![]() |
Ilustrasi Ambar |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Karyawan, MILF, Perselingkuhan
Para Tokoh:
- Ambar
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Devisi Riset]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Arifin
- Ibu Andi
- 37 Tahun
- Arifin
- Karyawan Perusahaan BUMN Kontruksi [Manajer]
- Suami Ambar
- Ayah Andi
- 40 Tahun
- Andi
- Siswa Kelas 6 SD Swasta
- Anak Arifin dan Ambar
- 12 Tahun
- Siswanto
- Kepala Sekolah [Guru Matematika]
- Yono
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Laboratorium Klinis]
- 40 Tahun
- Preman
Chapter 04
Beberapa Hari Kemudian..
Beberapa hari setelah kejadian pemerkosaan Ambar oleh seorang Preman dan Pak Siswanto, guru di tempat Andi bersekolah.
Ambar masuk kerja seperti biasa karena tanggal pengujian obat yang diujinya sudah semakin dekat tanggalnya. Sementara data data pengujian yang dia dapat masih belum cukup untuk digunakan sebagai sampel nantinya.
Ambar masuk kerja seperti biasa karena tanggal pengujian obat yang diujinya sudah semakin dekat tanggalnya. Sementara data data pengujian yang dia dapat masih belum cukup untuk digunakan sebagai sampel nantinya.
Ambar : "Heeemmmmm sudah saatnya aku memeras susuku tapi tidak mungkin kulakukan disini" batin Ambar.
Ambar mencoba melihat keadaan sekitar ruanagn kerjanya yang ramai penuh orang. Sementara dia tidak mungkin memeras di dalam ruangan kerjanya yang
berdinding kaca bening karena tidak ada yang boleh tahu dia sendiri yang
menguji obat itu pada dirinya sendiri.
Ambar mencoba keluar ruangan untuk mencari tempat yang memungkinkan dia bisa memeras susu dengan leluasa.
Ambar berjalan menyusuri lorong lorong panjang pabrik tempatnya bekerja sambil melihat lihat seandainya ada ruang kosong.
Ambar mencoba keluar ruangan untuk mencari tempat yang memungkinkan dia bisa memeras susu dengan leluasa.
Ambar berjalan menyusuri lorong lorong panjang pabrik tempatnya bekerja sambil melihat lihat seandainya ada ruang kosong.
"Selamat pagi Bu"
"Selamat pagi Pak"
"Selamat pagi Mbak"
"Selamat pagi Mas"
"Selamat pagi Pak"
"Selamat pagi Mbak"
"Selamat pagi Mas"
Ambar bertemu rekan rekan kerjanya selama berjalan jalan menyusuri setiap sudut pabrik yang cukup luas itu. Tiba tiba dia teringat laboratorium klinis tempat Pak Yono, tidak
masalah jika dia memeras disana karena Pak Yono juga sudah mengetahui
rahasianya. Selain itu disana ada alat alat yang dia perlukan untuk memeras susu, sehingga tidak perlu memeras secara manual dengan tangan.
Ambar segera berbalik arah dan berjalan kembali menyusuri lorong lorong menuju laboratorium tempat Pak Yono bekerja.
Ambar segera berbalik arah dan berjalan kembali menyusuri lorong lorong menuju laboratorium tempat Pak Yono bekerja.
Ambar : "Tok tok tok" ketukan tangan Ambar di pintu stainless steel itu.
Ambar membuka pintu menuju laboratorium itu dan melihat sekeliling ruangan mencari keberadaan Pak Yono di sana.
Ambar : "Hemmm mungkin Pak Yono ndak disini"
Ambar membuka pintu menuju laboratorium itu dan melihat sekeliling ruangan mencari keberadaan Pak Yono di sana.
Ambar : "Hemmm mungkin Pak Yono ndak disini"
Ambar langsung masuk kesana tanpa ragu setelah melihat lampu di ruangan kerja Pak Yono padam, menandakan tidak ada orang disana.
Ambar memantapkan diri untuk memeras susu disini karena jika Pak Yono tidak ada bisa dipastikan ruang itu kosong. Ruangan lab itu tidak rutin digunakan karena hanya untuk pengecekan kondisi medis pada personil yang terlibat dalam proses produksi obat. Oleh karena itu tidak banyak orang yang keluar masuk pada ruangan itu pada jam jam kerja seperti ini.
