![]() |
Ilustrasi Ambar |
Peringatan: Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan
nama tokoh, tempat kejadian, masalah agama. kehidupan sosial ataupun
ceita itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Categori: Karyawan, MILF, Pemerkosaan
Para Tokoh:
- Ambar
- Karyawan Perusahaan Farmasi [Kepala Devisi Riset]
- IRT [Ibu Rumah Tangga]
- Istri Arifin
- Ibu Andi
- 37 Tahun
- Arifin
- Karyawan Perusahaan BUMN Kontruksi [Manajer]
- Suami Ambar
- Ayah Andi
- 40 Tahun
- Andi
- Siswa Kelas 6 SD Swasta
- Anak Arifin dan Ambar
- 12 Tahun
- Yono
- Karyawan Perusahaan Farmasin [Kepala Laboratorium Klinis]
- 40 Tahun
- Preman
Chapter 02
Saat di Ruangan Devisi..
Sore itu
Ambar termenung di ruangan kerjanya yang terletak di salah satu
sudut bagian divisi riset dan pengembangan perusahaan tempatnya bekerja.
Dihadapannya bertumpuk tumpuk file laporan calon peserta pengujian obat
yang tengah dikembangkan perusahaannya. Namun tak satupun dari sekian
banyak calon tidak satupun yang lolos dan memenuhi kriteria sebagai
peserta pengujian obat.
Ambar berpikir keras bagaimana
dia harus menyelesaikan masalah yang
dihadapinya ini sedang tenggat waktu hanya sampai akhir bulan. Dia
mengangkat gagang telepon dan menekan angka angka untuk disambungkan
interkom pada orang yang dia tuju. Selama beberapa saat tidak ada
jawaban dari ujung lain telepon yang Ambar coba hubungi, hanya nada tunggu yang terdengar di telinganya.
Ambar : "Apa sudah pulang ya?' batin Ambar
Dia melihat jam dinding di ruangannya dan waktu menunjukkan pukul setengah 5 sore saat itu.
Ambar : "Ah coba kuhubungi lagi"
Ambar kembali menghubungi dengan telepon dan kali ini tidak lama kemudia terdengar jawaban dari ujung lain.
"Selamat sore Bu, ada yang bisa dibantu?"
Ambar : "Eh..iya Pak tolong ke ruangan saya segera"
Ambar : "Baik Bu, saya segera kesana"
Tidak
lama kemudian dari balik pintu muncullah sesosok lelaki berusia 40
tahunan seumuran dengan usia suami Ambar. Lelaki itu adalah Pak Yono, kepala laboratorium klinis yang dibawahi oleh divisi riset dan pengembangan yang dikepalai Ambar.
Pak Yono : "Selamat sore"
Ambar : "Eh iya silakan duduk Pak"
Pak Yono : "Ada keperluan apa Bu?"
Ambar : "Begini Pak saya mau membicarakan soal pengujian obat baru kita"
Pak Yono : " Ooo.. kalo itu masih belum ada subjek yang memenuhi kriteria Bu"
Ambar : "Maka dari itu saya mau bicara dengan Bapak?'
Pak Yono : "Maksudnya Bu?"
Pak Yono : "Maksudnya Bu?"
Ambar : "Begini Pak bagaimana jika saya sendiri yang mengajukan diri menjadi subjek pengujian obat"
Pak Yono : "Wah bagaimana ya Bu? masalahnya meskipun nanti Ibu memenuhi kriteria namun setahu saya secara legal hal itu tidak dibenarkan untuk menggunakan subjek dari personil dalam perusahaan"
Ambar : "Saya tahu itu Pak, dan saya paham, tapi tenggat waktu tinggal sebentar, kalo terus diundur saya takut perusahaan kita harus membayar penalti karena prestasi yang kita lakukan"
Pak Yono : "Wah bagaimana ya Bu..."
Ambar : "Bapak tenang saja saya yang bertanggung jawab"
Pak Yono : "Tapi Bu..."
Pak Yono : "Wah bagaimana ya Bu? masalahnya meskipun nanti Ibu memenuhi kriteria namun setahu saya secara legal hal itu tidak dibenarkan untuk menggunakan subjek dari personil dalam perusahaan"
Ambar : "Saya tahu itu Pak, dan saya paham, tapi tenggat waktu tinggal sebentar, kalo terus diundur saya takut perusahaan kita harus membayar penalti karena prestasi yang kita lakukan"
Pak Yono : "Wah bagaimana ya Bu..."
