![]() |
Ilustrasi Ambar |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Ambar
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Devisi Riset]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Arifin
- Ibu Andi
- 37 Tahun
- Arifin
- Karyawan Perusahaan BUMN Kontruksi [Manajer]
- Suami Ambar
- Ayah Andi
- 40 Tahun
- Andi
- Siswa Kelas 6 SD Swasta
- Anak Arifin dan Ambar
- 12 Tahun
- Siswanto
- Kepala Sekolah [Guru Matematika]
- Heri
- General Manager Farmasi
- Preman
Chapter 06
Seminggu sudah Ambar berhenti meminum obat untuk melancarkan asi karena data yag dia perlukan sudah terpenuhi. Namun efek obat itu tidak hilang, payudaranya terus menerus menghasilkan asi dan membuatnya harus rutin memerasnya.
Awalnya dia berpikir tidak lama lagi produksi susunya akan berkurang dan dia tidak harus memeras susu dari payudaranya lagi. Namun perkiraan Ambar salah, payudaranya terus menghasikan susu dengan jumlah konstan dari hari ke hari.
Awalnya dia berpikir tidak lama lagi produksi susunya akan berkurang dan dia tidak harus memeras susu dari payudaranya lagi. Namun perkiraan Ambar salah, payudaranya terus menghasikan susu dengan jumlah konstan dari hari ke hari.
Dia terpaksa memeras susu dari payudaranya dimana saja saat payudaranya mulai terasa sakit.
Jika di rumah dia bisa dengan mudah memerah air susunya tanpa takut
terlihat orang lain namun saat di kantor dia tidak bisa setiap saat
memeras. Tentu saja dia tidak ingin ada rekan kerjanya yang melihat dia memeras
susu dan mencurigainya atas pengujian obat yang dia lakukan sendiri.
Saat Sore di Rumah..
Sore itu ambar dalam perjalanan pulang sambil terburu buru, ingin sekali rasanya dia segera sampai di rumah. Rasa nyeri di payudaranya begitu terasa menandakan susu di dalamnya sudah penuh dan harus segera diperas. Pompa elektrik yang dia bawa dari kantor menjadi teman setianya untuk memeras air susu dari payudaranya yang begitu besar. Rasanya payudara Ambar begitu panas dan sensitif sehingga sedikit gesekan saja bisa membuat air susunya memancar keluar. Begitu juga dengan vagina Ambar yang kini selalu basah karena sensitivitas payudaranya yang sedang menghasilkan susu.
Begitu sampai di rumah ambar segera memarkirkan mobilnya di garasi dan masuk ke dalam rumahnya. Ternyata Andi sedang menonton tv sedangkan suaminya tidak ada di rumah, mungkin sedang keluar pikirnya acuh.
Andi : "Sudah pulang Bu"
Ambar : "Udah Dik"
Ambar segera berlalu masuk ke dalam kamar tanpa menanggapi lagi sambutan Andi yang sebenarnya sudah menunggunya dari tadi.
Ambar mulai melucuti pakaiannya dan mengambil pompa susu yang dia letakkan di lemari kecil di bawah meja riasnya. Ketika mencoba menghidupkan pompa itu dan menempelkannya ke buah dadanya, Ambar merasa ada yang tidak beres dengan pompa itu. Dia tidak merasakan sedotan pada kedua payudaranya meskipun mesin penghisapnya sudah berbunyi tanda menyala.
Ambar mulai melucuti pakaiannya dan mengambil pompa susu yang dia letakkan di lemari kecil di bawah meja riasnya. Ketika mencoba menghidupkan pompa itu dan menempelkannya ke buah dadanya, Ambar merasa ada yang tidak beres dengan pompa itu. Dia tidak merasakan sedotan pada kedua payudaranya meskipun mesin penghisapnya sudah berbunyi tanda menyala.
Da mengecek sambungan selang dan lainnya namun tidak menemukan asal masalah yang membuat pompa itu tidak bekerja. Karena sudah tidak tahan lagi, Ambar memutuskan untuk memeras susunya secar manual dengan kedua tangannya sendiri.
Awalnya memeras sendiri cukup membantu, namun susu yang diperas hanya sedikit sedikit sementara tanganya mulai pegal karena memeras terus menerus. Ambar hampir putus asa dan ingin rasanya menangis karena rasa nyeri di payudaranya yang tidak tertahan lagi hingga akhirnya.
Awalnya memeras sendiri cukup membantu, namun susu yang diperas hanya sedikit sedikit sementara tanganya mulai pegal karena memeras terus menerus. Ambar hampir putus asa dan ingin rasanya menangis karena rasa nyeri di payudaranya yang tidak tertahan lagi hingga akhirnya.
Ambar : "Andi"
Ambar : "Ya Andi"
Ambar tiba tiba mendapat ide untuk meminta bantuan Andi untuk memers susunya yang semakin memenuhi buah dadanya. Namun dia sedikit ragu karena Andi kini sudah menginjak remaja, Ambar malu jika harus menunjukkan payudaranya pada Andi. Belum lagi apakah Andi mau untuk melakukan hal ini mengingat sudah lama dia tidak melakukannya sejak dia kecil.
Namun rasa sakit membuat Ambar tidak berpikir lebih jauh lagi toh Andi anaknya sendiri setidaknya dia mencoba bicara dulu. Soal Andi mau atau tidak itu urusan nanti pikirnya sembari keluar dari dalam kamarnya menghampiri anaknya.