Ambar memantapkan diri untuk memeras susu disini karena jika Pak Yono tidak ada bisa dipastikan ruang itu kosong. Ruangan lab itu tidak rutin digunakan karena hanya untuk pengecekan kondisi medis pada personil yang terlibat dalam proses produksi obat. Oleh karena itu tidak banyak orang yang keluar masuk pada ruangan itu pada jam jam kerja seperti ini.
Ambar pun bersiap memeras susu dengan membuka baju kemeja putih yang dia pakai dibalik jas laboratoriumnya. Sebelumnya dia juga menyiapkan pompa susu elektrik yang akan dia pakai untuk memeras payudaranya yang sudah penuh susu. Tangan Ambar dengan piawai melepas kaitan depan cup beha putih yang dia pakai saat itu tanpa kesulitan. Beha menyusui itu memungkinkan Ambar memeras susu dari payudaranya tanpa harus melepas seluruh pakaiannya.
Kedua corong penghisap dia arahkan ke ujung payudaranya yang berwarna coklat gelap dengan puting seukuran telunjuk oarng dewasa. Ketika corong itu menempel pada payudaranya secara otomatis payudaranya terhisap sehingga dia tidak perlu memeganginya lagi.
Puting payudara Ambar bergerak gerak dan berkedut karena hisapan vakum pompa elektrik itu. Sedikit demi sedikit air susu mulai menetes dari ujung puting payudaranya yang berwarna hitam kontras dengan warna air susu itu. Lama kelamaan tetesan air susu berubah menjadi pancaran air susu yang semakin lama semakin deras memancar keluar dari putingnya.
Puting payudara Ambar bergerak gerak dan berkedut karena hisapan vakum pompa elektrik itu. Sedikit demi sedikit air susu mulai menetes dari ujung puting payudaranya yang berwarna hitam kontras dengan warna air susu itu. Lama kelamaan tetesan air susu berubah menjadi pancaran air susu yang semakin lama semakin deras memancar keluar dari putingnya.
Butuh waktu setidaknya 30 menit sampai air susu memenuhi botol bening
penampung susu yang tersambung langsung ke corong penghisap. Sembari menunggu Ambar mencoba bermain dengan smartphone ditangannya, dia membuka timeline media sosial miliknya. Satu persatu dia menelusuri berita terbaru di timeline dan membacanya dengan begitu serius.
Begitu seriusnya dia tidak menyadari Pak Yono masuk ke dalam ruangan itu dan melihat Ambar yang sedang bertelanjang dada.
Begitu seriusnya dia tidak menyadari Pak Yono masuk ke dalam ruangan itu dan melihat Ambar yang sedang bertelanjang dada.
Pak Yono : "Bu Ambar"
Suara Pak Yono mengejutkan Ambar yang sebelumnya larut oleh gadget dalam genggaman tangannya itu.
Ambar : "Eh Pak Yono" Ambar terkejut menyadari kehadiran Pak Yono dihadapannya.
Pak Yono : "Maaf Bu saya mengagetkan Ibu"
Suara Pak Yono mengejutkan Ambar yang sebelumnya larut oleh gadget dalam genggaman tangannya itu.
Ambar : "Eh Pak Yono" Ambar terkejut menyadari kehadiran Pak Yono dihadapannya.
Pak Yono : "Maaf Bu saya mengagetkan Ibu"
Ambar : "Eh ndak apa apa Pak, saya yang justru minta maaf masuk kesini sembarangan"
Ambar berusaha menutup baju kemeja yang dia pakai untuk sedikit menutupi payudaranya yang terbuka meskipun tidak banyak berguna. Sementara itu suara pompa susu elektrik terus mendengung mengisi keheningan diantara Pak Yono dan Ambar.
Ambar berusaha menutup baju kemeja yang dia pakai untuk sedikit menutupi payudaranya yang terbuka meskipun tidak banyak berguna. Sementara itu suara pompa susu elektrik terus mendengung mengisi keheningan diantara Pak Yono dan Ambar.
Ambar : "Saya numpang meras disini Pak?"
Pak Yono : "Iya Bu silakan silakan"
Ambar : "Makasih Pak soalnya saya belum sempat meras tadi pagi"
Pak Yono : "Oh begitu Bu"
Pak Yono terus menerus berdiri di hadapan Ambar dan membuatnya agak risih karena payudaranya terpampang bebas di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Namun dia merasa hal itu tidak terlalu masalah karena mereka bekerja secara profesional di dalam bekerja. Apalagi tentu ini bukan pertama kalinya Pak Yono melihat tubuh telanjang seorang wanita mengingat pekerjaan Pak Yono berlatarbelakang medis.
