Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Ambar
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Devisi Riset]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Arifin
- Ibu Andi
- 37 Tahun
- Arifin
- Karyawan Perusahaan BUMN Kontruksi [Manajer]
- Suami Ambar
- Ayah Andi
- 40 Tahun
- Andi
- Siswa Kelas 6 SD Swasta
- Anak Arifin dan Ambar
- 12 Tahun
- Siswanto
- Kepala Sekolah [Guru Matematika]
- Yono
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Laboratorium Klinis]
- 40 Tahun
- Heri
- General Manager Farmasi
- Anwar
- Karyawan Perusahaan Farmasi
Chapter 05
Saat di Kantor..
Ambar berangkat pagi pagi ke kantor untuk segera menyelesaikan
pekerjaannya, hari ini dia harus mengumpul data pengujian obat baru. Tanpa membuang waktu lagi dia segera berjalan langsung menuju ruangannya untuk menyiapkan data data yang sudah terkumpul.
Dia harus membuat laporan untuk di presentasikan kepada jajaran manager berdasarkan data pengujian yang dia dapat.
Dia begitu lega karena hasil pengujian obat yang dikembangkan seperti yang diharapkan sehingga bisa segera disertifikasi. Meskipun begitu, masih ada perasaan yang mengganjal dalam dirinya terutama menyangkut legalitas hasil pengujian yang dia lakukan.
Dia hanya bisa berharap pada Pak Yono, kepala laboratorium klinis bisa
menjaga rahasia dibalik pengujian itu sehingga tidak bocor ke orang
lain.
Ambar melihat jam dinding di ruangannya sudah menunjukkan pukul setengah 9, dia harus segera menyiapkan diri untuk meeting.
Ambar : "Mas Anwar bisa bantu saya bawa berkas berkas ini"
Anwar : "Baik Bu"
Ambar mengambil tas berisi laptop dan segera berjalan keluar ruangan untuk menuju ke ruang rapat di lantai 3.
Ambar : "Mas Anwar bisa bantu saya bawa berkas berkas ini"
Anwar : "Baik Bu"
Ambar mengambil tas berisi laptop dan segera berjalan keluar ruangan untuk menuju ke ruang rapat di lantai 3.
Sementara itu dibelakangnya Anwar mengikuti sambil membawa berkas berkas
data, namun mata lelaki itu terus menatap goyangan pinggul Ambar. Bokong Ambar yang begitu semok bergoyang dan berguncang kesana kemari seiring dengan langkah kakinya. Begitu juga dengan betis kaki Ambar yang membunting padi dibawah rok
span yang menempel pas pada pahanya yang tak kalah menggoda.
"Cklek"
Ambar membuka pintu ruang rapat yang masih lenggang karena peserta rapat yang masih belum ada satupun yang datang. Ambar segera menghidupkan lampu ruangan yang belum dinyalakan semua agar keadaan di dalam bisa lebih terang.
Ambar : "Mas Anwar itu ditaru di meja saja"
Anwar : "Disini Bu?"
Ambar : "Iya, terima kasih ya Mas"
Anwar : "Iiya sama sama Bu, ada yang bisa dibantu lagi?"
Ambar : "Iya, terima kasih ya Mas"
Anwar : "Iiya sama sama Bu, ada yang bisa dibantu lagi?"
Ambar : "Ehm sudah ndak ada Mas"
Anwar : "Kalo begitu saya permisi dulu Bu?"
Ambar : "Oiya Mas silakan"
Ambar segera larut dalam kesibukannya menyiapkan bahan bahan meeting karena sebentar lagi jajaran direksi akan segera tiba.
Anwar : "Kalo begitu saya permisi dulu Bu?"
Ambar : "Oiya Mas silakan"
Ambar segera larut dalam kesibukannya menyiapkan bahan bahan meeting karena sebentar lagi jajaran direksi akan segera tiba.
Saat Rapat..
Ambar menejelaskan tiap slide presentasinya dengan sistematis dihadapan jajaran direksi yang duduk dihadapannya. Mereka dengan tenang memfokuskan perhatian mereka pada sosok Ambar yang begitu menggoda insting kelaki lakian mereka.
Mereka begitu tergoda melihat ukuran buah dada Ambar yang terlihat semakin besar dari yang selama ini mereka ketahui. Namun yang tidak mereka sadari bahwa payudara besar itu semakin bertambah besar karena penuh dengan produksi air susu.