Ambar : "Dik:"
Andi : "Iya Bu"
Ambar duduk di dekat anaknya yang tidak mengalihkan pandangannya dari layat tv yang sedang menampilkan siaran sepak bola lokal.
Ambar : "Dik"
Ambar : "Dik:"
Andi : "Iya Bu"
Ambar duduk di dekat anaknya yang tidak mengalihkan pandangannya dari layat tv yang sedang menampilkan siaran sepak bola lokal.
Ambar : "Dik"
Andi : "Iya Bu?' Andi baru menoleh
Ambar : "Ibu mau minta bantuan sama Adik"
Andi : "Bantuan apa Bu? Andi sudah laper nih"
Ambar : "Eh iya lapar...ehmmm ini"
Ambar mulai ragu ragu lagi untuk meminta bantuan Andi untuk membantu memeras air susu dari payudaranya.
Ambar : "Ibu mau minta bantuan sama Adik"
Andi : "Bantuan apa Bu? Andi sudah laper nih"
Ambar : "Eh iya lapar...ehmmm ini"
Ambar mulai ragu ragu lagi untuk meminta bantuan Andi untuk membantu memeras air susu dari payudaranya.
Ambar : "Ehmmm Adik mau ndak bantuin Ibu meres susu?"
DEGGG
Andi begitu terkejut mendengar kata kata Ibunya dan menoleh tidak percaya pada Ibunya yang duduk di sampingnya.
Andi : "Eh meres susu?"
DEGGG
Andi begitu terkejut mendengar kata kata Ibunya dan menoleh tidak percaya pada Ibunya yang duduk di sampingnya.
Andi : "Eh meres susu?"
Ambar : "Iya...kalo ndak mau ndak apa apa"
Baru saja Ambar akan beranjak pergi dengan perasaan malu ketika tiba tiba Andi memanggilnya lagi.
Andi : "Eh Ibu"
Ambar : "Iya Dik"
Baru saja Ambar akan beranjak pergi dengan perasaan malu ketika tiba tiba Andi memanggilnya lagi.
Andi : "Eh Ibu"
Ambar : "Iya Dik"
Andi : "Andi mau"
Andi pun menjawab meskipun dengan wajah yang juga mulai memerah, mendengar hal itu Ambar merasa senag sekali.
Ambar : "Yang bener Dik?"
Andi : "Ya Bu"
Ambar : "Enaknya dimana ya Dik?"
Andi : "Yaudah disini saja Bu"
Ambar : "Disini?"
Andi pun menjawab meskipun dengan wajah yang juga mulai memerah, mendengar hal itu Ambar merasa senag sekali.
Ambar : "Yang bener Dik?"
Andi : "Ya Bu"
Ambar : "Enaknya dimana ya Dik?"
Andi : "Yaudah disini saja Bu"
Ambar : "Disini?"
Ambar kemabli duduk di samping Andi sementara itu tangannya mulai
melucuti kembali pakaiannya yang tadi sudah di kancingkan lagi.
Sementara itu Andi dengan jantung berdegup kencang menunggu satu persatu kancing yang menghalangi pandangannya dari payduara Ibunya lepas. entah kenapa dia begitu senang ketika diminta untuk memeras susu langsung dari payudara Ibunya sendiri.
Ketika Ambar selesai melepas pakaiannya maka terpampanglah buah dada besar yang dulu dia pakai menyusui Andi yang sekarang sudah besar.
Sementara itu Andi dengan jantung berdegup kencang menunggu satu persatu kancing yang menghalangi pandangannya dari payduara Ibunya lepas. entah kenapa dia begitu senang ketika diminta untuk memeras susu langsung dari payudara Ibunya sendiri.
Ketika Ambar selesai melepas pakaiannya maka terpampanglah buah dada besar yang dulu dia pakai menyusui Andi yang sekarang sudah besar.
Ambar : "Eh iya Dik tadi kan katanya lapar kenapa ndak netek aja sekalian?"
Ambar sudah semakin berani dengan permintaannya namun hal itu justru ditanggapi antusias oleh Andi.
Andi : "Yang bener Bu?"
Ambar : "Iya Dik"
Ambar sudah semakin berani dengan permintaannya namun hal itu justru ditanggapi antusias oleh Andi.
Andi : "Yang bener Bu?"
Ambar : "Iya Dik"
Andi mendekatkan kepalanya ke arah payudara Ibunya, dia membuka mulutnya siap mencaplok puting Ibunya yang sudah tegang sempurna.
Andi : "Ehhmmm.....crepppp crepppp creppp"
Ambar : "Shhh...eghhh"
Ambar : "Shhh...eghhh"
Ambar mendesah keenakan karena rasa nikmat sekaligus lega saat susunya dihisap Andi dengan kuat. Hisapan mulut Andi ditambah sedikit senggolan lidah dan giginya entah kenapa menghasilkan senasi kenikmatan yang berbeda.
Ambar berusaha menjaga kesadarannya dan mencoba tdak terlalu menikmatinya karena ini adalah anaknya sendiri. Dia merasa bukan hal yang bijak dan benar jika dia terlalu menikmati Andi yang sedang menyusu pada payudaranya. Namun sebagai wanita normal hal ini tidak bisa dihindari, vaginanya
terasa semakin basah seiring dengan sedotan Andi menghisap susu.
Ambar : "Egghhhmmmmm.....aghhhhhhhhhh"
Sementara itu Andi mulai nakal dan memainkan puting ibunya yang lain dengan jari jarinya. Meskipun awalnya tidak setuju namun Ambar hanya mendiamkan dan membiarkan Andi bermain dengan payudaranya.
