmu. Aku juga tahu di mana rumahmu,"
Aku : "Siapa orang tuamu, siapa saja teman-temanmu."
Aku : "Kapan kamu pergi ke mal, kapan kamu pergi pulang kampung aku tahu semuanya," jawabku.
Lia tertegun.
Aku : "Jangan takut. Kalau kau ikuti aku, aku akan berbuat baik kepadamu"
Aku : "Aku akan janjikan kau bisa kembali pulang kampung, dan keluar dari dunia hitam ini," kataku.
Lia : "Terima kasih Mr. Boss," katanya.
Lia : "Apa yang saya lakukan sekarang?"
Aku : "Pertama, kamu harus benar-benar jadi orang alim," kataku.
Lia : "Bagaimana itu?" tanyanya.
Aku : "Pertama tentu saja caranya dengan berpakaian. Kedua, aku akan berikan buku instruksi ini"
Aku : "Buku ini isinya tentang segala hal cara kamu bersikap."
Aku : "Ketiga, aku berikan rekaman-rekaman pengajian, juga buku-buku agama"
Aku : "Pelajari semuanya," kataku.
Aku : "Kemudian, setelah kamu jadi orang alim."
Aku : Berikutnya kamu berbuat baik kepada tetangga kontrakanmu nanti."
Aku : "Bantu orang-orang sekitar yang membutuhkan"
Aku : "Aku akan berikan kamu identitas baru, sebagai seorang janda yang ditinggal pergi suaminya."
Lia : "Kapan saya bisa mulai Mr. Boss?" tanyanya.
Aku : "Ini alamat rumah kontrakanmu."
Aku : "Kemarin aku suruh Ucok untuk menyewa rumah untukmu di sebelah target."
Aku : "Tugasmu adalah menggoda suami orang. Namanya Sugiyono. Ini fotonya,"
Aku sodorkan sebuah foto.
Lia : "Lumayan cakep orangnya," komentar Lia.
Aku : "Ini foto istrinya," aku menyodorkan foto lagi.
Lia : "Cantik juga dia," komentar Lia.
Aku : "Goda target yaitu Sugiyono dengan cara halus. Tapi ingat kau harus jual mahal!" kataku.
Aku : "Aku sudah memasang kamera rahasia di kamarmu, ruang tamu dan kamar mandi"
Aku : "Tapi tenang saja, hanya aku yang bisa melihatnya. Ucok tak akan bisa melihatnya."
Lia : "Wah, Mr. Boss nanti ngintip dong?" tanyanya.
Aku : "Tujuanku memang mengintipmu untuk bisa bersenggama dengan Sugiyono," kataku.
Aku : "Kalau kau bisa sampai membuat ia bersenggama denganmu, berselingkuh denganmu,"
Aku : "Aku akan berikan bonus besar untukmu!"
Mata Lia melotot tak percaya terhadap rencana jahatku.
Lia : "Boleh tahu Mr. Boss, berapa?"
Aku : "Lima puluh juta kalau kau bisa mengajaknya tidur,"
Aku : "Dan lima puluh juta lagi kalau kau bisa mengajaknya tidur sambil diketahui istrinya."
Aku : "Lima puluh juta lagi kalau sampai mereka bercerai"
Aku : "Dan Lima puluh juta lagi, kalau kau mau melakukan pekerjaan tambahan," kataku.
Lia : "Siap Mr.Boss, saya siap,"
Lia tampak berbunga-bunga mendapatkan nilai yang fantastis itu. Wajahnya tampak sumringah mendengar nilai lima puluh juta berkali-kali. Memang uang segitu tak seberapa buatku karena perusahaanku laba bersihnya 200jt sebulan. Itu belum dari laba-laba yang lain dari usaha yang dikelola istriku. Duit simpananku tak usah dihitung, yang jelas ada kalau sampai 9 digit.
Aku menatp wajah Lia yang cantik ini jadi kepingin iseng. Dia itu benar-benar cantik. Wajahnya semi oriental. Dari data yang diberikan Ucok, dia ini asli gadis desa dan menjelma menjadi cewek kota yang nakal. Tapi sebenarnya dia ini baik.
Aku : "Ah, persetan. Toh aku sudah membayarnya. Bolehlah mencoba servisnya."
Aku pun berdiri, kemudian berdiri di hadapannya.
Aku kemudian membuka resletingku dan menurunkan celanaku. Terpampanglah "rudalku" yang cukup panjang dan besar.
Lia : "Ini apa Mr. Boss?" tanyanya.
Aku : "Kau tahu apa yang harus dilakukan," kataku.
Lia : "Katanya Mr. Boss tidak akan menyentuhku?" tanyanya.
Aku : "Iya, makanya aku ingin tahu servis dari mulutmu apakah memuaskan atau tidak," kataku.
Ia tersenyum.
Lia : "Mr. Boss, kalau kepingin ya tinggal bilang aja."
Aku : "Hehehe, yah, aku cabut deh perkataanku tadi"
Lia mulai memegang penisku. Ia urut-urut dan kocok-kocok. Benda kecil itu mulai bangun, keras dan mengacung. Lia tersenyum. Ia mencium kepala penisku.
Lia : "Punya Mr. Boss besar. Mungkin ini pertama kalinya aku melihat penis lelaki sebesar ini"
Lia : "Pasti istri Mr. Boss takluk kalau di ranjang," kata Lia.
Aku : "Tentu saja, Oh...Lia, hmmmhh.." kataku.
Lia lalu memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Gila, aku makin terangsang aja melihatnya, apalagi matanya menatap mataku sambil mengoral. Mana ia pakai jilbab lagi. Ouuchhh..lidahnya menari-nari di dalam mulutnya. Ia mengocok sambil menghisap. Sesekali ia jilati batangnya, kemudian ia pijat-pijat buah pelerku. Lia cukup pro. Tentu saja, karena jam terbangnya pasti tinggi.
Cukup lama ia mengoralku. Sudah hampir lima belas menit. Kupegang kepalanya, sepertinya aku mau sampe. Aku pun memaju mundurkan pantatku.
Aku : "Lia, aku mau nyampe. Telan semua ya!"
Ia mengangguk. Makin cepat ia mengocoknya, penisku pun makin keras.
Aku : "Ohhh....Lia...keluar, AAArgghh!"
Kataku sambil bersamaan menembak semua spermaku ke dalam mulutnya. Lia menghentikan gerakan kepalanya dan menampung semua spermaku. Dihisapnya sisa-sisa sperma dari penisku. Lalu ia melepaskan penisku.
Tampak lubang kencing penisku tidak ada sisa-sisa sperma lagi, berarti semuanya sudah masuk ke mulutnya. Pipinya agak menembem. Ia malah kelihatan imut kalau seperti itu. Perlahan-lahan ditelannya benih-benih anakku itu.
Lia : "Glup..."
Suara kerongkongannya menelan spermaku.
Lia : "Aaahh...tumben, baru kali ini rasa spermanya ndak asin," katanya.
Lia : "Mr. Boss suka makan buah ya?"
Aku : "Iya," jawabku.
Aku memakai kembali celanaku. Lalu kembali lagi ke tempat dudukku. Lia mengambil tissue yang ada di mejaku lalu membersihkan mulutnya.