Ambar : "Jadi kesimpulannya, pengujian menghasilkan data yang sesuai dengan harapan kita"
Mereka begitu tergoda melihat ukuran buah dada Ambar yang terlihat semakin besar dari yang selama ini mereka ketahui. Namun yang tidak mereka sadari bahwa payudara besar itu semakin bertambah besar karena penuh dengan produksi air susu.
Ambar : "Jadi kesimpulannya, pengujian menghasilkan data yang sesuai dengan harapan kita"
Pak Heri : "Ehm bagus bagus" kata general manager, Pak Heri.
Ambar : "Mungkin ada yang kurang jelas?"
Semua peserta rapat tampak membaca kertas di tangan mereka dan mengangguk anggukan kepala tanda puas dengan penjelasan Ambar.
Pak Heri : "Terus bisa didaftarkan untuk sertifikasi kapan?"
Ambar : "Ehhhmm...segera Pak, saya masih mengisi berkas berkas penunjangnya"
Pak Heri : "Baiklah, mungkin ada yang kamu butuhkan lagi?"
Ambar : "Mungkin hanya persetujuan dari jajaran direksi"
Ambar : "Mungkin ada yang kurang jelas?"
Semua peserta rapat tampak membaca kertas di tangan mereka dan mengangguk anggukan kepala tanda puas dengan penjelasan Ambar.
Pak Heri : "Terus bisa didaftarkan untuk sertifikasi kapan?"
Ambar : "Ehhhmm...segera Pak, saya masih mengisi berkas berkas penunjangnya"
Pak Heri : "Baiklah, mungkin ada yang kamu butuhkan lagi?"
Ambar : "Mungkin hanya persetujuan dari jajaran direksi"
Pak Heri : "Kalo itu gampang, ada lagi?"
Ambar : "Sudah Pak cukup"
Pak Heri : "Bagus, segera saja diselesaikan saya akan mengabari klien kita soal progress kita ini"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Heri : "Kalo begitu rapat hari ini cukup sekian, selamat atas keberhasilan kita, silakan kembali ke pekerjaan masing masing, selamat siang"
Pak Heri berdiri dari kursinya bersama dengan manager yang lain dan berjalan keluar meninggalkan ruangan bersama. Sementara itu Ambar masih tinggal di ruang rapat untuk membereskan peralatannya untuk presentasi tadi.
Ambar : "Sudah Pak cukup"
Pak Heri : "Bagus, segera saja diselesaikan saya akan mengabari klien kita soal progress kita ini"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Heri : "Kalo begitu rapat hari ini cukup sekian, selamat atas keberhasilan kita, silakan kembali ke pekerjaan masing masing, selamat siang"
Pak Heri berdiri dari kursinya bersama dengan manager yang lain dan berjalan keluar meninggalkan ruangan bersama. Sementara itu Ambar masih tinggal di ruang rapat untuk membereskan peralatannya untuk presentasi tadi.
Ambar tersenyum ketika membaca pesan masuk setelah smartphone miliknya yang berbunyi. Dia beitu gembira ketika meninggalkan ruangan rapat dan langsung menuju ke ruangannya.
Saat Pulang..
Ambar sudah bersiap siap pulang meskipun masih siang untuk segera
menjemput Andi dari sekolah juga selain itu suaminya akan pulang hari
ini.
Ambar : "Aku harus segera menjemput Andi"
Ambar memacu mobil sedan miliknya melintasi jalanan terik siang itu menuju SD tempat anaknya sekolah.
Ambar : "Nanti masak apa ya?"
Ambar : "Aku harus segera menjemput Andi"
Ambar memacu mobil sedan miliknya melintasi jalanan terik siang itu menuju SD tempat anaknya sekolah.
Ambar : "Nanti masak apa ya?"
Ambar : "Apa aku bikin rendang aja ya? mumpung bahannya ada lengkap di rumah"
Ambar begitu senang memikirkan kepulangan suaminya sebentar lagi, dia tidak sabar suaminya sampai di rumah. tidak hanya dirinya, pasti Andi, anak semata wayangnya pasti gembira sekali ayahnya sebentar lagi pulang.