Hampir setengah jam Andi menyusu bergantian pada payudara Ambar, kini susu dalam payudara sudah kosong dan dia tidak merasa kesakitan lagi.
Hampir setengah jam Andi menyusu bergantian pada payudara Ambar, kini susu dalam payudara sudah kosong dan dia tidak merasa kesakitan lagi.
Ambar : "Sudah ya Dik"
Andi melepas puting Ibunya dari mulutnya, sementara Ambar mulai mengancingkan kembali bajunya.
Ambar : "Dik jangan bilang siapa siapa ya?"
Andi : "Iya Bu, Adik ndak akan bilang ke siapa siapa"
Ambar : "Tapi lain kali Adik mau kan bantuin ibu lagi?"
Andi : "Iya dong Bu hehehe"
Andi melepas puting Ibunya dari mulutnya, sementara Ambar mulai mengancingkan kembali bajunya.
Ambar : "Dik jangan bilang siapa siapa ya?"
Andi : "Iya Bu, Adik ndak akan bilang ke siapa siapa"
Ambar : "Tapi lain kali Adik mau kan bantuin ibu lagi?"
Andi : "Iya dong Bu hehehe"
Saat Pagi di Kantor..
Pagi itu Ambar tengah menikmati secangkir teh hangat di ruang kerjanya sambil mengecek laporan laporan yang masuk padanya.
Ambar merasa hidupnya begitu tenang dan indah saat ini, setelah semua tanggung jawab pekerjaannya sudah ia selesaikan. Semuanya menjadi lebih sempurna karena suami yang dicintainya kini sedang berada di rumah untuk waktu yang cukup lama. Meskipun begitu masih ada hal yang membuat dirirnya selalu gelisah, hal itu tidak lain adalah kehidupan ranjangnya bersama sang suami.
Ambar merasa hidupnya begitu tenang dan indah saat ini, setelah semua tanggung jawab pekerjaannya sudah ia selesaikan. Semuanya menjadi lebih sempurna karena suami yang dicintainya kini sedang berada di rumah untuk waktu yang cukup lama. Meskipun begitu masih ada hal yang membuat dirirnya selalu gelisah, hal itu tidak lain adalah kehidupan ranjangnya bersama sang suami.
Setelah kepulangan sang suami, harapannya untuk dapat memuaskan nafsu seksnya yang menggebu ternyata jauh dari kenyataan. Selain frekuensi berhubungan intim yang bisa dikatakan jarang, ditambah
lagi keadaan suaminya yang tidak bisa mengimbangi dirinya.
Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa Ambar sudah dua kali merasakan penis lain yang sama sekali bukan milik suaminya. Pertama pada sore yang kelam itu ketika dia diperkosa Preman dibalik sebuah bangunan tua dan kedua oleh guru anaknya sendiri yang melecehkannya.
Hal ini diperparah oleh kenyataan bahwa Ambar sudah dua kali merasakan penis lain yang sama sekali bukan milik suaminya. Pertama pada sore yang kelam itu ketika dia diperkosa Preman dibalik sebuah bangunan tua dan kedua oleh guru anaknya sendiri yang melecehkannya.
Penis kedua lelaki itu bahkan tidak bisa dibandingkan dengan milik suaminya, baik dari segi ukuran dimensi panjang dan diameter. Namun juga kenyataan bahwa kedua penis itu mampu memuaskan nafsu birahinya dengan memeberikan berkali kali orgasme hebat.
Memikirkan hal itu membuat vagina Ambar kembali basah, tidak terasa jari jarinya mulai mengelus elus bibir vagina dari balik celana dalamnya. Ketika sedang asyik bermain dengan dirinya sendiri, Ambar dikejutkan dengan suara ketukan pintu ruangan kerjanya.
TOK TOK TOK
Memikirkan hal itu membuat vagina Ambar kembali basah, tidak terasa jari jarinya mulai mengelus elus bibir vagina dari balik celana dalamnya. Ketika sedang asyik bermain dengan dirinya sendiri, Ambar dikejutkan dengan suara ketukan pintu ruangan kerjanya.
TOK TOK TOK
Ambar langsung buru buru menarik tangannya dari balik rok hitam yang dipakainya dan segera memperbaiki posisi duduknya.
Ambar : "Ya, Masuk"
"Permisi Bu" muncul sosok wanita yang tidak asing baginya
Ambar : "Iya, ada apa Mbak?'
'Ibu diminta ke ruangan Pak general manager sekarang juga di ruangannya"
Ambar : "Oh...ada apa ya Mbak?"
Ambar : "Ya, Masuk"
"Permisi Bu" muncul sosok wanita yang tidak asing baginya
Ambar : "Iya, ada apa Mbak?'
'Ibu diminta ke ruangan Pak general manager sekarang juga di ruangannya"
Ambar : "Oh...ada apa ya Mbak?"
"Kurang tahu Bu, tapi Ibu diminta menemui Beliau sekarang juga"
Ambar : "Ya sudah saya akan menemui Beliau"
"saya permisi dulu Bu"
Ambar : "Iya, silakan'
Sekretsaris pribadi Pak Heri meninggalkan Ambar dengan penuh pertanyaan karena dipanggil untuk menemuinya mendadak seperti ini. Ambar hanya berharap tidak ada masalah yang terjadi sehingga tidak ada yang perlu dia khawatirkan untuk saat ini.