Pak Yono : "Oh begitu Bu"
Pak Yono terus menerus berdiri di hadapan Ambar dan membuatnya agak risih karena payudaranya terpampang bebas di hadapan lelaki yang bukan suaminya. Namun dia merasa hal itu tidak terlalu masalah karena mereka bekerja secara profesional di dalam bekerja. Apalagi tentu ini bukan pertama kalinya Pak Yono melihat tubuh telanjang seorang wanita mengingat pekerjaan Pak Yono berlatarbelakang medis.
Pak Yono : "Memangnya sehari berapa kali Bu?"
Ambar : "Saya sekarang sudah harus memeras tiap 8 jam sekali"
Pak Yono : "Wah banyak juga produksinya ya Bu?"
Ambar : "Saya sekarang sudah harus memeras tiap 8 jam sekali"
Pak Yono : "Wah banyak juga produksinya ya Bu?"
Ambar : "Iya, syukurlah berarti obat kita berhasil"
Pak Yono : "Apalagi Ibu kan tidak sedang menyusui, produksinya bisa sebanyak ini"
Ambar : "Hehehe iya Pak"
Pak Yono : "Kalo begitu silakan Bu dilanjutkan saya ke ruangan saya dulu"
Ambar : "Silakan Pak"
Pak Yono : "Apalagi Ibu kan tidak sedang menyusui, produksinya bisa sebanyak ini"
Ambar : "Hehehe iya Pak"
Pak Yono : "Kalo begitu silakan Bu dilanjutkan saya ke ruangan saya dulu"
Ambar : "Silakan Pak"
Pak Yono berjalan meninggalkan Ambar sendirian sementara dia melanjutkan kegiatan memeras susunya. Sesampainya di ruangan kerjanya Pak Yono segera menutup pintunya rapat rapat dari dalam ruangan kerjanya. Dia membuka sedikit tirai blindfold yang menghalangi pandangan keluar masuk dari raungan kerjanya. Dia mengintip Ambar yang sedang memeras susu dari balik tirai dan
melihat tajam ke arah payudara Ambar yang terbuka sedang diperas. Beberapa kali Pak Yono membetulkan letak penisnya di balik celana kain yang dia pakai karena terlalu tegang.
Saat Tiba di SD..
Mobil sedan putih terparkir di parkiran sebuah sekolah sd swasta di salah satu sudut kota semarang. Teriknya sinar matahari tidak membuat seorang wanita turun dari mobilnya yang sejuk oleh pendingin udara.
Ambar kini sedang berdiri di pelataran SD tempat andi bersekolah untuk menemui Pak Siswanto, sang kepala sekolah.
Ambar : "Ini mungkin yang terbaik" batin Ambar
Ambar : "Aku harus tegas pada Pak Siswanto"
Ambar : "Aku tidak ingin Pak Siswanto memanfaatkanku dalam keadaan seperti ini"
Ambar : "Meskipun resikonya Andi harus keluar dari sekolah"
Ambar kini sedang berdiri di pelataran SD tempat andi bersekolah untuk menemui Pak Siswanto, sang kepala sekolah.
Ambar : "Ini mungkin yang terbaik" batin Ambar
Ambar : "Aku harus tegas pada Pak Siswanto"
Ambar : "Aku tidak ingin Pak Siswanto memanfaatkanku dalam keadaan seperti ini"
Ambar : "Meskipun resikonya Andi harus keluar dari sekolah"
Ambar berjalan mantab menyebrangi lapangan tengah sekolah dasar itu lalu berjalan menyusuri depan kelas. Dia sudah hafal dengan ruangan di sekolahan Andi sehingga tidak sulit baginya untuk menemukan ruangan Pak Siswanto.
"Tok tok tok"
Ambar mengetuk pintu ruangan kepala sekolah yang terbuat dari kayu jati itu, dan menunggu jawaban dari dalam.
Ambar : "Saya tidak akan membiarkan dia melakukan hal sama padaku" batin Ambar.
Ambar : "Apa ndak ada ya Pak Siswanto nya?' batin Ambar penuh tanya.
Pintu ruangan yang tidak tertutup sempurna membuat Ambar bisa melihat ke dalam ruangan kantor Pak Siswanto.
"Tok tok tok"
Ambar mengetuk pintu ruangan kepala sekolah yang terbuat dari kayu jati itu, dan menunggu jawaban dari dalam.