Sudah semenjak beberapa waktu yang lalu Andi selalu menanyakan perihal kepulangan Arifin dari proyeknya di kalimantan. Selain itu dia membutuhkan sosok yang bisa melindungi dirinya terutama mengingat masalah yang menimpanya akhir akhir ini. Sebagai seorang wanita dewasa normal kehadiran suami di sampingnya pasti akan membuat dirinya jauh lebih mudah menjalani hidup.
Ambar : "Heemmm...ndak sabar rasanya nunggu Mas Arif pulang"
Sementara itu di tempat lain 2 sosok lelaki tampak sibuk mengamati sebuah layar monitor yang tengah menyala. Mereka sibuk melihat monitor yang sedang menampilkan gambar sebuah ruangan dengan seorang wanita di dalamnya.
"Jadi ini yang mau kamu kasih liat ke saya"
"Iya Pak"
"Jadi ini yang mau kamu kasih liat ke saya"
"Iya Pak"
"Kapan tanggal rekaman ini?"
"Ini rekaman tanggal 14 Pak"
"Ada yang lain?"
"Ada yang lain?"
"Ada Pak selama hampir tiap hari selama 2 minggu"
"Tempatnya juga sama?"
"Sama Pak, dan waktunya juga hampir bersamaan tiap harinya"
"Heeemmm. jadi begitu ya"
"Tempatnya juga sama?"
"Sama Pak, dan waktunya juga hampir bersamaan tiap harinya"
"Heeemmm. jadi begitu ya"
Kedua laki laki itu tidak bisa melepaskan tatapan matanya dari layar monitor selama percakapan tadi. Mereka juga berkali kali membetulkan posisi selangkangan mereka yang menjadi lebih sesak.
Saat Pagi di Rumah..
Kreceeeekkk....crekkkkk.....kcrekkkkkkk
Suara air mengalir dari keran yang mengenai peralatan porselain di bak cuci piring memenuhi dapur rumah ambar minggu pagi itu. tangan Ambar memegang spons kuning yang penuh dengan busa dari sabun yang akan dipakai untuk mencuci piring kotor.
Suara air mengalir dari keran yang mengenai peralatan porselain di bak cuci piring memenuhi dapur rumah ambar minggu pagi itu. tangan Ambar memegang spons kuning yang penuh dengan busa dari sabun yang akan dipakai untuk mencuci piring kotor.
Namun berbeda dengan wajah Ambar yang terlihat memerah dengan tetesan
keringat membasahi kulitnya, pandangannya matanya pun terlihat kosong.
Ambar merasa dia kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri, vaginanya terasa berdenyut denyut kencang sekali. Dia tidak bisa berpikir jernih karena tubuhnya terasa panas dan sensitif, begitu panas seakan tubuhnya sedang terbakar.
Andi : "Bu....Ibu"
Andi datang dari belakang sambil membawa piring kotor di tangannya. Namun Ambar tidak merespon panggilan anaknya itu.
Andi : "Bu....Ibu"
Andi datang dari belakang sambil membawa piring kotor di tangannya. Namun Ambar tidak merespon panggilan anaknya itu.
Andi : "Ibu" panggil Andi lebih keras.
Ambar : "Eh iya Dik" jawab Ambar dengan suara bergetar.
Andi : "Ini piringnya Bu"
Ambar : "Oh...iya Dik"
Andi : "Ibu kok dari tadi ngelamun terus sih"
Ambar : "Eh...itu.."
Andi : "Ibu lagi sakit ya?"
Ambar : "Eh Ibu ndak apa apa kok Dik"
Ambar : "Eh iya Dik" jawab Ambar dengan suara bergetar.
Andi : "Ini piringnya Bu"
Ambar : "Oh...iya Dik"
Andi : "Ibu kok dari tadi ngelamun terus sih"
Ambar : "Eh...itu.."
Andi : "Ibu lagi sakit ya?"
Ambar : "Eh Ibu ndak apa apa kok Dik"
Ambar terpaksa berbohong kepada anaknya sendiri meskipun dia sudah benar benar peduli pada dirinya.
Ambar : "Adik ini perhatian sekali sama Ibu"
Andi : "Ya udah Andi main dulu ya Bu"
Namun tiba tiba vagina Ambar terasa bergetar hebat membuat dirinya tidak bisa menahan posisi tubuhnya berdiri. Piring di tangannya pun terjatuh di bak cucian sehingga menimbulkan suara yang mengagetkan Andi yang baru saja akan pergi.