Ambar : "Ya sudah saya akan menemui Beliau"
"saya permisi dulu Bu"
Ambar : "Iya, silakan'
Sekretsaris pribadi Pak Heri meninggalkan Ambar dengan penuh pertanyaan karena dipanggil untuk menemuinya mendadak seperti ini. Ambar hanya berharap tidak ada masalah yang terjadi sehingga tidak ada yang perlu dia khawatirkan untuk saat ini.
Saat di Ruangan General Maneger..
TOK TOK TOK
Sekretaris Pak Heri mengetuk pintu masuk ruangan Pak Heri yang segera dijawab oleh Pak Heri dari dalam.
"Pak, Bu Ambar sudah di sini"
Pak Heri : "Oiya, suruh masuk, dan nanti jangan di ganggu dulu"
"Baik Pak"
Sekretaris Pak Heri mengetuk pintu masuk ruangan Pak Heri yang segera dijawab oleh Pak Heri dari dalam.
"Pak, Bu Ambar sudah di sini"
Pak Heri : "Oiya, suruh masuk, dan nanti jangan di ganggu dulu"
"Baik Pak"
Ambar dipersilakan masuk ke dalam ruangan dan sekretaris Pak Heri segera meninggalkannya berdua dalam ruangan Pak Heri.
Pak Heri : "Silakan duduk"
Pak Heri : "Silakan duduk"
Ambar : "Terima kasih Pak'
Ambar pun mengambil kursi lalu duduk dihadapan Pak Heri yang tampak serius, hal itu membuatnya semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Pak Heri : "Kamu tahu kenapa kamu saya penggil kesini?"
Ambar : "Uhmm...tidak Pak"
Pak Heri : "Benar kamu tidak tahu"
Ambar : "Benar Pak'
PLAAAAKK
Pak Heri membanting map yang Ambar kenali sebagai laporan hasil pengujian obat yang telah dia lakukan.
Pak Heri : "Saya sudah tahu semuanya"
Ambar : "Apa maksud Bapak, saya tidak mengerti"
Pak Heri : "Soal pengujian obat baru kita, kamu sendiri kan yang mengujinya?'"
Pak Heri : "Saya sudah tahu semuanya"
Ambar : "Apa maksud Bapak, saya tidak mengerti"
Pak Heri : "Soal pengujian obat baru kita, kamu sendiri kan yang mengujinya?'"
Menyadari rahasianya terbongkar Ambar terkejut bukan main, dia tidak menyangka usahanya sejauh ini bisa terbongkar.
Ambar : "Maafkan saya Pak maaf"
Pak Heri : "Maaf kamu bilang hah"
Ambar : "Saya tidak tahu dengan apa yang harus saya lakukan waktu itu"
Ambar : "Maafkan saya Pak maaf"
Pak Heri : "Maaf kamu bilang hah"
Ambar : "Saya tidak tahu dengan apa yang harus saya lakukan waktu itu"
Pak Heri : "Kamu tahu konsekuensi dari perbuatanmu ini?"
Ambar : "....iya Pak maafkan saya"
Pak Heri : "Jika ketahuan klien dan badan sertifikasi obat bisa bisa kita harus mengulang dari awal dan itu berarti biaya yang sangat besar"
'...'
Pak Heri : "Blum lagi penalti yang harus kita bayar, dan anda Bu Ambar, bisa bisa anda di pidanakan karena kecerobohan anda ini'
Ambar : "Tolong Pak ...saya terpaksa melakukannya saat itu"
Ambar : "....iya Pak maafkan saya"
Pak Heri : "Jika ketahuan klien dan badan sertifikasi obat bisa bisa kita harus mengulang dari awal dan itu berarti biaya yang sangat besar"
'...'
Pak Heri : "Blum lagi penalti yang harus kita bayar, dan anda Bu Ambar, bisa bisa anda di pidanakan karena kecerobohan anda ini'
Ambar : "Tolong Pak ...saya terpaksa melakukannya saat itu"
Pak Heri : "Untungnya hal ini baru saya saja yang tahu"
Pak Heri beranjak dari duduknya di kursi putar berukuran besar itu dan mulai berjalan menggelilingi ruangan.
Pak Heri : "Saya bisa saja membantumu dengan merahasiakan semua ini"
Ambar : "Terima kasih Pak terima kasih"
Pak Heri : "Eits tapi ada syaratnya.....hehe"
Ambar : "Apapun itu Pak"
Pak Heri tersenyum mendengar jawaban Ambar dan diam diam tangannya memeluk Ambar dari belakang sambil berkata...
Pak Heri : "Asalkan kamu mau melayani saya"
Pak Heri : "Asalkan kamu mau melayani saya"
Pak Heri mulai meremas remas buah dada Ambar yang sedikit memberontak
melepaskan diri dari luar pakaian yang masih menutupi tubuhnya.
Ambar : "Akhhhh...Pakkkk"
Pak Heri : "Bagaimana kamu setuju?"
Ambar masih kalut dengan terbongkarnya rahasia yang dia simpan selama ini dan mencoba memikirkan jalan keluar. Namun semua jalan terasa tertutup, untungnya Pak Heri bersedia menutupinya meskipun dia harus menyerahkan tubuhnya sebagai imbalan.
Ambar awalnya berpikir dia harus menolaknya namun setelah dia pikir pikir hal ini lebih baik daripada harus berhadapan dengan hukum. Terlebih lagi bukan pertama kali bagi dirinya berhubungan seks dengan lelaki yang bukan suaminya.