Ambar : "Bapak tenang saja saya yang bertanggung jawab"
Pak Yono : "Tapi Bu..."
Ambar : "Tugas Bapak hanya memeriksa saya apakah memenuhi syarat atau tidak, jika
nantinya ada konsekuensi hukum yang terjadi saya yang menanggung"
Pak Yono : "Baiklah Bu"
Ambar : "Kalo begitu sore ini juga saya minta pemeriksaan diri saya sebagai subjek pengujian, untuk selanjutnya menjadi urusan saya"
Pak Yono : "Baiklah Bu"
Ambar : "Kalo begitu sore ini juga saya minta pemeriksaan diri saya sebagai subjek pengujian, untuk selanjutnya menjadi urusan saya"
Tiba Saat Waktu Datang di Ruangan Laboratorium Klinis..
Ambar dan Pak Yono kemudian berjalan menuju ruangan laboratorium klinis tempat Pak Yono bekerja. Setelah memastika keadaan aman, Pak Yono sibuk mengisi blangko kosong untuk catatan medis calon subjek pengujian obat.
Ambar : "Untuk identitas biar saya yang isi Pak"
Ambar : "Untuk identitas biar saya yang isi Pak"
Pak Yono : "Baik Bu"
Ambar : "Sekarang langsung pemeriksaan saja"
Pak Yono mengambil berbagai peralatan dari meja kerjanya, tangannya penuh membawa peralatan untuk mengukur kesehatan Ambar sebagai subjek pengujian. Mulai dari stetoskpo, tensimter, termometer sampai pita ukur dia bawa bersamanya ke arah meja periksa tempat Ambar berada.
Pak Yono : "Mari Bu saya periksa dulu"
Ambar : "Silakan Pak"
Pak Yono mengambil berbagai peralatan dari meja kerjanya, tangannya penuh membawa peralatan untuk mengukur kesehatan Ambar sebagai subjek pengujian. Mulai dari stetoskpo, tensimter, termometer sampai pita ukur dia bawa bersamanya ke arah meja periksa tempat Ambar berada.
Pak Yono : "Mari Bu saya periksa dulu"
Ambar : "Silakan Pak"
Ambar merebahkan tubuhnya diatas meja periksa, sehingga dadanya semakin membusung dihadapan pria yang bukan suaminya. Blus ketat berwarna pink terlihat sesak menampung buah dada Ambar yang berukuran diatas rata rata wanita pada umumnya. Beberapa kali Pak Yono berusaha membetulkan letak penis di balik
celananya, meskipun berusaha seprofesional mungkin melakukan tugasnya
namun tetap saja tubuh Ambar yang montok mustahil dia abaikan.
Satu persatu tahap pemeriksaan dilakukan pada Ambar, dengan teliti Pak Yono berusaha mengukur kondisi tubuh atasannya itu.
Satu persatu tahap pemeriksaan dilakukan pada Ambar, dengan teliti Pak Yono berusaha mengukur kondisi tubuh atasannya itu.
Pak Yono : "Sudah selesai Bu"
Ambar : "Sudah semua Pak?"
Pak Yono : "Masih ada tes darah, tapi hasilnya tidak bisa langsung keluar"
Ambar : "Terus bagaimana Pak?"
Pak Yono : "Malam ini saya akan lembur untuk menyelesaikan tes darah ibu, sehingga paling cepat nanti tengah malam sudah keluar"
Ambar : "Terima kasih pak atas kerjasamanya, untuk selanjutnya nanti biar saya yang mengerjakan"
Pak Yono : "Baik Bu"
Ambar : "Kalo begitu saya pulang dulu"
Pak Yono : "Silahkan Bu"
Ambar : "Sudah semua Pak?"
Pak Yono : "Masih ada tes darah, tapi hasilnya tidak bisa langsung keluar"
Ambar : "Terus bagaimana Pak?"