Ambar : "Adik ini perhatian sekali sama Ibu"
Andi : "Ya udah Andi main dulu ya Bu"
Namun tiba tiba vagina Ambar terasa bergetar hebat membuat dirinya tidak bisa menahan posisi tubuhnya berdiri. Piring di tangannya pun terjatuh di bak cucian sehingga menimbulkan suara yang mengagetkan Andi yang baru saja akan pergi.
Andi : "Bu...Ibu"
Andi yang khawatir dengan Ibunya segera kembali dan mencoba menolong Ibunya yang kini sudah terduduk di atas lantai.
Andi : "Bu...Ibu" Andi begitu cemas melihat keadaan Ibunya.
Ambar : "Eh..Ibu cuma pusing sedikit kok Dik"
Andi : "Eh yang benar Bu?"
Ambar : "Iya, sudah biar Ibu duduk di kursi sebentar"
Andi membantu Ibunya berdiri dan ikut memapah Ibunya duduk di kursi kayu meja makan yang tidak jauh dari situ.
Ambar : "Sudah Adik main saja"
Andi : "Tapi Ibu ndak apa apa kan?"
Andi membantu Ibunya berdiri dan ikut memapah Ibunya duduk di kursi kayu meja makan yang tidak jauh dari situ.
Ambar : "Sudah Adik main saja"
Andi : "Tapi Ibu ndak apa apa kan?"
Ambar : "Iya"
Andi : "Ya sudah Adik keluar dulu ya Bu"
Ambar : "Hati hati ya, jangan jauh jauh mainnya"
Ambar menunggu hingga Andi yang keluar dari pintu hilang dari pandangan matanya, rasanya ada sesuatu yang akan meledak dalam dirinya.
Ambar : "Haaaaaaahhhhhhhhhhh.....aku sudah ndak tahan lagi"
Andi : "Ya sudah Adik keluar dulu ya Bu"
Ambar : "Hati hati ya, jangan jauh jauh mainnya"
Ambar menunggu hingga Andi yang keluar dari pintu hilang dari pandangan matanya, rasanya ada sesuatu yang akan meledak dalam dirinya.
Ambar : "Haaaaaaahhhhhhhhhhh.....aku sudah ndak tahan lagi"
Ambar segera menarik rok coklat yang dia pakai saat itu dan memasukkan tangannya ke balik rok itu.
Ambar : "Ahhhhhhh......vaginaku.....akkkhhhhh......"
Ambar : "Aaaaaaaahhhhhhhhhhhh...akhhhhhh"
Ambar : "Akhhhhhhhhh panas sekali akhhhhhhhh"
Ambar : "Wauhhhhhhhhhh......aku mau keluar akhhhh keluar"
Ambar : "Akh kenapa ndak berhenti berhenti akhhhhh"
Ambar : "Ahhhhhhh......vaginaku.....akkkhhhhh......"
Ambar : "Aaaaaaaahhhhhhhhhhhh...akhhhhhh"
Ambar : "Akhhhhhhhhh panas sekali akhhhhhhhh"
Ambar : "Wauhhhhhhhhhh......aku mau keluar akhhhh keluar"
Ambar : "Akh kenapa ndak berhenti berhenti akhhhhh"
Ambar tiba tiba beranjak dari duduknya dan berdiri di dekat ujung meja makan kayu berwarna coklat itu. Dia mengarahkan vaginanya ke salah satu sudut lancip meja yang ada di dekatnya dan mulai menggesek gesekkannya.
Ambar : "Akhhhhhh kenapa sejak bangun vaginaku seperti ini akhh"
Ambar : "Akhhhhh sendirian seperti ini akhhhaku mau keluar akhhh"
Ambar terus menggesek gesekkan vaginanya yang berwarna merah pada tepian meja itu hingga cairan vaginanya yang begitu banyak membasahinya.
Ambar : "Akkhhhhhhh ennnnak sekali akhhhhhhhh"
Ambar : "Hhhahhh.....meja akhhhhh ennnak sekali"
Ambar : "Akhhhhh sendirian seperti ini akhhhaku mau keluar akhhh"
Ambar terus menggesek gesekkan vaginanya yang berwarna merah pada tepian meja itu hingga cairan vaginanya yang begitu banyak membasahinya.