Ambar : "Akhhhh...Pakkkk"
Pak Heri : "Bagaimana kamu setuju?"
Ambar masih kalut dengan terbongkarnya rahasia yang dia simpan selama ini dan mencoba memikirkan jalan keluar. Namun semua jalan terasa tertutup, untungnya Pak Heri bersedia menutupinya meskipun dia harus menyerahkan tubuhnya sebagai imbalan.
Ambar awalnya berpikir dia harus menolaknya namun setelah dia pikir pikir hal ini lebih baik daripada harus berhadapan dengan hukum. Terlebih lagi bukan pertama kali bagi dirinya berhubungan seks dengan lelaki yang bukan suaminya.
Ambar : "'Baik Pak"
Pak Heri : "Hhahahaha bagus bagus....sekarang saya mau lihat hasil kerja obat itu"
Ambar : "Maksud Bapak?"
Pak Heri : "Sekarang cepat buka pakaianmu"
Ambar mulai melepas kancing baju blouse berwarna putih yang dia pakai satu persatu di hadapan Pak Heri, bosnya sendiri. Sedangkan Pak Heri hanya terus tersenyum penuh kemenangan dan berkali kali menelan ludah karena pemandangan di depannya. Setelah kancing baju terlepas semua, terlihatlah belahan payudara Ambar yang terlihat akan meloncat keluar dari bh yang dia pakai.
Pak Heri : "Sudah apanya, yo dilepas semua, itu bh nya juga"
Ambar melanjutkan melepas lengan blouse dari kedua tangannya sehingga tubuh atasnya hanya tertutupi oleh bh kekecilan itu. Lalu tangan Ambar ke belakang punggungnya dan meraih kaitan bh lalu melepaskannya tanpa kesulitan yang berarti.
Perlahan bh Ambar mulai melorot dan menampakkan buah dadanya secara utuh membuat penis Pak Heri mulai menegang dari balik celananya.
Pak Heri : "Wah ternyata susu Ibu itu lebih besar dari kelihatannya di luar hahaha"
Pak Heri berjalan mendekat ke arah Ambar dan menundukkan kepala di depan payudara Ambar sambil memperhatikan bulatan daging itu dengan seksama.
Pak Heri : "Ini susunya sampai netes netes begini, saya boleh ngicipin ya?'
Ambar : "Bo....boleh Pak"
Pak Heri segera menyosorkan mulutnya lalu mengulum puting Ambar yang begitu besar untuk menyusu pada payudara Ambar.
Pak Heri : "Crepppppp....creppppp.....creppppp"
Ambar : "Akhhhhh....ehhhhhmmmmmmm....sshhhh'
Pak Heri : "Sreeeppppp....manis sekali susu dari tetek mu Bu sreppppp"
Ambar : "Akhhhhh.....nnnggghhhhhh.....ughhhhhhh"
Tangan Pak Heri masuk ke balik rok Ambar dan menyelinap ke dalam celana dalam yang dipakai Ambar. Dia menggesek gesek bibir vagina Ambar dengan jari jarinya yang kasar sambil sesekali menyentil nyentil klitorisnya.
Ambar : "Akhhhhh........Pak...shhhhh"
Jari jari tangan Pak Heri mulai masuk ke dalam vagina Ambar dan mulai mengocoknya dengan perlahan lahan.
Pak Heri : "Wah ternyata sudah basah begini"
Ambar : "Akh Pak ssssssssshhhhhhhh"
Pak Heri : "Weheheh bisa bisa lantai ruangan ku basah gara gara kamu ini"
Ambar : "Akhhhh engghhh Pak ssshhhh"
Pak Heri semakin mempercepat kocokan tangannya pada vagina Ambar membuatnya menggelinjang menahan nikmat.
Ambar : "Ahhhhhhh...ahhhhhhhh"
Pak Heri : "Memek mu benar benar sudah panas sekali padahal baru segini"
Ambar : "Aahhhhaaaaa......hyaaaaaa"
Pak Heri menggigit gigit kedua puting Ambar secara bergantian membuat Ambar berteriak kesakitan sekaligus nikmat.
Ambar : "Ahhhhh...hahhhh...mgghhhhhh"
Pak Heri : "Anda pasti sudah terangsang berat haha lihat tangan saya sampai basah kuyup begini"
Ambar : "Hyaaaaaaa....akhhhhhhh..ah....ah"
Pak Heri : "'Siap siap Bu saya akan memberikan yang lebih nikmat lagi"
Pak Heri membuka rits celananya dan membebaskan penisnya yang sudah benar benar keras dari balik celana dalamnya. Penis Pak Heri yang mengacung tegak di dekatkan pada wajah Ambar lalu di gesek gesekkan pada pipi Ambar yang putih mulus.
Pak Heri : "Lihat ini kontolku sudah ngaceng seperti ini"
Ambar : "Ahhhhhhh....shhhh"
Pak Heri : "Ayo kamu pengen ini kan"
Ambar : "Akhhhhh..iii....iya"
Pak Heri mendekatkan penisnya ke mulut Ambar dan Ambar pun menyambutnya dengan menjulurkan lidah menjilati kepala penis Pak Heri.
Ambar : "Hyahhhh...mmmnnnnnnng"
Pak Heri : "Akhhhhhhhhhh......tapi ini belum saatnya"
Pak Heri menarik penisnya kembali lalu mencengkeram kedua buah dada Ambar lalu melesakkan penisnya di belahan payudaranya.