Pak Yono : "Malam ini saya akan lembur untuk menyelesaikan tes darah ibu, sehingga paling cepat nanti tengah malam sudah keluar"
Ambar : "Terima kasih pak atas kerjasamanya, untuk selanjutnya nanti biar saya yang mengerjakan"
Pak Yono : "Baik Bu"
Ambar : "Kalo begitu saya pulang dulu"
Pak Yono : "Silahkan Bu"
Ambar meninggalkan tempat kerjanya untuk kembali ke rumah, sepanjang
perjalanan dia berdoa agar dia memenuhi syarat untuk menjadi subjek tes
obat barunya. Saat ini tidak ada yang dia bisa lakukan selain hanya menunggu laporan
dari Pak Yono, yang tengah berusaha menyelesaikan tes darahnya.
Dia sadar yang dia lakukan ini tidak benar, namun dia terpaksa melakukannya karena sudah tidak ada jalan lain. Meskipun secara medis hasil pengujiannya valid namun secara hukum yang dia lakukan tidak bisa dibenarkan karena telah melanggar klausa perjanjian antara perusahaannya dengan si klien. Dia sadar resiko yang dihadapinya dengan melakukan semua ini, tapi dia berusaha agar serapi mungkin menutupi pekerjaannya ini.
Ambar berusaha sesedikit mungkin membagikan informasi ini pada orang lain diperusahaannya. semakin sedikit orang yang tahu maka kemungkinan terbongkarnya rencana ini akan semakin kecil sehingga resiko dia menghadapi konsekuensi hukum juga bisa dihindari.
Dia sadar yang dia lakukan ini tidak benar, namun dia terpaksa melakukannya karena sudah tidak ada jalan lain. Meskipun secara medis hasil pengujiannya valid namun secara hukum yang dia lakukan tidak bisa dibenarkan karena telah melanggar klausa perjanjian antara perusahaannya dengan si klien. Dia sadar resiko yang dihadapinya dengan melakukan semua ini, tapi dia berusaha agar serapi mungkin menutupi pekerjaannya ini.
Ambar berusaha sesedikit mungkin membagikan informasi ini pada orang lain diperusahaannya. semakin sedikit orang yang tahu maka kemungkinan terbongkarnya rencana ini akan semakin kecil sehingga resiko dia menghadapi konsekuensi hukum juga bisa dihindari.
Saat di Rumah..
Malam itu Ambar dan Andi tengah menonton siaran berita di tv bersama di ruang keluarga. Meskipun begitu Ambar sedari tadi hanya fokus menunggu laporan dari Pak Yono di hp nya, meskipun sebelumnya sudah diberitahu paling cepat tengah
malam'
Andi : "Bu kok dari tadi perhatiin hape terus"
Ibu : "Eh ndak kok Dik"
Andi : "Dari Bapak ya?"
Ambar : "Ndak, ini urusan kantor Ibu"
Andi : "Oh...ngomong ngomong Bapak pulang kapan ya Bu?"
Andi : "Bu kok dari tadi perhatiin hape terus"
Ibu : "Eh ndak kok Dik"
Andi : "Dari Bapak ya?"
Ambar : "Ndak, ini urusan kantor Ibu"
Andi : "Oh...ngomong ngomong Bapak pulang kapan ya Bu?"
Ambar : "Masih lama Dik, masih sebulan lebih"
Andi : "Kok lama ya?"
Ambar : "Adik sudah kangen sama Bapak? kan bisa telepon"
Andi : "Yah kalo telpon sih ndak puas"
Ambar : "Ya sudah yang sabar nunggu Bapak, Adik doain Bapak biar Bapak sehat disana"
Andi : "Iya Bu"
Ambar termenung mendengar kerinduan Andi pada Ayahnya, dalam hatinya dirinyapun tidak jauh berbeda. Meskipun sudah terbiasa ditinggal mengurusi proyek namun tetap saja berat rasanya Ambar untuk hidup tanpa suami di rumah.
Selain itu sebagai wanita Ambar juga membutuhkan pelampiasan birahi yang semakin memuncak seiring waktu. Sudah 3 minggu sejak terakhir kali dia berhubungan dengan Sang Suami, yaitu pada malam keberangkatannya ke kalimantan. Itupun tidak bisa all out karena dia sadar suaminya harus menjaga kondisinya untuk perjalanan jauh.
Andi : "Kok lama ya?"