Ambar : "Akkhhhhhhh ennnnak sekali akhhhhhhhh"
Ambar : "Hhhahhh.....meja akhhhhh ennnak sekali"
Ambar mendongakkan kepala menahan nikmat yang dihasilkan oleh gesekan permukaan meja kayu dengan daging vaginanya itu. Namun setelah sekian lama menggosokkan vaginanya dia merasa hal itu semakin tidak cukup untuk membuatnya orgasme.
Ambar beralih dari meja makan itu dan menuju kulkas yang terletak di seberang meja makan di hadapannya.
Ambar : "Akhhhh kontol aku butuh kontol"
Ambar : "Akhhhhhhhhh... apa akhhhhh"
Ambar membuka kulkas itu dan melihat isinya yang penuh dengan bahan bahan makanan yang sebagian besar belum dimasak. Dia berjongkok di depan kulkas dan membuka kompartemen paling bawah yang berisi berbagai macam sayur sayuran segar.
Ambar : "Akkhhh..kontol akhhhh"
Dia mengambil terong hijau dan segera memasukkannya dalam vaginanya yang sedari tadi berdenyut denyut tidak karuan.
Ambar : "Akhhhhhhhhh... apa akhhhhh"
Ambar membuka kulkas itu dan melihat isinya yang penuh dengan bahan bahan makanan yang sebagian besar belum dimasak. Dia berjongkok di depan kulkas dan membuka kompartemen paling bawah yang berisi berbagai macam sayur sayuran segar.
Ambar : "Akkhhh..kontol akhhhh"
Dia mengambil terong hijau dan segera memasukkannya dalam vaginanya yang sedari tadi berdenyut denyut tidak karuan.
Ambar : "Akkhh...hnnnnnnnhhhh akhhh yahhhhhh enhhhhakkk"
Ambar : "Auhhhhhhhh.....ehhhhhhhhhhmmmm"
Tangan kanan Ambar memegang terong yang ujungnya menghujam keluar masuk dalam lubang vaginanya sendiri itu.
Dia juga mengambil timun yang dia masukkan dalam lubang anusnya yang beberapa saat yang lalu sudah diperawani Pak Siswanto.
Ambar : "Akhhhhhhhh ya akhhhhh dalem akhhh"
Ambar : "Akhhhh ennnnnak skeali akhhhhhhhhhh ennnakkkkkk"
Ambar : "Auhhhhhhhh.....ehhhhhhhhhhmmmm"
Tangan kanan Ambar memegang terong yang ujungnya menghujam keluar masuk dalam lubang vaginanya sendiri itu.
Dia juga mengambil timun yang dia masukkan dalam lubang anusnya yang beberapa saat yang lalu sudah diperawani Pak Siswanto.
Ambar : "Akhhhhhhhh ya akhhhhh dalem akhhh"
Ambar : "Akhhhh ennnnnak skeali akhhhhhhhhhh ennnakkkkkk"
Tidak lupa Ambar mengambil sosis siap makan berukuran besar dan segera mengulum sosis itu dengan mulutnya. Sesekali dia juga menjamah puting payudaranya dari luar baju yang masih
dia pakai dan menarik nariknya untuk menambah kenikmatan yang dia
rasakan.
Dalam kepalanya dia sedang berfantasi tengah mengulum penis Pak Siswanto yang berukuran besar, lebih besar dari milik suaminya.
Ambar : "Hahhhh....kwonttttollllll"
Ambar : "Hahhhh....kwonttttollllll"
Ambar merasakan orgasmenya sudah dekat semakin intens melakukan kocokan pada vagina dan anusnya dengan sayuran itu.
Klitorsnya yang semakin besar hingga seukuran kacang tidak lepas dari jari jarinya yang sedari tadi bergerilya.
Ambar : "Aihhhhhhhhgggg....akhhh"
Ambar : "Aaahhhhhhhhhhhhh....ahiiiiiii...aaahhhhh"
Ambar : "Akkhhhhh ini luar biasa akhhhhhhhhhhh"
Ambar : "Aku mau keluar akhhhhh keluarrrrrrrrrr"
Klitorsnya yang semakin besar hingga seukuran kacang tidak lepas dari jari jarinya yang sedari tadi bergerilya.