Ambar : "Saya tidak akan membiarkan dia melakukan hal sama padaku" batin Ambar.
Ambar : "Apa ndak ada ya Pak Siswanto nya?' batin Ambar penuh tanya.
Pintu ruangan yang tidak tertutup sempurna membuat Ambar bisa melihat ke dalam ruangan kantor Pak Siswanto.
Ambar : "Eh ndak dikunci?"
Penasaran Ambar masuk ke dalam ruangan tanpa permisi lebih dahulu, hingga akhirnya sesosok tangan membekap hidung dan mulutnya. Tiba tiba rasa kantuk hebat menyerang Ambar hingga dia tidak sadarkan diri dan tubuhnya jatuh dalam pelukan seorang laki laki yang telah membekapnya.
Penasaran Ambar masuk ke dalam ruangan tanpa permisi lebih dahulu, hingga akhirnya sesosok tangan membekap hidung dan mulutnya. Tiba tiba rasa kantuk hebat menyerang Ambar hingga dia tidak sadarkan diri dan tubuhnya jatuh dalam pelukan seorang laki laki yang telah membekapnya.
Saat di Ruangan Kepsek SD..
Ambar terbangun dari tidurnya ketika cipratan air mengenai wajahnya yang putih nan ayu. Sedikit demi sedikit matanya terbuka dan dia bisa melihat jelas sosok lelaki yang berdiri dihadapannya.
Ambar : "Pak Siswanto" Ambar terkejut melihat Pak Siswanto dihadapannya.
Ambar : "Pak Siswanto" Ambar terkejut melihat Pak Siswanto dihadapannya.
Lebih terkejut lagi Ambar ketika menyadari dia berdiri pada posisi kedua tangannya terikat keatas tubuhnya.
Ambar : "Pak Pak jangan Pak tolong" Ambar menyadari kejadian beberapa hari yang lalu akan terulang lagi.
Pak Siswanto : "Coba saya tebak Ibu pasti kangen dengan saya kan haha?"
Ambar : "Bukan Pak tolong lepaskan saya dulu"
Pak Siswanto : "Coba saya tebak Ibu pasti kangen dengan saya kan haha?"
Ambar : "Bukan Pak tolong lepaskan saya dulu"
Pak Siswanto : "Ibu pasti masih mau seperti yang kemarin kan?"
Ambar : "Eh bukan Eh"
Pak Siswanto tiba tiba mendekat dan mencengkram payudara Ambar yang membusung indah lalu meremas remasnya kasar.
Pak Siswanto : "Ibu berani masuk ke ruangan saya tanpa permisi"
Ambar : "Eh iya Pak maaf'"
Pak Siswanto : "Maaf saja tidak cukup, Ibu harus dihukum"
Pak Siswanto menarik paksa kemeja putih yang dipakai Ambar keluar dari roknya lalu membuka kancing bajunya satu persatu.
Ambar : "Tolong lepskan saya Pak, atau saya berteriak"
Pak Siswanto : "Silakan saja Bu, tidak akan ada yang mendengar"
Buah dada Ambar membusung dihadapan Pak Siswano hanya tertutup bh yang terlihat sesak menampung buah dadanya.
Pak Siswanto lalu melanjutkan membuka ritsliting rok Ambar dan memelorotkannya hingga ke mata kakinya.
Pak Siswanto : "Ah Ibu pakai celana dalam yang seksi sekali, psati ini spesial buat saya kan?"
Ambar : "Bukan tolong Pak leapaskan saya"
Pak Siswanto : "Yang benar Bu, sekarang saya buka celana dalam Ibu"
Pak Siswanto : "Ah Ibu pakai celana dalam yang seksi sekali, psati ini spesial buat saya kan?"
Ambar : "Bukan tolong Pak leapaskan saya"
Pak Siswanto : "Yang benar Bu, sekarang saya buka celana dalam Ibu"
Ambar : "Hnn..mmnnnnnnn"
Ambar : "Huh lihat Bu memek Ibu basah dan merah sekali?"
Ambar : "Mmmnnhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu pasti rindu sodokan kontol saya kan?"
Ambar : "Akh tidak"
Pak Siswanto mengambil sebuah botol obat dari meja di sampingnya dan membawa bersamanya ke arah Ambar.
Pak Siswanto lalu memutar tutup botol yang mirip pasta gigi itu dan memencet keluar isinya keluar di telunjuk jarinya.