Lia : "Kalau Mr. Boss kepingin lagi gak papa koq. Sejujurnya Lia demen juga koq," katanya.
Ia mulai menggodaku.
Aku menatapnya tajam.
Lia : "Oh...maaf kalau lancang," katanya.
Aku : "Lakukan saja apa yang aku suruh," kataku.
Lia : "Siap, Mr. Boss," katanya.
***
Hari pertama, hari kedua, Lia mulai menempati tempat kontrakannya. Tepat di sebelah rumah Dewi. Kali ini mereka menjadi tetangga. Aku mengamati gerak-gerik Lia dari kamera CCTV yang terpasang di rumahnya.
Lia berkenalan dengan para tetangga. Mobil pickup yang sudah aku siapkan datang membawa barang-barangnya. Beberapa anak buahku membantu memasukkan barang-barangnya, seperti orang pindahan beneran. Saat itu hari Minggu, jadi Sugiyono dan Dewi ada di rumah. Mereka berkenalan dengan Lia. Percakapan pun mulai akrab. Untuk agar tidak membuat orang curiga, Lia mengaku bekerja di kantorku. Sehingga mulai dari jam 8 sampai jam 4 sore ia tidak di rumah.
Seminggu kemudian ia mulai akrab dengan Dewi. Dewi memang tidak bekerja, sehingga terkadang Lia ke rumahnya. Suatu hal yang tak diduga, kedua anak Dewi mulai menyukai Lia. Bahkan sering juga main ke rumahnya. Lia pun mengarang cerita kalau ia ditinggal mati suaminya. Ia mencari-cari rumah kontrakan kemudian koq ya ketemu rumah ini.
Seluruh laporan tentang apa yang dilakukan oleh Lia sangat detail, sehingga aku makin tertarik saja dengan perkembangannya tiap hari. Lia ternyata bisa menjadi seorang anak buah yang sangat loyal, buktinya, sampai sekarang ia benar-benar berakting sok alim. Terlebih setiap bertemu dengan Sugiyono, ia selalu menundukkan pandangan. Namun terkadang juga sedikit menggoda, pura-pura kesentuh tangan lalu minta maaf. Lia juga aktif menanyakan kabar kepada Sugiyono setiap kali ketemu. Karena hubungannya dengan Dewi sudah dekat, mulailah mereka ke langkah selanjutnya.
Lia pura-pura minjam buku ke Dewi. Buku itu paling tidak 2 hari dipinjam sekedar ingin dibaca saja. Biar nanti kalau ditanyakan isinya bisa sedikit menjawab. Setelah itu ketika mengembalikan paling tidak harus ketika hanya ada Sugiyono saja. Hasilnya cukup baik, tangan mereka bersentuhan lagi dan Lia minta maaf.
Sugiyono : "Mbak Lia, koq sering banget minta maaf?" tanya Sugiyono.
Lia : "Maaf Mas, bukan kenapa kan kita bukan mahrom, jadi ndak boleh bersentuhan."
Lia : "Sampaikan salam saya kepada mbak Dewi ya," kata Lia.
Lia : "Permisi Assalamualaikum."
Sugiyono terpaku saat itu. Entah apakah ia mulai tertarik ataukah tidak.
Setelah sebulan. Rupanya kealiman tetangga baru ini sudah menyebar. Dan ketika pertemuan ibu-ibu pun tampaknya Lia mulai dikenal baik oleh ibu-ibu PKK. Mereka juga tidak tahu bahwa Lia sangat pandai berceramah, sehingga pada saat-saat tertentu Lia dibujuk ibu2 untuk mengisi ceramah.
Perkembangan laporan Lia terus aku ikuti. Dan sesekali aku minta jatah untuk dioral olehnya ketika ia menemuiku di kantor. Dia melakukan dengan sukarela koq. Bahkan rela ndak dibayar. Aku sih tidak menolak.
Kurang lebih tepat hari ke-50. Lia punya ide. Ia memberikan makanan kepada Dewi. Seperti biasa karena tetangga. Katanya Lia sedang mencoba resep baru. Ndak tahu rasanya, enak apa tidak. Masakannya ayam betutu. Lia sudah menaruh obat di dalamnya. Ia mengira Dewi setelah ini pasti mules. Sugiyono sebentar lagi pulang. Maka Lia pura-pura buru-buru pulang. Sengaja ponselnya ditinggal di kursi sofa.
Ketika sudah sampai di rumah ia menunggu Sugiyono pulang, sambil mencopot seluruh bajunya dan membasahi diri di kamar mandi. Ketika terdengar suara mobil, pasti itu Sugiyono pulang. Lia pasti menyangka setelah ini Sugiyono yang menyerahkan ponselnya. Benarlah. Tak lama-lama kemudian Sugiyono datang dan mengetuk pintu rumahnya.
Lia pura-pura tidak dengar. Ia berada di kamar mandi menghitung ketukan. Ketika ketukan kedua ia kemudian keluar. Saat itu Sugiyono mengintip ke dalam kaca. Sengaja kordennya terbuka sedikit sehingga Sugiyono bisa melihat ke dalam. Lia dengan berbalut handuk kemudian berjalan dan pura-pura terpeleset, sambil menarik kursi agar suaranya meyakinkan. Sugiyono yang melihat itu terkejut. Ia bingung harus bagaimana. Aku yang melihat dari CCTV sangat berdebar-debar. Tak mungkin ia meminta bantuan Dewi. Lha wong Dewi sedang sakit perut. Akhirnya Sugiyono membuka pintu, ia masuk. Sukses!
Lia pura-pura pingsan dengan berbalut handuk. Sugiyono tampak menelan ludah. Barangkali baru kali ini ia melihat bahwa Lia ternyata wanita yang sangat cantik, berwajah oriental dan manis. Ia bingung harus ngapain. Melihat wanita tergeletak di lantai seperti itu, ia tak mungkin membiarkannya. Akhirnya ia membopong Lia dan menaruhnya di sofa. Bau harum tubuh Lia benar-benar menggoda. Lia digoyang-goyang dan dipanggil-panggil. Saat itulah, Sugiyono bingung.
Sugiyono : "Apakah ia harus minta bantuan atau bagaimana?"
Sugiyono : "Barangkali Lia cuma pingsan biasa. Dan alamak itu dadanya lumayan juga."
Pikirnya. Mulus, montok dan ranum. Bau sabunnya benar-benar membuat ia kembali menelan ludah. Dan Sugiyono pun menyentuhkan tangannya ke dada Lia. Ia remas-remas dada itu. Perlahan-lahan ia buka sedikit handuk yang membalut tubuh Lia. Ia ingin mengintip puting cewek PSK itu. Sugiyono tampak menelan ludah lagi. Ia tak mengira puting cewek yang setiap hari berjilbab ini sangat pink.
Ia memajukan wajahnya hendak mencium Lia, saat itulah Lia membuka matanya sambil pura-pura terkejut.
Lia : "Mas Sugi?" ia terkejut.
Lia : "Apa yang mas lakukan?"
Sugiyono, tampak terkejut. Jantungnya hampir copot. Lia melihat dirinya, dadanya terbuka handuknya tidak terbelit lagi.
Buru-buru Sugiyono menutup mulut Lia yang sekali lagi pura-pura akan berteriak.