Ambar : "Aihhhhhhhhgggg....akhhh"
Ambar : "Aaahhhhhhhhhhhhh....ahiiiiiii...aaahhhhh"
Ambar : "Akkhhhhh ini luar biasa akhhhhhhhhhhh"
Ambar : "Aku mau keluar akhhhhh keluarrrrrrrrrr"
Ambar : "Ahhhh...hyaaaaaaaa.....aaahhhh"
Ambar : "Aku keluar aku keluarrrrrrrrrrrrrrrrrr"
Srettttttt sretttttttt serrrrrrrrrrrr
Saat Sore di Rumah..
Sore itu Ambar tengah menunggu kedatangan suaminya di ruang tenga bersama anak semata wayangnya, Andi.
Suaminya baru sampai hari ini karena kemarin kepulangannya ditunda akibat penerbangan yang dibatalkan karena cuaca buruk. Namun Ambar masih memikirkan tentang penis besar milik Pak Siswanto yang sejak hari itu terus menerus memenuhi pikirannya.
Pak Siswanto : "Akhh aku pengen....kontol"
Andi : "Apa Bu?"
Suaminya baru sampai hari ini karena kemarin kepulangannya ditunda akibat penerbangan yang dibatalkan karena cuaca buruk. Namun Ambar masih memikirkan tentang penis besar milik Pak Siswanto yang sejak hari itu terus menerus memenuhi pikirannya.
Pak Siswanto : "Akhh aku pengen....kontol"
Andi : "Apa Bu?"
Ambar begitu terkejut karena tidak sadar menyebut kata kata kotor itu ketika ada anaknya di dekatnya. Dia tidak menyangka dia menyebut kata kata itu meskipun cukup pelan
namun bisa disengar oleh anaknya yang duduk tidak jauh darinya.
Ambar : "Eh ndak kok Dik, Ibu lagi nginget inget botol kecap dimana ya?"
Andi : "Ohh"
Ambar : "Eh ndak kok Dik, Ibu lagi nginget inget botol kecap dimana ya?"
Andi : "Ohh"
Suasana kembali tenang namun pikiran Ambar masih saja dipenuhi bayangan penis Pak Siswanto yang menghujam dalam vaginanya.
Andi : "Kok bapak lama ya Bu?"
Ambar : "Sabar sebentar lagi pasti sampai"
Andi : "Kok bapak lama ya Bu?"
Ambar : "Sabar sebentar lagi pasti sampai"
Tidak lama kemudian terdengar suara klakson mobil yang diikuti munculnya sebuah taksi berwarna biru di depan rumahnya.
Ambar : "Itu Bapak"
Ambar : "Itu Bapak"
Saat Malam di Rumah..
Semenjak masturbasi yang dilakukannya tadi pagi, birahi Ambar sedikit demi sedikit sudah mulai mereda. Dia bingung kenapa akhir akhir ini dia begitu mudah terangsang oleh hal hal yang begitu sepele.
Tetapi begitu Ambar mengingat kejadian yang telah dialaminya entah kenapa dia kembali merasakan birahinya meningkat. Dia merasakan tidak pernah merasakan cukup dan tidak pernah merasa puas, namun untungnya saat ini suaminya sudah berada di rumah. satu satunya hal yang dia inginkan saat ini adalah ...
Tetapi begitu Ambar mengingat kejadian yang telah dialaminya entah kenapa dia kembali merasakan birahinya meningkat. Dia merasakan tidak pernah merasakan cukup dan tidak pernah merasa puas, namun untungnya saat ini suaminya sudah berada di rumah. satu satunya hal yang dia inginkan saat ini adalah ...
Malam itu setelah dari kamar mandi, Ambar berjalalan masuk ke dalam
kamarnya tempat suaminya tengah beristirahat setelah perjalanan panjang. Bagitu Ambar melangkah masuk dalam kamar dia segera meredupkan lampu yang masih menyala terang dan menutup pintu dibelakangnya.
Ambar membuka kimono yang dia pakai sambil berjalan ke arah kasur, menunjukkan lingerie hitam yang begitu tipis. gerakan Ambar naik ke atas kasur membuat guncangan yang membangunkan suaminya yang sudah mulai ketiduran.