Pak Siswanto : "Sebentar lagi, saya akan membuat Ibu keluar berkali kali"
Ambar : "Apa itu Pak?"
Pak Siswanto : "Ini obat perangsang, harganya mahal tapi cukup setimpal buat Ibu"
Pak Siswanto lalu mengmasukkan jari telunjuknya yang sudah dilelehi gel berwarna putih kedalam vagina Ambar.
Ambar : "Ah tolong tunggu dulu akhhhh"
Ambar : "Aaahhh sudah Pak tolong"
Pak Siswanto : "Sebentar lagi, saya akan membuat Ibu keluar berkali kali"
Ambar : "Apa itu Pak?"
Pak Siswanto : "Ini obat perangsang, harganya mahal tapi cukup setimpal buat Ibu"
Pak Siswanto lalu mengmasukkan jari telunjuknya yang sudah dilelehi gel berwarna putih kedalam vagina Ambar.
Ambar : "Ah tolong tunggu dulu akhhhh"
Ambar : "Aaahhh sudah Pak tolong"
Pak Siswanto : "Saya akan mengoleskan ini keseluruh vagina Ibu"
Ambar : "Akkhhhhh tunggu Pak berhenti"
Tangan Pak Siswanto terus mengocok ngocok vagina Ambar yang kini semakin basah oleh cairan kelaminnya sendiri.
Ambar : "Ahhhhhhh...ahhhhh.....ahhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu benar benar basah sekarang"
Ambar : "Akkhhhh...akhhhh vagina saya panas sekali Pak panasss akh"
Ambar : "Akkhhhhh tunggu Pak berhenti"
Tangan Pak Siswanto terus mengocok ngocok vagina Ambar yang kini semakin basah oleh cairan kelaminnya sendiri.
Ambar : "Ahhhhhhh...ahhhhh.....ahhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu benar benar basah sekarang"
Ambar : "Akkhhhh...akhhhh vagina saya panas sekali Pak panasss akh"
Pak Siswanto : "Deetak jantung Ibu berdetak hebat juga kan?"
Ambar : "Akhhhhhh panas sekali akh tubuhku Pak"
Pak Siswanto : "Wow memek Ibu merah sekali dan seamkin basah"
Ambar : "Akhh...Pak akhhh"
Pak Siswanto : "Lihat klitoris Ibu jadi sebesar ini"
Pak Siswanto dengan sengaja menyentil klitoris Ambar yang membengkak hingga seukuran kacang.
Ambar : "Akhhhhhh panas sekali akh tubuhku Pak"
Pak Siswanto : "Wow memek Ibu merah sekali dan seamkin basah"
Ambar : "Akhh...Pak akhhh"
Pak Siswanto : "Lihat klitoris Ibu jadi sebesar ini"
Pak Siswanto dengan sengaja menyentil klitoris Ambar yang membengkak hingga seukuran kacang.
Sementara puting Ambar juga ikut menegang maksimal dan mulai meneteskan air susu meskipun masih tertutup bh.
Ambar : "Akhhhhh...."
Pak Siswanto : "Ennnak kan Bu hahaha?"
Ambar : "Akhh saya sudah ndak kuat akhhhh"
Pak Siswanto melepas bh yang dia pakai lalu mulai meraba buah dada Ambar yang menggantung bebas.
Ambar : "Akhh Pak jangan diremas Pak saya mau keluar akh"
Ambar : "Akhhhhh...."
Pak Siswanto : "Ennnak kan Bu hahaha?"
Ambar : "Akhh saya sudah ndak kuat akhhhh"
Pak Siswanto melepas bh yang dia pakai lalu mulai meraba buah dada Ambar yang menggantung bebas.
Ambar : "Akhh Pak jangan diremas Pak saya mau keluar akh"
Pak Siswanto : "diremas begini'
Pak Siswanto lalu menarik kedua puting Ambar dengan kuat keatas sehingga membuatnya berteriak.
Ambar : "Akkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu mau dikocokin lagi hah?"
Ambar : "Iyah Pak tolong dikocok lagi"
Pak Siswanto : "Maksud Ibu seperti ini?"
Ambar : "Akhhhhh...iya akhhhhhhhh terus Pak akh"
Pak Siswanto lalu melanjutkan kocokan jarinya pada vagina Ambar, membuat Ambar mengatupkan mulutnya menahan nikmat.