Sugiyono : "Ssshh....dengar dulu, dengar dulu!" kata Sugiyono untuk tenang.
Sugiyono : "Tadi kamu terpeleset trus pingsan"
Sugiyono : "Aku cuma ingin mengembalikan ponselmu yang tertinggal tadi di rumahku"
Sugiyono : "Maaf ya, aku tak bermaksud ngapa-ngapain kamu. Beneran"
Lia mengangguk. Kemudian Sugiyono melepaskan tangannya dari mulut Lia.
Lia : "Beneran Mas ndak ngapa-ngapain Lia?" tanya Lia.
Sugiyono : "Iya, beneran," jawab Sugiyono.
Lia : "Trus, kalau begitu kenapa handuk Lia terlepas begini?" tanya Lia.
Sugiyono : "Eehh...itu, copot sendiri."
Sugiyono : "Maaf, sebaiknya aku segera pulang. Nanti dicari Dewi," kata Sugiyono.
Sugiyono berdiri dan menuju ke pintu.
Lia : "Maaf Mas, Lia salah sangka," kata Lia sambil menutupi tubuhnya dengan handuk.
Sugiyono : "Iya, tidak apa-apa," kata Sugiyono.
Aku : "BAGOOOOOEEESS!" seruku di kantor melihat peristiwa itu.
Lia luar biasa dalam merayu cowok. Kalau saja Sugiyono bukan lelaki baik-baik, sudah disosor itu si Lia.
Ini tahap kedua. Tahap ketiga bakal lebih lagi pastinya. Dan aku yakin pasti setelah itu Sugiyono bakal minta jatah ke Dewi, atau paling tidak sampai onani sendiri.
Esoknya Lia datang ke kantorku. Ia menyampaikan laporannya dan aku sangat senang.
Aku : "Kalau saja kau bisa mengajaknya tidur saat itu,"
Aku : "Mungkin aku bisa berikan bonusmu sekarang," kataku.
Lia : "Harus pelan-pelan Mr. Boss, dia ini orangnya alim soalnya," kata Lia.
Aku : "Baiklah, tapi ngomong-ngomong."
Aku : "Rencana apalagi yang akan engkau lakukan berikutnya?" tanyaku.
Lia : "Berikutnya ia pasti akan tidur denganku," katanya yakin.
Aku : "Hmm..begitu ya? Baiklah, aku suka sekali dengan gayamu," kataku.
Lia tersenyum.
Aku : "Ayo, ikut aku!" kataku.
Lia : "Ke mana?" tanyanya.
Aku : "Udah, ikut aja!" kataku.
Aku mengajaknya ke ruang pribadiku. Ruangan ini adalah ruangan kecil yang ada di sebelah kantorku. Begitu Lia masuk aku langsung mengunci pintu. Ruangan ini penuh dengan rak-rak buku. Ada sebuah meja dan sebuah kursi. Di dekat jendela, ada sofa empuk. Di sebelah rak ada sebuah tempat tidur lipat.
Begitu aku kunci pintu, segera aku rangkul Lia dari belakang. Ia tampaknya mengerti, segera berbalik. Kami lalu berpanggutan.
Aku : "Sebelum kamu tidur dengan dia,"
Aku : "Paling tidak aku ingin merasakan puting dan memekmu," kataku.
Lia : "Oh...Mr.Boss, aku sudah lama menunggu ini..hmm..hmmmhh," katanya.
Kami berciuman lama, sambil berpelukan dan menggesek-gesek badan kami. Lalu segera kulucuti jilbabnya, gamisnya, ia pun membuka kemejaku celanaku, sehingga dalam hitungan menit kami sudah tanpa busana dan pakaian kami entah kemana.
Aku : "Lia, Ohh...putingmu pink!" kataku.
Lia : "Iya, Mr.Boss, hisep dong, menyusu kayak bayi," katanya merancau.
Aku lalu menghisapnya, kuhisap dan kujilat. Lia mengeluh, Payudaranya yang montok aku remas-remas sekaligus aku hisap-hisap putingnya, paling tidak jangan sampai aku memberikan bekas cupangan sebab besok ia akan menaklukkan Sugiyono. Biar Sugiyono tidak curiga. Aku cukup menciumi dan menjilati tubuhnya. Lehernya aku ciumi, telinganya aku gigit-gigit kecil. Kemudian lidah kami kembali bertemu, kuhisap salivanya. Tangannya udah memegang rudalku. Ia mengocok rudalku. Aku pun menyentuh memeknya yang ternyata tak ada rambut, ia telah mencukur bersih bulunya.
Aku menatapnya sesaat.
Aku : "Setelah tugas ini selesai, maukah kau melakukan satu hal?" tanyaku.
Lia : "Apa itu Mr.Boss?" tanyanya.
Aku : "Jangan menjadi PSK lagi, jadilah wanitaku," kataku.
Lia : "Ohh...Mr.Boss...baiklah, apapun yang kau ingin...aaahhkkk"
Jariku masuk ke liang senggamanya. Aku mengobok-obok vaginanya, Lia memelukku dan kami ambruk di atas sofa.
Berikutnya aku sodorkan penisku ke padanya, ia pun segera mengulum rudalku yang sudah berdiri tegak. Kemudian aku mulai menjilati bagian pribadinya. Kuhisap-hisap dan kusedot hingga Lia menggelinjang. Vaginanya bau harum sabun sirih. Aku hisap dan kujilati hingga benar-benar sangat basah.
Lia : "Mr.Boss...ohh...Lia keluar Mister....aakhhhh, keluar aaahhhhhh,"
Lia menjerit sambil mengangkat pantatnya. Aku melihat cairan keluar dari vaginanya. Nafasnya memburu. Ia memejamkan mata menikmati orgasmenya. Aku lalu memposisikan diriku berada di atasnya. senjataku udah siap.
Matanya sedikit terbuka dan menatapku.
Aku : "Mr.Boss,...pelan-pelan ya, sudah sebulan ini aku tidak main. Punya Mr.Boss besar soalnya. Ahhkk..." katanya.
Aku menggesek-gesek kepala penisku ke klitorisnya. Mulut Lia menganga sambil kepalanya mendongak ke atas. Dan,
Blesss..
Kepala penisku masuk. Seret banget ini. Aku baru masuk setengah, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam sana. Lia membelai dadaku. Berusaha memberikan kenikmatan. Aku maju mundurkan pelan dan sekali lagi aku tekan dan.
Sleeebb...sreett...
Lia : "Mister....aduuuh...mentok, rasanya penuh....aaahhh," rancaunya.
Aku : "Seret banget memekmu, pantas saja bayaranmu mahal," kataku.
Lia : "Oh...mister, penismu besar...aduh...ahhh....ahh...ahhh...hmmm...aaah,
Lia : "Iya mister digoyang gitu. Ahhkk...oh besar banget, aku nyerah mister.
Lia : "Pakai aku sesukamu deh mister, aku rela....ahhkk...Mister...oh...jadi simpananmu pun aku rela"
Lia : "Mister....hhhmmm," Lia mulai merancau.