Pak Heri : "Hhahahaha bagus bagus....sekarang saya mau lihat hasil kerja obat itu"
Ambar : "Maksud Bapak?"
Pak Heri : "Sekarang cepat buka pakaianmu"
Ambar mulai melepas kancing baju blouse berwarna putih yang dia pakai satu persatu di hadapan Pak Heri, bosnya sendiri. Sedangkan Pak Heri hanya terus tersenyum penuh kemenangan dan berkali kali menelan ludah karena pemandangan di depannya. Setelah kancing baju terlepas semua, terlihatlah belahan payudara Ambar yang terlihat akan meloncat keluar dari bh yang dia pakai.
Pak Heri : "Sudah apanya, yo dilepas semua, itu bh nya juga"
Ambar melanjutkan melepas lengan blouse dari kedua tangannya sehingga tubuh atasnya hanya tertutupi oleh bh kekecilan itu. Lalu tangan Ambar ke belakang punggungnya dan meraih kaitan bh lalu melepaskannya tanpa kesulitan yang berarti.
Perlahan bh Ambar mulai melorot dan menampakkan buah dadanya secara utuh membuat penis Pak Heri mulai menegang dari balik celananya.
Pak Heri : "Wah ternyata susu Ibu itu lebih besar dari kelihatannya di luar hahaha"
Pak Heri berjalan mendekat ke arah Ambar dan menundukkan kepala di depan payudara Ambar sambil memperhatikan bulatan daging itu dengan seksama.
Pak Heri : "Ini susunya sampai netes netes begini, saya boleh ngicipin ya?'
Ambar : "Bo....boleh Pak"
Pak Heri segera menyosorkan mulutnya lalu mengulum puting Ambar yang begitu besar untuk menyusu pada payudara Ambar.
Pak Heri : "Crepppppp....creppppp.....creppppp"
Ambar : "Akhhhhh....ehhhhhmmmmmmm....sshhhh'
Pak Heri : "Sreeeppppp....manis sekali susu dari tetek mu Bu sreppppp"
Ambar : "Akhhhhh.....nnnggghhhhhh.....ughhhhhhh"
Tangan Pak Heri masuk ke balik rok Ambar dan menyelinap ke dalam celana dalam yang dipakai Ambar. Dia menggesek gesek bibir vagina Ambar dengan jari jarinya yang kasar sambil sesekali menyentil nyentil klitorisnya.
Ambar : "Akhhhhh........Pak...shhhhh"
Jari jari tangan Pak Heri mulai masuk ke dalam vagina Ambar dan mulai mengocoknya dengan perlahan lahan.
Pak Heri : "Wah ternyata sudah basah begini"
Ambar : "Akh Pak ssssssssshhhhhhhh"
Pak Heri : "Weheheh bisa bisa lantai ruangan ku basah gara gara kamu ini"
Ambar : "Akhhhh engghhh Pak ssshhhh"
Pak Heri semakin mempercepat kocokan tangannya pada vagina Ambar membuatnya menggelinjang menahan nikmat.
Ambar : "Ahhhhhhh...ahhhhhhhh"
Pak Heri : "Memek mu benar benar sudah panas sekali padahal baru segini"
Ambar : "Aahhhhaaaaa......hyaaaaaa"
Pak Heri menggigit gigit kedua puting Ambar secara bergantian membuat Ambar berteriak kesakitan sekaligus nikmat.
Ambar : "Ahhhhh...hahhhh...mgghhhhhh"
Pak Heri : "Anda pasti sudah terangsang berat haha lihat tangan saya sampai basah kuyup begini"
Ambar : "Hyaaaaaaa....akhhhhhhh..ah....ah"
Pak Heri : "'Siap siap Bu saya akan memberikan yang lebih nikmat lagi"
Pak Heri membuka rits celananya dan membebaskan penisnya yang sudah benar benar keras dari balik celana dalamnya. Penis Pak Heri yang mengacung tegak di dekatkan pada wajah Ambar lalu di gesek gesekkan pada pipi Ambar yang putih mulus.
Pak Heri : "Lihat ini kontolku sudah ngaceng seperti ini"
Ambar : "Ahhhhhhh....shhhh"
Pak Heri : "Ayo kamu pengen ini kan"
Ambar : "Akhhhhh..iii....iya"
Pak Heri mendekatkan penisnya ke mulut Ambar dan Ambar pun menyambutnya dengan menjulurkan lidah menjilati kepala penis Pak Heri.
Ambar : "Hyahhhh...mmmnnnnnnng"
Pak Heri : "Akhhhhhhhhhh......tapi ini belum saatnya"
Pak Heri menarik penisnya kembali lalu mencengkeram kedua buah dada Ambar lalu melesakkan penisnya di belahan payudaranya.
Pak Heri : "Sekarang aku akan ngentot susumu dulu haha'
Ambar : "Akkkhhh...hyaahhhh"
Pak Heri menekan buah dada Ambar dari samping sehingga membuat penisnya terjepit di tengah tengah payudara Ambar. pPnis itu digerakkan maju mundur seakan akan sedang menyodok sebuah vagina sementara tangannya masih bermain pada buah dada Ambar.
Pak Heri : "Akhhhh...ennnak sekali.....sempit akh"
Ambar : "Ah....ah...ah"
Pak Heri : "Ayo dijilati kepala kontolku Bu"
Ambar : "Srep....sreppp"
Tangan tangan Pak Heri juga dengan iseng bermain dengan puting Ambar dengan menarik dan mencubitnya sehingga membuat Ambar semakin bergerak tidak karuan.