Pak Siswanto : "Ruangan ini kedap suara Bu, silakan Ibu berteriak sesuka Ibu"
Ambar : "Akhhhh ya Pak iyaaaaaaaaaaa"
Pak Siswanto : "Saya penasaran apakah ibu bisa tahan dengan ini"
Pak Siswanto mengambil sebuah vibrator dari saku celananya, lalu menjeptikannya pada puting payudara Ambar.
Ambar : "Apa ini Pak akhhh"
Pak Siswanto : Ini vibrator Bu, biar Ibu tambah Enak"
Pak Siswanto lalu menghidupkan vibrator itu sehingga membuat puting Ambar yang tegang bergetar hebat karenanya.
Ambar : "Kyaaaahhhhhhh"
Pak Siswanto : "Jangan lupa disini juga"
Pak Siswanto juga menjepitkan satu buah pada klitoris Ambar yang berwarna merah dan berukuran sebesar kacang.
Ambar : "Aaahhhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu kan berteriak keenakan dengan ini"
Pak Siswanto juga memasukkan sebuah vibrator tongkat berukuran besar dalam vagina Ambar secara paksa.
Ambar : "Akkhhhhhhhh....."
Pak Siswanto : "Gimana Bu haha"
Ambar : "Saya keluar Pak saya keluar akhhhhhhh"
Pak Siswanto mengoleskan obat perangsang itu juga pada penisnya setelah dia melepas celananya. Dia melumuri seluruh permukaan penisnya dengan obat perangsang itu hingga terlihat mengkilat oleh pantulan cahaya.
Pak Siswanto : "Akh itu belum semua Ibu, sekarang baru yang sebenarnya"
Pak Siswanto memasukkan penisnya dalam anus Ambar yang sempit membuatnya berteriak kesakitan.
Ambar : "Hyyyaaaa.......sakit Pak akhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ayo Bu keluar sekeras mungkin seperti pelacur"
Pak Siswanto mulai menggenjot anus Ambar dengan penisnya yang terlihat sesak di dalamnya.
Ambar : "Ahhhhhhhnnnnnnn...ahhhh...sudah Pak"
Pak Siswanto : "Ayo saya kocok juga memek Ibu"
Pak Siswanto menggerakkan vibrator tongkat dalam vagina Ambar dengan tangannya membuatnya semakin menggelinjang tidak karuan.
Ambar : "Akkkhhhhhhh...agghhhh"
Pak Siswanto juga meremas remas puting payudara Ambar sebelah kiri dengan jari jari tangannya sesekali putingnya juga ditarik dan dipelintir.
Ambar : "Akhhhh.....memekku Pak akhhhh"
Pak Siswanto : "Gimana Bu ennnak hahaha?"
Ambar : "Iyyya ak ennnnak akhhhhhhhhh"
Pak Siswanto terus menerus menggenjot anus Ambar dengan liar hingga Ambar sampai orgasme untuk kesekian kalinya hari itu.
Pak Siswanto : "Hahah Ibu benar benar pelacur yang ndak bisa berhenti orgasme"
Ambar : "Akkhhhhhhhh memekku Pak akhhhh"
Pak Siswanto : "Sekarang saat pelatihan baru buat Ibu"
Ambar : "Akhhh iya Pak'
Pak Siswanto : "Terima pejuhku Bu akhhhhhhhhhhhhh"
Ambar : "Akhhhh pejuhhhhhhh pejuhhhhhhhh"
Setelah memuntahkan semua spermanya dalam anus Ambar, Pak Siswanto menarik penisnya yang sudah lembek dari Anus Ambar.
Ambar : "Akh jangan dicabut akhhhh"
Pak Siswanto : "Kenapa Bu masih mau lagi?"
Ambar : "Akh memek saya Pak masih gatal akh"
Pak Siswanto : "Tapi Ibu harus pulang sekarang, anak Ibu sudah nunggu di depan tuh"
Ambar : "Akkhh tapi Pak akh"
Pak Siswanto : "Udah Bu, ndak apa apa, yang penting ini dipakai terus ya vibratornya"
Ambar : "Ya Pak"
Pak Siswanto : "Mulai sekarang Ibu harus mematuhi perintah saya, paham?"
Ambar : "I...iya Pak"
Pak Siswanto : "Sudah Bu sekarang pulang, itu dipakai dulu pakaiannya"
Ambar pun menuruti semua perkataan Pak Siswanto dan segera memakai bajunya kembali dengan vibartor masih terpasang di puting, klitoris dan vaginanya.
Ambar : "Akhhhhh....ssshhhhh...."