Aku pun bergerak maju mundur. Seiring dengan itu vaginanya tampak seperti meremas-remas penisku. Ditambah lagi pantatnya seperti memutar-mutar. Aku lalu menarik tubuhnya agar bisa aku pangku. Kini kami berhadapan. Ia duduk di atas pahaku. Kami berpanggutan lalu aku menghisap putingnya. Pantat Lia naik turun ia berusaha mencari kenikmatan. Ia remas-remas rambutku, berkali-kali ia menyebut namaku dan memuji penisku.
Setelah puas posisi duduk, aku kemudian menyuruhnya menungging. Kembali penisku seperti menusuk sesuatu belahan yang sangat sempit. Ia memaju mundurkan pantatnya, aku mengimbanginya dengan bergerak maju mundur.
Plookk! Plook! Plokkk Plokk!
Suara pantatnya beradu dengan pinggangku. Aku membelai punggungnya dan kuusap-usap. Sesekali aku mencari payudaranya dan kuremas-remas dengan gemas.
Aku : "Aaahhh...ohh..Lia, hmmm nikmat banget" kataku.
Lia : "Aaahh...fuck...fuck...enak banget....hmm oh...penismu Mister, gedenya...." rancaunya.
Nampaknya spermaku sudah mau keluar. Aku balikkan badannya, lalu aku tindih dia. Aku peluk. Dada kami menyatu hangat sekali. Keringat kami bercampur, kemudian aku mencium bibirnya. Lidahku menghisap lidahnya, Pantatku maju mundur.
Lia : "Ohh...Mister aku keluar...aahh..Mister jangan keluarin di dalam ya, aku subur...." katanya.
Aku : "Lho, kamu ndak minum pil?" tanyaku.
Lia : "Ndak Mister,....ahhh... ndak pernah. Biasanya juga ....oh...pakai kondom."
Lia : "Ini pertama kali aku..aah..tidak pake kondom....," katanya.
Aku : "Ah persetan, hamil hamil deh," kataku.
Lia : "Ohh..Mr...aku cinta Mister....hamili aku mister....aku nyampe mister....hmmmm" katanya.
Aku : "Lia,...spermaku keluar...banyak kayaknya,....AaaAAHhhhh,"
Aku menembakkan entah berapa kali tembakan. Banyak sekali. Aku habiskan semuanya di dalam rahimnya. Mata Lia tampak memutih, sambil memelukku erat sekali.
Orgasme yang cuma beberapa detik itu rasanya sangat lama. Bahkan setelah spermaku tidak keluar lagi, penisku masih belum mengecil. Lia mulai lemas. Ia melepaskan pelukanku. Aku mencabut penisku. Seketika itu, spermaku sebagian keluar dari lubang senggamanya, menetes di sofa. Lia terkapar, ia membuka pahanya, lengannya ditutupkan ke wajahnya.
Lia : "Mr.Boss, hebat...aku sampe kewalahan," katanya.
Aku lalu berjalan menuju kulkas yang ada di pojok ruangan. Lalu mengambil air putih yang ada di dalam botol gelas. Segera aku buka tutupnya dan meminumnya. Kemudian aku melanjutkan lagi setelah beristirahat beberapa saat sampai kemaluanku rasanya ngilu.
(Bersambung..)
Sumber :
Semprot by arczre
Ia sering cerita ke teman-temannya kalau suaminya ini sangat setia dan tak akan mengkhianatinya.
Aku : "Begitukah? Aku pun punya rencana khusus."
Setelah aku keluar dari pekerjaanku, aku pun membangun usaha sendiri hingga sukses. Uangku sekarang berlimpah, mobil, rumah, semua ada. Anak-anak dan istriku tercukupi semua, tapi dendamku belum. Akhirnya aku merekrut tangan kanan. Ia harus melakukan pekerjaan-pekerjaan kotorku. Aku menggajinya cukup besar. Paling tidak ia bisa diandalkan. Dari sepuluh kandidat akhirnya terpilihlah seorang bernama Pak Ucok. Dia orang batak. Tapi terkenal sebagai preman.
Ialah yang aku sewa untuk mengerjakan hal-hal yang tak bisa aku lakukan. Dengan bayaran tinggi ia sekarang menganggapku sebagai boss besar. Ia punya anak buah yang ia kelola sendiri. Namun aku tetap berpesan kepadanya agar anak buahnya tidak pernah tahu siapa aku. Cukup dikenalkan saja sebagai Mr. Boss.
Aku kemudian bercerita masalahku tentang Dewi kepada Ucok. Kami terlibat diskusi serius.
Aku : "Bagaimana menurutmu?" tanyaku.
Ucok : "Wah, rupanya Mr. Boss punya masalah asmara juga ya?"
Ucok : "Kalau soal ini aku cuma punya pengalaman sekali. Aku sewa perempuan PSK"
Ucok : " Kemudian aku suruh untuk menggoda si laki-laki, kurekam videonya"
Ucok : "Dan kuberikan ke istrinya. Setelah itu takluklah itu si istrinya"
Ucok : "Dan aku bisa mendapatkan madunya," kata Ucok sambil tertawa. Jahat betul. Tapi boleh juga.
Aku : "Boleh juga idemu Cok, baiklah carikan aku seorang PSK yang sangat cantik."
Aku : "Suruh temui aku secara langsung. Tapi ingat, cuma dia yang boleh menemuiku secara langsung"
Aku : "Dan harus merahasiakan identitasku. Aku punya rencana jitu," kataku.
Ucok : "Beres Mr. Boss," kata Ucok.
Aku pun menunggu sehari dua hari, sampai lima hari kemudian Ucok baru membawakanku seorang wanita PSK. Wajahnya alamak cantik banget. Sepertinya masih ABG. Aku taksir usianya masih 20-an.
![]() |
Ilustrasi Lia Nurhayati |
Ucok : "Ini Mr. Boss, tak perlu tanya siapa namanya atau cari-cari tahu siapa namanya."
Ucok : "Kau sudah beruntung bisa bertemu dengan dia. Sebab kalau ada yang tahu siapa dia."
Ucok : "Besoknya sudah tidak bernyawa lagi," kata Ucok.
"Aku mengerti," kata cewek itu.
Aku : "Siapa namamu?" tanyaku.
Lia : "Lia," jawabnya.
Aku : "Nama asli?" tanyaku.
Lia : "Lia Nurhayati," jawabnya.
Aku : "Aku akan mengontrakmu untuk bekerja kepadaku selama yang aku mau."
Aku: "Per bulan kamu akan mendapatkan uang 8 juta. Tapi kau harus ikuti semua instruksiku."
Aku : "Dan selama kontrak denganku kau tak boleh menerima pelanggan lain."
Aku : "Kau butuh apa-apa tanya ke aku. Uang 8 juta itu gaji bersihmu."
Aku : "Yang lain-lain akan aku berikan kalau kinerjamu bagus," kataku."
Lia : "Apa maksudnya ini? Mau jadiin aku istri simpanan?" tanyanya.
Ucok : "Aku tampar mulut kau lancang!" bentak Ucok.
Aku memberi isyarat agar Ucok tak berbuat kasar.
Aku : "Lebih dari itu. Yang jelas aku tak akan menyentuhmu sama sekali,"
Aku : "Aku juga tak berminat kepadamu. Tapi aku ingin kau merayu seseorang."
Aku : "Namun merayunya dengan cara halus," kataku.