Ambar : "Akhhh sayang"
Ambar : "Akhhhh"
Ambar : "Sudah tidur yang? ayo bangun dulu"
Ambar : "Akhhh sayang"
Ambar : "Akhhhh"
Ambar : "Sudah tidur yang? ayo bangun dulu"
Arifin : "Hmmmmmmm"
Namun suami Ambar nampak tidak begitu tertarik meladeni godaan Ambar karena sudah terlalu mengantuk dan ingin tidur.
Ambar : "Ayo yang"
Arifin : "Akh aku capek yang, besok aja ya"
Ambar naik ke atas kasur dan menduduki perut suaminya yag setengah tertidur dengan tubuh setengah telanjang.
Ambar : "Akh ndak, sudah berbulan bulan kita ndak begini akhh''
Arifin : "Yang sudah ya aku capek"
Ambar : "Tolong lah"
Arifin : "Akh aku capek yang, besok aja ya"
Ambar naik ke atas kasur dan menduduki perut suaminya yag setengah tertidur dengan tubuh setengah telanjang.
Ambar : "Akh ndak, sudah berbulan bulan kita ndak begini akhh''
Arifin : "Yang sudah ya aku capek"
Ambar : "Tolong lah"
Ambar memaksa suaminya untuk melayaninya dan mulai memelorotkan celana kolor yang dipakai suaminya saat itu. Ambar memegang penis milik suaminya yang masih lemas itu dan mulai menjilatinya agar bisa bangun dan tegang.
Arifin : "Akhhhh Yang"
Ambar : "Sudah kamu santai saja...biar aku yang bikin berdiri"
Arifin : "Akhhhh Yang"
Ambar : "Sudah kamu santai saja...biar aku yang bikin berdiri"
Ambar mengulum penis kecil milik suaminya itu sambil sesekali dikocok lembut dengan tangannya yang halus.
Arifin : "Akhhhhhhh...akh"
Arifin : "Akhhhhhhh...akh"
Ambar: Hhhhnnnnn...akh"
Arifin : "Fuaahhhhhhhhh"
Arifin : "Akhhhhh yang"
Ambar : "Mnhhhhhhh"
Arifin : "Akhhggggggggg"
Penis milik suami Ambar sedikit mulai sedikit mulai mengeras dan tegang dalam genggaman tangan Ambar.
Arifin : "Fuaahhhhhhhhh"
Arifin : "Akhhhhh yang"
Ambar : "Mnhhhhhhh"
Arifin : "Akhhggggggggg"
Penis milik suami Ambar sedikit mulai sedikit mulai mengeras dan tegang dalam genggaman tangan Ambar.
Ambar : "Akh sudah mulai keras kan"
Arifin : "Hhhnnnn...eghh?"
Ambar : "Akh gimana yang enak kan? iya kan?"
Arifin : "Akh terus lebih dalem akh"
Ambar : "Mmnnhhhh"
Sementara itu Andi sedang berjalan ke arah kamar mandi karena ingin buang
air kecil ketika dia mendengar suara dari dalam kamar orang tuanya. Dia melihat bayangan dari celah pintu kamar yang tidak tertutup rapat,
memancing keingin tahuannya sebagai seorang yang menginjak remaja. Dia mencoba mengintip dari balik celah pintu melihat apa yang sebenarnya terjadi dalam kamar orang tuanya.
Arifin : "Akh yang aku mau...."
Arifin : "Akh yang aku mau...."
Ambar : "Haaahhh jangan dulu jangan keluar dulu'
Ambar menghentikan kulumannya pada penis suaminya yang kini sudah tegang sempurna dan basah oleh air liurnya.
Ambar : "Kalo mau keluar, kamu harus keluar di dalem akhh"
Arifin : "Akh yang kamu kenap sih akh"
Ambar : "Ndak apa yang, aku cuma pengen akh"
Ambar mulai mengarahkan vaginanya ke atas penis suaminya dan perlahan memasukan nya dalam vaginanya.
Arifin : "Akh ayo masukakahhhh"
Ambar menghentikan kulumannya pada penis suaminya yang kini sudah tegang sempurna dan basah oleh air liurnya.
Ambar : "Kalo mau keluar, kamu harus keluar di dalem akhh"
Arifin : "Akh yang kamu kenap sih akh"
Ambar : "Ndak apa yang, aku cuma pengen akh"
Ambar mulai mengarahkan vaginanya ke atas penis suaminya dan perlahan memasukan nya dalam vaginanya.