Ambar berjalan keluar meninggalkan ruangan tempat nya melayani nafsu bejat laki laki yang berprofesi sebagai guru sekaligus seorang kepala sekolah itu.
Pak Siswanto lalu menarik kedua puting Ambar dengan kuat keatas sehingga membuatnya berteriak.
Ambar : "Akkkkhhhhhhhhhhhhhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu mau dikocokin lagi hah?"
Ambar : "Iyah Pak tolong dikocok lagi"
Pak Siswanto : "Maksud Ibu seperti ini?"
Ambar : "Akhhhhh...iya akhhhhhhhh terus Pak akh"
Pak Siswanto lalu melanjutkan kocokan jarinya pada vagina Ambar, membuat Ambar mengatupkan mulutnya menahan nikmat.
Pak Siswanto : "Ruangan ini kedap suara Bu, silakan Ibu berteriak sesuka Ibu"
Ambar : "Akhhhh ya Pak iyaaaaaaaaaaa"
Pak Siswanto : "Saya penasaran apakah ibu bisa tahan dengan ini"
Pak Siswanto mengambil sebuah vibrator dari saku celananya, lalu menjeptikannya pada puting payudara Ambar.
Ambar : "Apa ini Pak akhhh"
Pak Siswanto : Ini vibrator Bu, biar Ibu tambah Enak"
Pak Siswanto lalu menghidupkan vibrator itu sehingga membuat puting Ambar yang tegang bergetar hebat karenanya.
Ambar : "Kyaaaahhhhhhh"
Pak Siswanto : "Jangan lupa disini juga"
Pak Siswanto juga menjepitkan satu buah pada klitoris Ambar yang berwarna merah dan berukuran sebesar kacang.
Ambar : "Aaahhhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ibu kan berteriak keenakan dengan ini"
Pak Siswanto juga memasukkan sebuah vibrator tongkat berukuran besar dalam vagina Ambar secara paksa.
Ambar : "Akkhhhhhhhh....."
Pak Siswanto : "Gimana Bu haha"
Ambar : "Saya keluar Pak saya keluar akhhhhhhh"
Pak Siswanto mengoleskan obat perangsang itu juga pada penisnya setelah dia melepas celananya. Dia melumuri seluruh permukaan penisnya dengan obat perangsang itu hingga terlihat mengkilat oleh pantulan cahaya.
Pak Siswanto : "Akh itu belum semua Ibu, sekarang baru yang sebenarnya"
Pak Siswanto memasukkan penisnya dalam anus Ambar yang sempit membuatnya berteriak kesakitan.
Ambar : "Hyyyaaaa.......sakit Pak akhhhhhh"
Pak Siswanto : "Ayo Bu keluar sekeras mungkin seperti pelacur"
Pak Siswanto mulai menggenjot anus Ambar dengan penisnya yang terlihat sesak di dalamnya.
Ambar : "Ahhhhhhhnnnnnnn...ahhhh...sudah Pak"
Pak Siswanto : "Ayo saya kocok juga memek Ibu"
Pak Siswanto menggerakkan vibrator tongkat dalam vagina Ambar dengan tangannya membuatnya semakin menggelinjang tidak karuan.
Ambar : "Akkkhhhhhhh...agghhhh"
Pak Siswanto juga meremas remas puting payudara Ambar sebelah kiri dengan jari jari tangannya sesekali putingnya juga ditarik dan dipelintir.
Ambar : "Akhhhh.....memekku Pak akhhhh"
Pak Siswanto : "Gimana Bu ennnak hahaha?"
Ambar : "Iyyya ak ennnnak akhhhhhhhhh"
Pak Siswanto terus menerus menggenjot anus Ambar dengan liar hingga Ambar sampai orgasme untuk kesekian kalinya hari itu.
Pak Siswanto : "Hahah Ibu benar benar pelacur yang ndak bisa berhenti orgasme"
Ambar : "Akkhhhhhhhh memekku Pak akhhhh"
Pak Siswanto : "Sekarang saat pelatihan baru buat Ibu"
Ambar : "Akhhh iya Pak'
Pak Siswanto : "Terima pejuhku Bu akhhhhhhhhhhhhh"
Ambar : "Akhhhh pejuhhhhhhh pejuhhhhhhhh"
Setelah memuntahkan semua spermanya dalam anus Ambar, Pak Siswanto menarik penisnya yang sudah lembek dari Anus Ambar.
Ambar : "Akh jangan dicabut akhhhh"
Pak Siswanto : "Kenapa Bu masih mau lagi?"