Lia mengerutkan dahi.
Lia : "8 juta untuk merayu orang? Pastinya ini bukan orang sembarangan.
Lia : "Mr. Boss, jam kerjaku tinggi aku bisa mendapatkan uang lebih dari 8 juta sebulan."
Aku : "Aku tahu, maka dari itu sisanya adalah kau tetap hidup," kataku.
Lia tampak terkejut.
Aku : "Seperti yang dijelaskan oleh Ucok, kau satu-satunya cewek yang masih hidup setelah melihatku."
Aku : "Lagipula kau PSK. Kalau kau aku habisi saat ini juga, tak akan ada yang akan mencarimu."
Aku : "Aku berniat baik memberikanmu pekerjaan ini, jadi jangan disalahgunakan."
Aku : "Ikuti instruksiku dan kau akan mendapatkan uang dan selamat."
Aku : "Silakan menawar kalau memang gaji itu tak cukup,"
Aku : "Tapi aku rasa gaji itu lumayan daripada kau tidak mendapatkan pelanggan sama sekali."
Aku : "Kau bisa tetap beli make-up, belanja-belanja"
Aku : "Dan uang itu untuk 1 bulan sangat lebih dari cukup untuk di kota ini," kataku.
Lia mendesah.
Lia : "Baiklah."
Aku : "Ingat, selama kontrak kerja denganku. Kau tak boleh dipakai oleh siapapun," kataku.
Lia: "Aku mengerti," jawab Lia.
Aku : "Besok aku ingin kau ke sini lagi, memakai jilbab dan gamis lebar."
Aku : "Dan mulai sekarang hingga seterusnya itulah pakaianmu kalau keluar," kataku.
Aku : "Aku beri kau ponsel baru, dan di dalamnya hanya ada satu nomor yaitu nomorku"
Aku : "Kau tidak boleh menghubungiku. Hanya aku yang boleh menghubungimu"
Aku : "Kalau kau ingin menghubungiku bilang ke Ucok. Jelas?"
Lia : "Jelas,"
![]() |
Ilustrasi Lia Nurhayati |
Aku : "Ini uang muka bayaran kamu!" kataku sambil menyerahkan amplop coklat di atas meja.
Ia pun mengambilnya.
Aku : "Duduk dulu, hitung kalau ada yang kurang bilang ke aku,"
Aku : "Sambil aku akan memberikan instruksi."
Lia lalu melihat isi amplop itu. Tapi tidak dihitungnya.
Lia : "Saya percaya koq Mr. Boss. Tapi saya nggak percaya ama Ucok."
Lia : "Dia pernah tidur sama saya tapi ndak bayar, pergi begitu saja."
Lia : "Makanya sikap saya kemarin agak tidak enak."
Aku : "Trus, ia sudah bayar hutangnya?" tanyaku.
Lia : "Sudah. Ya kemarin itu ia baru bayar setelah tiga tahun menghilang. Bajingan itu orang," kata Lia.
Lia : "Ia minta maaf bolak-balik kepada saya. Kalau saya tidak diberitahu diberi pekerjaan khusus"
Lia : "Dan itu langsung dari Mr. Boss saya ndak berbuat seperti kemarin."
Lia : "Saya sudah dengar tentang Mr. Boss dari bos saya."
Lia : "Anda ternyata ditakuti ama orang-orang di lingkungan saya."
Lia : "Katanya kalau saya dipanggil secara khusus dan ketemu langsung artinya saya ini orang spesial."
Aku manggut-manggut,
Aku : "Sekarang kau tahu siapa aku bukan?"
Aku : "Nah, aku bisa baik kepada orang dan bisa berbuat jelek kepada orang, tergantung orang itu."
Lia mengangguk. Sikapnya agak melunak sekarang.
Aku : "Impianmu ingin keluar dari dunia hitam bukan?" tanyaku.
Lia agak terkejut.
Lia : "Bagaimana Mr. Boss bisa tau?"
Aku : "Aku sudah menyelidikimu, tentu saja sebelum kau kupekerjakan"
Aku : "Aku harus tahu siapa kamu, latar belakangmu. Aku juga tahu di mana rumahmu,"
Aku : "Siapa orang tuamu, siapa saja teman-temanmu."
Aku : "Kapan kamu pergi ke mal, kapan kamu pergi pulang kampung aku tahu semuanya," jawabku.
Lia tertegun.
Aku : "Jangan takut. Kalau kau ikuti aku, aku akan berbuat baik kepadamu"
Aku : "Aku akan janjikan kau bisa kembali pulang kampung, dan keluar dari dunia hitam ini," kataku.
Lia : "Terima kasih Mr. Boss," katanya.
Lia : "Apa yang saya lakukan sekarang?"
Aku : "Pertama, kamu harus benar-benar jadi orang alim," kataku.
Lia : "Bagaimana itu?" tanyanya.
Aku : "Pertama tentu saja caranya dengan berpakaian. Kedua, aku akan berikan buku instruksi ini"
Aku : "Buku ini isinya tentang segala hal cara kamu bersikap."
Aku : "Ketiga, aku berikan rekaman-rekaman pengajian, juga buku-buku agama"
Aku : "Pelajari semuanya," kataku.
Aku : "Kemudian, setelah kamu jadi orang alim."
Aku : Berikutnya kamu berbuat baik kepada tetangga kontrakanmu nanti."
Aku : "Bantu orang-orang sekitar yang membutuhkan"
Aku : "Aku akan berikan kamu identitas baru, sebagai seorang janda yang ditinggal pergi suaminya."
Lia : "Kapan saya bisa mulai Mr. Boss?" tanyanya.
Aku : "Ini alamat rumah kontrakanmu."
Aku : "Kemarin aku suruh Ucok untuk menyewa rumah untukmu di sebelah target."
Aku : "Tugasmu adalah menggoda suami orang. Namanya Sugiyono. Ini fotonya,"
Aku sodorkan sebuah foto.
Lia : "Lumayan cakep orangnya," komentar Lia.
Aku : "Ini foto istrinya," aku menyodorkan foto lagi.
![]() |
Ilustrasi Dewi |
Aku : "Goda target yaitu Sugiyono dengan cara halus. Tapi ingat kau harus jual mahal!" kataku.
Aku : "Aku sudah memasang kamera rahasia di kamarmu, ruang tamu dan kamar mandi"
Aku : "Tapi tenang saja, hanya aku yang bisa melihatnya. Ucok tak akan bisa melihatnya."
Lia : "Wah, Mr. Boss nanti ngintip dong?" tanyanya.
Aku : "Tujuanku memang mengintipmu untuk bisa bersenggama dengan Sugiyono," kataku.
Aku : "Kalau kau bisa sampai membuat ia bersenggama denganmu, berselingkuh denganmu,"
Aku : "Aku akan berikan bonus besar untukmu!"
Mata Lia melotot tak percaya terhadap rencana jahatku.
Lia : "Boleh tahu Mr. Boss, berapa?"
Aku : "Lima puluh juta kalau kau bisa mengajaknya tidur,"
Aku : "Dan lima puluh juta lagi kalau kau bisa mengajaknya tidur sambil diketahui istrinya."