Ambar : "Mmmmmmmmmghh....akhhh"
Pak Heri : "Anda benar benar menjadi Lonte sekarang hahaha"
Ambar : "Hhnnnnnn...hnnnnnhhhhhh...akhhh"
Pak Heri semakin mempercepat genjotannya pada belahan payudara Ambar, gerakan tubuhnya semakin liar dan bertenaga.
Pak Heri : "Akhhh susumu benar benar enak....mirip memek akhhhh"
Ambar : "Mmnnnnn..mnggggggg..uhnnn"
Pak Heri : "Ini sekarang terima hadiah dari saya akhhhhh"
Ambar : "Ahhhhhh...ahhhhhh...ahhh"
Pak Heri : "Akhh akan kusemprotkan pejuhku di wajahmu akhhhhhhhhhh'
cretttttttt crettttttt cretttttttttt
Pak Heri mencapai orgasmenya dan menumpahkan spermanya. di seluruh wajah ayu Ambar yang sudah tidak berdaya.
Pak Heri : "Ahhhhhh...ahhhhh...aaaahhh"
Pak Heri : "Mnngghh"
Pak Heri : "Ahkkkkkk....ehhhhmmmmmmm"
Pak Heri : "Fwahhhhhhhhhh..uahhhhhhh...ehhmmmm"
Pak Heri : "Hah....hahh....hah"
Pak Heri : "Selanjutnya anda mau kontol saya dimana?"
Sementara Itu di Rumah...
Andi sudah pulang sekolah karena guru guru di sekolah akan mengadakan rapat bersama pengurus yayasan. Setelah masuk rumah dan meletakkan tasnya di atas kursi sofa, Andi segera menuju kamar mandi untuk mencuci kaki. Ketika berjalan ke arah kamar mandi, Andi melewati tumpukan cucian kotor di dekat mesin cuci. Perhatiannya teralihkan oleh sebuah celana dalam yang ada di bagian atas tumpukan baju baju yang belum di cuci itu. Dia mengambil celana dalam yang itu dari atas tumpukan dan mendekatkannya ke arah mukanya.
Andi : "Ini....punya...Ibu"
Andi mendekatkan lagi celana dalam milik Ambar itu ke wajahnya dan memperhatikan setiap permukaan kain celana dalam itu.
Andi : "Ada nodanya ehmmm....dan baunya"
kepala Andi menjadi melayang ketika dia menghirup bau yang muncul dari celana dalam milik Ibunya sendiri itu.
Andi : "Akhhh.......Ibu"
Kembali Lagi Ke Kantor General Manager..
Ambar : "Ahhhhhk......ah"
Pak Heri : "ayo bicara, dimana anda mau kontol saya selanjutnya"
Ambar : "Aaaahhhhhhhhh....ah"
Ambar sudah begitu terangsang hebat, dia sudah tidak bisa berpikir jernih dan yang dia inginkan hanya penis besar itu di dalam vaginanya.
Ambar : "Ahhh...tolong masukkan di memek saya Pak"
Pak Heri : "Hahaha apa coba kamu ulangi yang lebih jelas"
Ambar membuka kedua pahanya lebar lebar lalu kedua tangannya membuka bibir vaginanya menunjukkan vaginannya yang sudah basah.
Ambar : "akhhh...tolong entot saya dengan kontol Bapak"
Pak Heri : "Bagus itu yang saya ingin dengar haha"
Pak Heri mendekatkan penisnya ke mulut vagina Ambar dan perlahan melesakkan masuk penisnya ke dalam lubang vagina berwarna merah merekah itu.
Pak Heri : "Benar begini?"
Ambar : "Akhh iya akhhh disana"
Pak Heri : "Ini hadiah buat anda"
Ambar : "Akh masukkk dalam sekali akhhh"
Pak Heri mendorong penisnya masuk dalam vagina Ambar tanpa kesulitan dan mulai menggerakkannya maju dan mundur.
Pak Heri : "Akhhhh..ennnak sekali ehhhmmm"
Sodokan penis Pak Heri semakin cepat seiring dengan gerakan tubuhnya yang diimabangi dengan goyangan Ambar.
Ambar : "Ahhhhhh...yah..lagi.....lebih dalam akhhhh"
Pak Heri : "Bagaimana Bu rasanya kontol saya akhhhh"
Ambar : "Akhhhh...kontol Bapak ennnak sekali akhhh ennnak"
Ambar merasakan kenikmatan yang diberikan penis Pak Heri jauh melebihi apa yang dia dapatkan dari suaminya selama ini.
Ambar : "Ahhhhh....ah....ah"
Ambar merasa tubuhnya memang selalu menginginkan penis penis besar yang bisa memuaskan dahaga birahinya.
Ambar : "Ahhhhhhhhhh...ahhhhh"
Ambar sudah benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang diberikan penis penis itu dan tidak ada lagi yang bisa membuatnya kembali.
Ambar : "Akhhh enakkkkk....akhhhhh ya lebih dalam Pak akhhhhh"
Pak Heri semakin mempercepat genjotannya membuat bauh dada Ambar yang penuh susu bergoyang kesana kemari menteskan air susu dari ujung putingnya.