Ambar : "Akh memek saya Pak masih gatal akh"
Pak Siswanto : "Tapi Ibu harus pulang sekarang, anak Ibu sudah nunggu di depan tuh"
Ambar : "Akkhh tapi Pak akh"
Pak Siswanto : "Udah Bu, ndak apa apa, yang penting ini dipakai terus ya vibratornya"
Ambar : "Ya Pak"
Pak Siswanto : "Mulai sekarang Ibu harus mematuhi perintah saya, paham?"
Ambar : "I...iya Pak"
Pak Siswanto : "Sudah Bu sekarang pulang, itu dipakai dulu pakaiannya"
Ambar pun menuruti semua perkataan Pak Siswanto dan segera memakai bajunya kembali dengan vibartor masih terpasang di puting, klitoris dan vaginanya.
Ambar : "Akhhhhh....ssshhhhh...."
Ambar berjalan keluar meninggalkan ruangan tempat nya melayani nafsu bejat laki laki yang berprofesi sebagai guru sekaligus seorang kepala sekolah itu.
Ambar berjalan dengan kaki menyeret karena selangkangannya yang penuh
dengan vibrator belum lagi anus nya yang baru saja diperawani Pak Siswanto.
Ambar melihat dari kejauhan Andi anak semata wayangnya tengah duduk di depan kelas dan berjalan menghampirinya.
Sperma Pak Siswanto yang begitu banyak mengalir dari lubang anusnya melewati paha hingga betisnya saat ambar berjalan. Untungnya keadaan sekolah sudah sepi sehingga tidak ada yang melihat dan Andi pun sepertinya tidak menyadari atau melihatnya.
Ambar melihat dari kejauhan Andi anak semata wayangnya tengah duduk di depan kelas dan berjalan menghampirinya.
Sperma Pak Siswanto yang begitu banyak mengalir dari lubang anusnya melewati paha hingga betisnya saat ambar berjalan. Untungnya keadaan sekolah sudah sepi sehingga tidak ada yang melihat dan Andi pun sepertinya tidak menyadari atau melihatnya.
Ambar : "Adik nungguin Ibu ya?"
Andi : "Iya, darimana sih Bu?'
Ambar : "Habis ketemu Pak Siswanto"
Andi : "Tapi kok lama banget sih?'
Ambar : "Iya maaf, ngobrol ndak liat jam tadi"
Andi : "Yaudah yuk Bu pulang"
Ambar : "Yuk"
Wajah Ambar nampak memerah dan berkeringat karena sedari tadi semua bagian sensitif tubuhnya bergetar karena vibrator yang terpasang. Hal itu tidak lepas dari perhatian sang anak yang menyadari hal aneh terjadi pada Ambar sejak mereka bertemu.
Andi : "Ibu kenapa tho?"
Ambar : "Emang kenapa Dik"
Andi : "Kok dari tadi keringetan terus padahal ac nya dingin lho"
Ambar : "Ndak tau ini Dik"
Ambar berusaha mengelak dan berbohong dari pertanyaan anak semata wayangnya itu dari apa yang sebenarnya terjadi. Karena sebenarnya semenjak mereka bertemu tadi sudah 3 kali Ambar mengalami orgasme karena bagian sensitifnya yang terus dirangsang.
Andi : "Ibu sakit ya?"
Ambar : "Eh Ibu cuma ndak enak badan paling Dik' jawab Ambar sekenanya.
Ambar : "Eh Adik mau makan apa?"
Ambar berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar Andi tidak terus bertanya apa yang sedang terjadi pada dirinya.
Andi : "Ehm terserah Ibu aja"
Ambar : "Nanti goreng nugget aja Dik"
Andi : "Iya deh Bu"
Suasana kembali hening di dalam mobil yang tengah melaju menembus jalanan berdebu sore itu antara Ibu dan Anak didalamnya.
Ambar : "Eh iya Dik sekolahnya gimana?"
Andi : "Ndak gimana gimana kok Bu"
Ambar : "Ibu dapat laporan kalo nilai kamu kurang"
'.....'
Ambar : "Dik makanya jangan main terus ya"
Andi : "Andi kan kalo maen juga cuma sebentar"
Ambar : "Iya tapi sekarang Adik sudah kelas 6 lho, mau masuk smp harus rajin rajin belajar ya?"
Andi : "Iya"
Ambar : "Janji ya?"
Andi : "Iya Adik janji"
0 komentar:
Posting Komentar