Aku : "Lima puluh juta lagi kalau sampai mereka bercerai"
Aku : "Dan Lima puluh juta lagi, kalau kau mau melakukan pekerjaan tambahan," kataku.
Lia : "Siap Mr.Boss, saya siap,"
Lia tampak berbunga-bunga mendapatkan nilai yang fantastis itu. Wajahnya tampak sumringah mendengar nilai lima puluh juta berkali-kali. Memang uang segitu tak seberapa buatku karena perusahaanku laba bersihnya 200jt sebulan. Itu belum dari laba-laba yang lain dari usaha yang dikelola istriku. Duit simpananku tak usah dihitung, yang jelas ada kalau sampai 9 digit.
Aku menatp wajah Lia yang cantik ini jadi kepingin iseng. Dia itu benar-benar cantik. Wajahnya semi oriental. Dari data yang diberikan Ucok, dia ini asli gadis desa dan menjelma menjadi cewek kota yang nakal. Tapi sebenarnya dia ini baik.
Aku : "Ah, persetan. Toh aku sudah membayarnya. Bolehlah mencoba servisnya."
Aku pun berdiri, kemudian berdiri di hadapannya.
Aku kemudian membuka resletingku dan menurunkan celanaku. Terpampanglah "rudalku" yang cukup panjang dan besar.
Lia : "Ini apa Mr. Boss?" tanyanya.
Aku : "Kau tahu apa yang harus dilakukan," kataku.
Lia : "Katanya Mr. Boss tidak akan menyentuhku?" tanyanya.
Aku : "Iya, makanya aku ingin tahu servis dari mulutmu apakah memuaskan atau tidak," kataku.
Ia tersenyum.
Lia : "Mr. Boss, kalau kepingin ya tinggal bilang aja."
Aku : "Hehehe, yah, aku cabut deh perkataanku tadi"
Lia mulai memegang penisku. Ia urut-urut dan kocok-kocok. Benda kecil itu mulai bangun, keras dan mengacung. Lia tersenyum. Ia mencium kepala penisku.
Lia : "Punya Mr. Boss besar. Mungkin ini pertama kalinya aku melihat penis lelaki sebesar ini"
Lia : "Pasti istri Mr. Boss takluk kalau di ranjang," kata Lia.
Aku : "Tentu saja, Oh...Lia, hmmmhh.." kataku.
Lia lalu memasukkan kepala penisku ke mulutnya. Gila, aku makin terangsang aja melihatnya, apalagi matanya menatap mataku sambil mengoral. Mana ia pakai jilbab lagi. Ouuchhh..lidahnya menari-nari di dalam mulutnya. Ia mengocok sambil menghisap. Sesekali ia jilati batangnya, kemudian ia pijat-pijat buah pelerku. Lia cukup pro. Tentu saja, karena jam terbangnya pasti tinggi.
Cukup lama ia mengoralku. Sudah hampir lima belas menit. Kupegang kepalanya, sepertinya aku mau sampe. Aku pun memaju mundurkan pantatku.
Aku : "Lia, aku mau nyampe. Telan semua ya!"
Ia mengangguk. Makin cepat ia mengocoknya, penisku pun makin keras.
Aku : "Ohhh....Lia...keluar, AAArgghh!"
Kataku sambil bersamaan menembak semua spermaku ke dalam mulutnya. Lia menghentikan gerakan kepalanya dan menampung semua spermaku. Dihisapnya sisa-sisa sperma dari penisku. Lalu ia melepaskan penisku.
Tampak lubang kencing penisku tidak ada sisa-sisa sperma lagi, berarti semuanya sudah masuk ke mulutnya. Pipinya agak menembem. Ia malah kelihatan imut kalau seperti itu. Perlahan-lahan ditelannya benih-benih anakku itu.
Lia : "Glup..."
Suara kerongkongannya menelan spermaku.
Lia : "Aaahh...tumben, baru kali ini rasa spermanya ndak asin," katanya.
Lia : "Mr. Boss suka makan buah ya?"
Aku : "Iya," jawabku.
Aku memakai kembali celanaku. Lalu kembali lagi ke tempat dudukku. Lia mengambil tissue yang ada di mejaku lalu membersihkan mulutnya.
Lia : "Kalau Mr. Boss kepingin lagi gak papa koq. Sejujurnya Lia demen juga koq," katanya.
Ia mulai menggodaku.
Aku menatapnya tajam.
Lia : "Oh...maaf kalau lancang," katanya.
Aku : "Lakukan saja apa yang aku suruh," kataku.
Lia : "Siap, Mr. Boss," katanya.
***
Hari pertama, hari kedua, Lia mulai menempati tempat kontrakannya. Tepat di sebelah rumah Dewi. Kali ini mereka menjadi tetangga. Aku mengamati gerak-gerik Lia dari kamera CCTV yang terpasang di rumahnya.
Lia berkenalan dengan para tetangga. Mobil pickup yang sudah aku siapkan datang membawa barang-barangnya. Beberapa anak buahku membantu memasukkan barang-barangnya, seperti orang pindahan beneran. Saat itu hari Minggu, jadi Sugiyono dan Dewi ada di rumah. Mereka berkenalan dengan Lia. Percakapan pun mulai akrab. Untuk agar tidak membuat orang curiga, Lia mengaku bekerja di kantorku. Sehingga mulai dari jam 8 sampai jam 4 sore ia tidak di rumah.
Seminggu kemudian ia mulai akrab dengan Dewi. Dewi memang tidak bekerja, sehingga terkadang Lia ke rumahnya. Suatu hal yang tak diduga, kedua anak Dewi mulai menyukai Lia. Bahkan sering juga main ke rumahnya. Lia pun mengarang cerita kalau ia ditinggal mati suaminya. Ia mencari-cari rumah kontrakan kemudian koq ya ketemu rumah ini.
Seluruh laporan tentang apa yang dilakukan oleh Lia sangat detail, sehingga aku makin tertarik saja dengan perkembangannya tiap hari. Lia ternyata bisa menjadi seorang anak buah yang sangat loyal, buktinya, sampai sekarang ia benar-benar berakting sok alim. Terlebih setiap bertemu dengan Sugiyono, ia selalu menundukkan pandangan. Namun terkadang juga sedikit menggoda, pura-pura kesentuh tangan lalu minta maaf. Lia juga aktif menanyakan kabar kepada Sugiyono setiap kali ketemu. Karena hubungannya dengan Dewi sudah dekat, mulailah mereka ke langkah selanjutnya.
Lia pura-pura minjam buku ke Dewi. Buku itu paling tidak 2 hari dipinjam sekedar ingin dibaca saja. Biar nanti kalau ditanyakan isinya bisa sedikit menjawab. Setelah itu ketika mengembalikan paling tidak harus ketika hanya ada Sugiyono saja. Hasilnya cukup baik, tangan mereka bersentuhan lagi dan Lia minta maaf.
Sugiyono : "Mbak Lia, koq sering banget minta maaf?" tanya Sugiyono.
Lia : "Maaf Mas, bukan kenapa kan kita bukan mahrom, jadi ndak boleh bersentuhan."
Lia : "Sampaikan salam saya kepada mbak Dewi ya," kata Lia.
Lia : "Permisi Assalamualaikum."
Sugiyono terpaku saat itu. Entah apakah ia mulai tertarik ataukah tidak.