Arifin : "Akh ayo masukakahhhh"
Ambar : "akhhhhhh'
Ambar : "Akhhh sshhhh ehhmmm masukkkk akhh'
Selesai penis itu masuk dalam vaginanya ambar segera menggerakkan tubuhnya naik turun diatas suaminya yang tengah berbaring.
Ambar : "Akhhh memekku basah yang akhhhh terusss yang dalem"
Ambar : "Ahhhhhhh...ah...ahhhhhhh"
Ambar : "Yah begitu akh terusssss"
Batang penis itu menghujam keluar masuk bagaikan pistn mesin yang bergerak dinamis seiring gerakan tubuh Ambar.
Ambar : "Akhhh sshhhh ehhmmm masukkkk akhh'
Selesai penis itu masuk dalam vaginanya ambar segera menggerakkan tubuhnya naik turun diatas suaminya yang tengah berbaring.
Ambar : "Akhhh memekku basah yang akhhhh terusss yang dalem"
Ambar : "Ahhhhhhh...ah...ahhhhhhh"
Ambar : "Yah begitu akh terusssss"
Batang penis itu menghujam keluar masuk bagaikan pistn mesin yang bergerak dinamis seiring gerakan tubuh Ambar.
Ambar : "Akhhh nikmatnya akhhh sudah lama sekali akhh"
Ambar : "Ahhh...ahaaaaa"
Ambar : "Enak sekali akhhhhh ngentot enaaakkkkk"
Tubuh Ambar yang bergoyang hebat membuat payudara yang berukuran besar berguncang naik turun tidak karuan.
Ambar yang begitu menikmati persetubuhannya dengan suaminya tidak menyadari bahwa andi sedang mengintip dari luar kamarnya.
Ambar : "Akkhhhhterus....yang dalem akhhhh"
Ambar : "Ahhhhhhaaa"
Ambar : "Akhhhhh...hahhh"
Ambar : "Ahhh...ahaaaaa"
Ambar : "Enak sekali akhhhhh ngentot enaaakkkkk"
Tubuh Ambar yang bergoyang hebat membuat payudara yang berukuran besar berguncang naik turun tidak karuan.
Ambar yang begitu menikmati persetubuhannya dengan suaminya tidak menyadari bahwa andi sedang mengintip dari luar kamarnya.
Ambar : "Akkhhhhterus....yang dalem akhhhh"
Ambar : "Ahhhhhhaaa"
Ambar : "Akhhhhh...hahhh"
Andi yang mengintip persetubuhan orang tuanya tersebut mulai memburu nafasnya dan tanpa ia sadari penisnya mulai berdiri.
Arifin : "Akhh yang aku mau...."
Ambar : "Akh jangan dulu akhhssshhhhhh"
Ambar : "Ahhhaaaaaaaa"
Ambar : "Ahhhhhhhhhhhhhhhhh"
Arifin : "Aku keluar yang akhhhhhhh aku keluar"
Arifin : "Akhh yang aku mau...."
Ambar : "Akh jangan dulu akhhssshhhhhh"
Ambar : "Ahhhaaaaaaaa"
Ambar : "Ahhhhhhhhhhhhhhhhh"
Arifin : "Aku keluar yang akhhhhhhh aku keluar"
Ambar : "Hnnnn...ahhh"
Namun Ambar yang belum orgasme merasa tidak bisa berhenti dan mengajak suminya melanjutkan kembali.
Ambar : "Akhhhhh pejuhmu banyak ayo lagi yang"
Arifin : "Aku capek besok lagi ya"
Suami Ambar menarik selimut dan berbalik memunggungi Ambar yang masih tinggi birahinya.
Arifin : "Ayo tidur saja"
Arifin : "Aku capek besok lagi ya"
Suami Ambar menarik selimut dan berbalik memunggungi Ambar yang masih tinggi birahinya.
Arifin : "Ayo tidur saja"
Ambar : "Yang...ayo sekali lagi"
Ambar memohon mohon pada suaminya agar mereka bersetubuh sekali lagi namun suaminya terlalu capek dan tidak menanggapinya.
Ambar memohon mohon pada suaminya agar mereka bersetubuh sekali lagi namun suaminya terlalu capek dan tidak menanggapinya.
Ambar : "Yang jika ndak mau, nanti aku....aku"
(Bersambung..)
Sumber:
Semprot by haryhidayat9
0 komentar:
Posting Komentar