Ambar : "Ahhnnnnnnnnnnnnn...akhh"
Pak Heri : "Enak kan Bu akhhhhh"
Ambar : "Ahnnnnnnnn entot terus Pak akhhh entot terus sampai rahimku akh"
Pak Heri : "Akh pasti Bu akhhhhh'
Pak Heri : "Ini terima ini akhhh'
Pak Heri menyentakkan penisnya masuk dalam vagina Ambar begitu dalam hingga terasa menyentuh mulut rahimnya.
Ambar : "Akhhhh dalam sekali Pak mentoooookkkk"
Ambar : "Ahhaaaaahh...ahhhhh"
Pak Heri : "Mulai hari ini akhhh kita ngentot tiap hari akhhh"
Ambar : "Akkhhhhh...akhhhh"
Pak Heri : "Saya akan selalu keluar di dalam sampai Ibu hamil akhhh"
Mendengar Pak Heri akan menumpahkan spermanya di dalam rahimnya hingga dia hamil entah kenapa membuat Ambar semakin terangsang.
Ambar : "Iya Pak akhhhhhh...terus Pak akh"
Pak Heri : "Bagimana kamu mau hamil anakku?"
Ambar : "Akh iya Pak terus hamili saya"
Pak Heri : "Ohhh sekarang terima pejuhku Bu terima dalm rahimmu"
Ambar : "Akhhh ya Pak buat aku hamil dengan bayimu"
Ambar : "Akhh aku keluar aku kaluarrrr akhhhhhhhh"
creetttttt cretttttt crettttttt
Ambar : "Ahhhhh ennnak sekali pejuhnya ennnnak akhhhhhh"
Ambar : "Akhhhh...akh...akh"
Ambar : "Hahhhhhhh...hahhhhh...hahhhh"
Pak Heri menyelesaikan seluruh orgasmenya dalam vagina Ambar sehingga membuat rongga vaginanya penuh dengan sperma kentalnya. Saking banyaknya sperma yang Pak Heri tumpahkan dalam vagina Ambar sampai sampai meluber keluar karena tidak tertampung lagi di dalam.
Sesaat Kemudian...
Pak Heri menyelesaikan persetubuhannya dengan Ambar hari itu setelah melakukan setidaknya 3 ronde dalam ruangan kerjanya. Dalam ketiga ronde itu Pak Heri selalu orgasme dan menumpahkan spermanya dalam vagina Ambar tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Sementara Pak Heri mulai berpakaian lagi, Ambar masih tergolek lemas tak berdaya setelah menerima berkali kali orgasme.
Ambar hanya berbaring dengan tubuh telanjang bulat di atas sofa di ruangan Pak Heri tanpa khawatir sewaktu waktu orang masuk.
Pak Heri : "Ingat ya Bu, mulai sekarang tiap hari Ibu harus melayani saya"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Heri : "Dan ingat jangan coba macam macam kalo tidak ingin masuk penjara"
Ambar : "Iiii...iya Pak"
Pak Heri berjalan ke arah meja kerjanya lalu membuka laci meja dan mencari cari sesuatu di dalamnya. Ssetelah menemukan benda yang dia cari Pak Heri menghampiri Ambar yang masih tergeletak tak berdaya sambil membawa botol berisi cairan di tangannya.
Pak Heri : "Ini hadiah buat Ibu, karena berhasil menyelesaikan obat kita"
Pak Heri mengeluarkan suntikan baru lalu mengambil cairan dari dalam botol ample yang dia bawa tadi.
Ambar : "Aaaa...apa itu Pak'
Pak Heri : "Ini obat baru yang Ibu kembangkan"
Ambar : "Untuk apa Pak?"
Pak Heri : "Saya ingin buah dada Ibu selalu bersusu, sehingga saya selalu bisa menikmatinya"
Ambar : "Akh...Pak"
Pak Heri : "Dan mulai sekarang Ibu harus mengambil obat ini rutin agar produksi susu Ibu terjaga, paham?'
Ambar : "Iya Pak"
Pak Heri lalu mengarahkan suntikan berisi cairan obat pelancar asi itu dan menyuntikkannya ke puting payudara Ambar.
Ambar : "Akkhhhhhh....Sakittttttttttt"
Pak Heri : "Ehehe......saya gemes lihat susu Ibu hahaha"
Pak Heri mengulangi menyuntikkan obat itu pada puting payudara Ambar yang lain dan lagi lagi Ambar berteriak kesakitan.
Ambar : "Akhhh Pakkkkk"
Pak Heri : "Dosis obat ini sudah saya naikkan dua kali"
Ambar : "Akhhhh iya Pak"
Pak Heri : "Sekarang kamu pakai bajumu lagi, tapi tinggalkan pakaian dalammu"
Ambar : "Baik pak"
Ambar beranjak dari posisinya dan mulai memakai lagi bajunya langsung tanpa memakai pakaian dalam.
Pak Heri : "Dan mulai sekarang ndak usah pakai pakaian dalam saat ke kantor"
Ambar : "Baik Pak"
Pak Heri : "Biar saya gampang kalo ngentotin anda ahahha"
Ambar memasukkan ujung blouse ketat nya ke dalam rok sehingga putingnya yang masih tegang tercetak jelas. Untungnya dia masih memakai blazzer yang bisa menutupi bayangan puting payudaranya dari pandangan orang lain.
Pak Heri : "Sudah kamu kembali ke ruanganmu"
Ambar : "Baik Pak, saya permisi"
(Bersambung..)
Sumber:
Semprot by haryhidayat9
0 komentar:
Posting Komentar