Setelah sebulan. Rupanya kealiman tetangga baru ini sudah menyebar. Dan ketika pertemuan ibu-ibu pun tampaknya Lia mulai dikenal baik oleh ibu-ibu PKK. Mereka juga tidak tahu bahwa Lia sangat pandai berceramah, sehingga pada saat-saat tertentu Lia dibujuk ibu2 untuk mengisi ceramah.
Perkembangan laporan Lia terus aku ikuti. Dan sesekali aku minta jatah untuk dioral olehnya ketika ia menemuiku di kantor. Dia melakukan dengan sukarela koq. Bahkan rela ndak dibayar. Aku sih tidak menolak.
Kurang lebih tepat hari ke-50. Lia punya ide. Ia memberikan makanan kepada Dewi. Seperti biasa karena tetangga. Katanya Lia sedang mencoba resep baru. Ndak tahu rasanya, enak apa tidak. Masakannya ayam betutu. Lia sudah menaruh obat di dalamnya. Ia mengira Dewi setelah ini pasti mules. Sugiyono sebentar lagi pulang. Maka Lia pura-pura buru-buru pulang. Sengaja ponselnya ditinggal di kursi sofa.
Ketika sudah sampai di rumah ia menunggu Sugiyono pulang, sambil mencopot seluruh bajunya dan membasahi diri di kamar mandi. Ketika terdengar suara mobil, pasti itu Sugiyono pulang. Lia pasti menyangka setelah ini Sugiyono yang menyerahkan ponselnya. Benarlah. Tak lama-lama kemudian Sugiyono datang dan mengetuk pintu rumahnya.
Lia pura-pura tidak dengar. Ia berada di kamar mandi menghitung ketukan. Ketika ketukan kedua ia kemudian keluar. Saat itu Sugiyono mengintip ke dalam kaca. Sengaja kordennya terbuka sedikit sehingga Sugiyono bisa melihat ke dalam. Lia dengan berbalut handuk kemudian berjalan dan pura-pura terpeleset, sambil menarik kursi agar suaranya meyakinkan. Sugiyono yang melihat itu terkejut. Ia bingung harus bagaimana. Aku yang melihat dari CCTV sangat berdebar-debar. Tak mungkin ia meminta bantuan Dewi. Lha wong Dewi sedang sakit perut. Akhirnya Sugiyono membuka pintu, ia masuk. Sukses!
Lia pura-pura pingsan dengan berbalut handuk. Sugiyono tampak menelan ludah. Barangkali baru kali ini ia melihat bahwa Lia ternyata wanita yang sangat cantik, berwajah oriental dan manis. Ia bingung harus ngapain. Melihat wanita tergeletak di lantai seperti itu, ia tak mungkin membiarkannya. Akhirnya ia membopong Lia dan menaruhnya di sofa. Bau harum tubuh Lia benar-benar menggoda. Lia digoyang-goyang dan dipanggil-panggil. Saat itulah, Sugiyono bingung.
Sugiyono : "Apakah ia harus minta bantuan atau bagaimana?"
Sugiyono : "Barangkali Lia cuma pingsan biasa. Dan alamak itu dadanya lumayan juga."
Pikirnya. Mulus, montok dan ranum. Bau sabunnya benar-benar membuat ia kembali menelan ludah. Dan Sugiyono pun menyentuhkan tangannya ke dada Lia. Ia remas-remas dada itu. Perlahan-lahan ia buka sedikit handuk yang membalut tubuh Lia. Ia ingin mengintip puting cewek PSK itu. Sugiyono tampak menelan ludah lagi. Ia tak mengira puting cewek yang setiap hari berjilbab ini sangat pink.
Ia memajukan wajahnya hendak mencium Lia, saat itulah Lia membuka matanya sambil pura-pura terkejut.
Lia : "Mas Sugi?" ia terkejut.
Lia : "Apa yang mas lakukan?"
Sugiyono, tampak terkejut. Jantungnya hampir copot. Lia melihat dirinya, dadanya terbuka handuknya tidak terbelit lagi.
Buru-buru Sugiyono menutup mulut Lia yang sekali lagi pura-pura akan berteriak.
Sugiyono : "Ssshh....dengar dulu, dengar dulu!" kata Sugiyono untuk tenang.
Sugiyono : "Tadi kamu terpeleset trus pingsan"
Sugiyono : "Aku cuma ingin mengembalikan ponselmu yang tertinggal tadi di rumahku"
Sugiyono : "Maaf ya, aku tak bermaksud ngapa-ngapain kamu. Beneran"
Lia mengangguk. Kemudian Sugiyono melepaskan tangannya dari mulut Lia.
Lia : "Beneran Mas ndak ngapa-ngapain Lia?" tanya Lia.
Sugiyono : "Iya, beneran," jawab Sugiyono.
Lia : "Trus, kalau begitu kenapa handuk Lia terlepas begini?" tanya Lia.
Sugiyono : "Eehh...itu, copot sendiri."
Sugiyono : "Maaf, sebaiknya aku segera pulang. Nanti dicari Dewi," kata Sugiyono.
Sugiyono berdiri dan menuju ke pintu.
Lia : "Maaf Mas, Lia salah sangka," kata Lia sambil menutupi tubuhnya dengan handuk.
Sugiyono : "Iya, tidak apa-apa," kata Sugiyono.
Aku : "BAGOOOOOEEESS!" seruku di kantor melihat peristiwa itu.
Lia luar biasa dalam merayu cowok. Kalau saja Sugiyono bukan lelaki baik-baik, sudah disosor itu si Lia.
Ini tahap kedua. Tahap ketiga bakal lebih lagi pastinya. Dan aku yakin pasti setelah itu Sugiyono bakal minta jatah ke Dewi, atau paling tidak sampai onani sendiri.
Esoknya Lia datang ke kantorku. Ia menyampaikan laporannya dan aku sangat senang.
Aku : "Kalau saja kau bisa mengajaknya tidur saat itu,"
Aku : "Mungkin aku bisa berikan bonusmu sekarang," kataku.
Lia : "Harus pelan-pelan Mr. Boss, dia ini orangnya alim soalnya," kata Lia.
Aku : "Baiklah, tapi ngomong-ngomong."
Aku : "Rencana apalagi yang akan engkau lakukan berikutnya?" tanyaku.
Lia : "Berikutnya ia pasti akan tidur denganku," katanya yakin.
Aku : "Hmm..begitu ya? Baiklah, aku suka sekali dengan gayamu," kataku.
Lia tersenyum.
Aku : "Ayo, ikut aku!" kataku.
Lia : "Ke mana?" tanyanya.
Aku : "Udah, ikut aja!" kataku.
Aku mengajaknya ke ruang pribadiku. Ruangan ini adalah ruangan kecil yang ada di sebelah kantorku. Begitu Lia masuk aku langsung mengunci pintu. Ruangan ini penuh dengan rak-rak buku. Ada sebuah meja dan sebuah kursi. Di dekat jendela, ada sofa empuk. Di sebelah rak ada sebuah tempat tidur lipat.
Begitu aku kunci pintu, segera aku rangkul Lia dari belakang. Ia tampaknya mengerti, segera berbalik. Kami lalu berpanggutan.
Aku : "Sebelum kamu tidur dengan dia,"
Aku : "Paling tidak aku ingin merasakan puting dan memekmu," kataku.
Lia : "Oh...Mr.Boss, aku sudah lama menunggu ini..hmm..hmmmhh," katanya.
Kami berciuman lama, sambil berpelukan dan menggesek-gesek badan kami. Lalu segera kulucuti jilbabnya, gamisnya, ia pun membuka kemejaku celanaku, sehingga dalam hitungan menit kami sudah tanpa busana dan pakaian kami entah kemana.
Aku : "Lia, Ohh...putingmu pink!" kataku.
Lia : "Iya, Mr.Boss, hisep dong, menyusu kayak bayi," katanya merancau.
Aku lalu menghisapnya, kuhisap dan kujilat. Lia mengeluh, Payudaranya yang montok aku remas-remas sekaligus aku hisap-hisap putingnya, paling tidak jangan sampai aku memberikan bekas cupangan sebab besok ia akan menaklukkan Sugiyono. Biar Sugiyono tidak curiga. Aku cukup menciumi dan menjilati tubuhnya. Lehernya aku ciumi, telinganya aku gigit-gigit kecil. Kemudian lidah kami kembali bertemu, kuhisap salivanya. Tangannya udah memegang rudalku. Ia mengocok rudalku. Aku pun menyentuh memeknya yang ternyata tak ada rambut, ia telah mencukur bersih bulunya.
Aku menatapnya sesaat.
Aku : "Setelah tugas ini selesai, maukah kau melakukan satu hal?" tanyaku.
Lia : "Apa itu Mr.Boss?" tanyanya.
Aku : "Jangan menjadi PSK lagi, jadilah wanitaku," kataku.
Lia : "Ohh...Mr.Boss...baiklah, apapun yang kau ingin...aaahhkkk"
Jariku masuk ke liang senggamanya. Aku mengobok-obok vaginanya, Lia memelukku dan kami ambruk di atas sofa.
Berikutnya aku sodorkan penisku ke padanya, ia pun segera mengulum rudalku yang sudah berdiri tegak. Kemudian aku mulai menjilati bagian pribadinya. Kuhisap-hisap dan kusedot hingga Lia menggelinjang. Vaginanya bau harum sabun sirih. Aku hisap dan kujilati hingga benar-benar sangat basah.
Lia : "Mr.Boss...ohh...Lia keluar Mister....aakhhhh, keluar aaahhhhhh,"
Lia menjerit sambil mengangkat pantatnya. Aku melihat cairan keluar dari vaginanya. Nafasnya memburu. Ia memejamkan mata menikmati orgasmenya. Aku lalu memposisikan diriku berada di atasnya. senjataku udah siap.
Matanya sedikit terbuka dan menatapku.
Aku : "Mr.Boss,...pelan-pelan ya, sudah sebulan ini aku tidak main. Punya Mr.Boss besar soalnya. Ahhkk..." katanya.
Aku menggesek-gesek kepala penisku ke klitorisnya. Mulut Lia menganga sambil kepalanya mendongak ke atas. Dan,
Blesss..
Kepala penisku masuk. Seret banget ini. Aku baru masuk setengah, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam sana. Lia membelai dadaku. Berusaha memberikan kenikmatan. Aku maju mundurkan pelan dan sekali lagi aku tekan dan.
Sleeebb...sreett...
Lia : "Mister....aduuuh...mentok, rasanya penuh....aaahhh," rancaunya.
Aku : "Seret banget memekmu, pantas saja bayaranmu mahal," kataku.
Lia : "Oh...mister, penismu besar...aduh...ahhh....ahh...ahhh...hmmm...aaah,
Lia : "Iya mister digoyang gitu. Ahhkk...oh besar banget, aku nyerah mister.
Lia : "Pakai aku sesukamu deh mister, aku rela....ahhkk...Mister...oh...jadi simpananmu pun aku rela"
Lia : "Mister....hhhmmm," Lia mulai merancau.
Aku pun bergerak maju mundur. Seiring dengan itu vaginanya tampak seperti meremas-remas penisku. Ditambah lagi pantatnya seperti memutar-mutar. Aku lalu menarik tubuhnya agar bisa aku pangku. Kini kami berhadapan. Ia duduk di atas pahaku. Kami berpanggutan lalu aku menghisap putingnya. Pantat Lia naik turun ia berusaha mencari kenikmatan. Ia remas-remas rambutku, berkali-kali ia menyebut namaku dan memuji penisku.
Setelah puas posisi duduk, aku kemudian menyuruhnya menungging. Kembali penisku seperti menusuk sesuatu belahan yang sangat sempit. Ia memaju mundurkan pantatnya, aku mengimbanginya dengan bergerak maju mundur.
Plookk! Plook! Plokkk Plokk!
Suara pantatnya beradu dengan pinggangku. Aku membelai punggungnya dan kuusap-usap. Sesekali aku mencari payudaranya dan kuremas-remas dengan gemas.
Aku : "Aaahhh...ohh..Lia, hmmm nikmat banget" kataku.
Lia : "Aaahh...fuck...fuck...enak banget....hmm oh...penismu Mister, gedenya...." rancaunya.
Nampaknya spermaku sudah mau keluar. Aku balikkan badannya, lalu aku tindih dia. Aku peluk. Dada kami menyatu hangat sekali. Keringat kami bercampur, kemudian aku mencium bibirnya. Lidahku menghisap lidahnya, Pantatku maju mundur.
Lia : "Ohh...Mister aku keluar...aahh..Mister jangan keluarin di dalam ya, aku subur...." katanya.
Aku : "Lho, kamu ndak minum pil?" tanyaku.
Lia : "Ndak Mister,....ahhh... ndak pernah. Biasanya juga ....oh...pakai kondom."
Lia : "Ini pertama kali aku..aah..tidak pake kondom....," katanya.
Aku : "Ah persetan, hamil hamil deh," kataku.
Lia : "Ohh..Mr...aku cinta Mister....hamili aku mister....aku nyampe mister....hmmmm" katanya.
Aku : "Lia,...spermaku keluar...banyak kayaknya,....AaaAAHhhhh,"
Aku menembakkan entah berapa kali tembakan. Banyak sekali. Aku habiskan semuanya di dalam rahimnya. Mata Lia tampak memutih, sambil memelukku erat sekali.
Orgasme yang cuma beberapa detik itu rasanya sangat lama. Bahkan setelah spermaku tidak keluar lagi, penisku masih belum mengecil. Lia mulai lemas. Ia melepaskan pelukanku. Aku mencabut penisku. Seketika itu, spermaku sebagian keluar dari lubang senggamanya, menetes di sofa. Lia terkapar, ia membuka pahanya, lengannya ditutupkan ke wajahnya.
Lia : "Mr.Boss, hebat...aku sampe kewalahan," katanya.
Aku lalu berjalan menuju kulkas yang ada di pojok ruangan. Lalu mengambil air putih yang ada di dalam botol gelas. Segera aku buka tutupnya dan meminumnya. Kemudian aku melanjutkan lagi setelah beristirahat beberapa saat sampai kemaluanku rasanya ngilu.
(Bersambung..)
Sumber :
Semprot by arczre
0 komentar:
Posting Komentar