Ambar : "Adik sudah kangen sama Bapak? kan bisa telepon"
Andi : "Yah kalo telpon sih ndak puas"
Ambar : "Ya sudah yang sabar nunggu Bapak, Adik doain Bapak biar Bapak sehat disana"
Andi : "Iya Bu"
Ambar termenung mendengar kerinduan Andi pada Ayahnya, dalam hatinya dirinyapun tidak jauh berbeda. Meskipun sudah terbiasa ditinggal mengurusi proyek namun tetap saja berat rasanya Ambar untuk hidup tanpa suami di rumah.
Selain itu sebagai wanita Ambar juga membutuhkan pelampiasan birahi yang semakin memuncak seiring waktu. Sudah 3 minggu sejak terakhir kali dia berhubungan dengan Sang Suami, yaitu pada malam keberangkatannya ke kalimantan. Itupun tidak bisa all out karena dia sadar suaminya harus menjaga kondisinya untuk perjalanan jauh.
Belum lagi kini hubungan nya dengan Sang Suami mulai berkurang secara kualitas dan kuantitas. Kesibukan mereka berdua membuat keduanya urung untuk saling melepaskan hasrat suami istri mereka satu sama lain.
Saat Dinihari..
Jam menunjukkan pukul 1.30 dinihari, Andi sudah terlelap tidur di kamarnya sejak 4 jam yang lalu. Sementara itu Ambar masih terjaga tidak bisa tidur bahkan untuk memejamkan mata sejenak. Dia masih menunggu laporan dari Pak Yono, yang seharusnya sudah selesai saat itu namun belum juga ada hasilnya.
Menit demi menit berlalu, mata Ambar mulai terserang kantuk, sedikit demi sedikit dia mulai tertidur karena lelah menunggu. Namun ketika dia berusaha memabaringkan tubuhnya tiba tiba hapenya berbunyi.
"Tiiiiitt tiiiittt tiiittt"
Menit demi menit berlalu, mata Ambar mulai terserang kantuk, sedikit demi sedikit dia mulai tertidur karena lelah menunggu. Namun ketika dia berusaha memabaringkan tubuhnya tiba tiba hapenya berbunyi.
"Tiiiiitt tiiiittt tiiittt"
Ambar kembali terjaga, matanya terbuka lebar mendengar suara dering hapenya itu, yang dia tunggu akhirnya tiba. Dia mengambil hape di meja kecil di samping tempat tidurnya dan dengan berdebar membuka pesan masuk dari Pak Yono.
Pak Yono : "Ibu masuk kriteria, pengujian bisa dilakukan"
Ambar senang bukan main, beban dipundaknya sedikit berkurang dengan kabar dari Pak Yono tadi setidaknya dia bisa menguji obat barunya itu.
Ambar : "Terima kasih Pak, medikasi akan saya lakukan sendiri"
Ambar lalu beristirahat, rasanya dia lelah sekali menunggu hasil pemeriksaannya semalaman ini. Dia harus menyiapkan diri karena mulai besok dia harus menguji sendiri obat yang dibuatnya.
Pak Yono : "Ibu masuk kriteria, pengujian bisa dilakukan"
Ambar senang bukan main, beban dipundaknya sedikit berkurang dengan kabar dari Pak Yono tadi setidaknya dia bisa menguji obat barunya itu.
Ambar : "Terima kasih Pak, medikasi akan saya lakukan sendiri"
Ambar lalu beristirahat, rasanya dia lelah sekali menunggu hasil pemeriksaannya semalaman ini. Dia harus menyiapkan diri karena mulai besok dia harus menguji sendiri obat yang dibuatnya.
Tiba Saat Sarapan Pagi..
pagi itu Ambar dan Andi sarapan bersama seperti biasanya, tidak ada yang istimewa sampai selesai sarapan. Setelah membereskan meja makan dan membawa peralatan ke dapur, Ambar merogoh kantong blazer yang dipakainya. Dia mengambil botol berisi obat berwarna putih berbentuk tablet, dia
lalu mengmbil satu lalu diminumnya dengan bantuan air putih.
Andi : "Ibu minum apa?"
Ambar kaget ketika anaknya ternyata sejak tadi berdiri memperahtikan dirinya yang minum obat yang dia uji. mendengar pertanyaan anaknya dia berusaha bersikap biasa, dan mencoba menjawabnya dengan asal karena tidak mungkin dia memberitahu yang sebenarnya.
Ambar : "Ini vitamin Dik"
Andi : "Ibu minum apa?"
Ambar kaget ketika anaknya ternyata sejak tadi berdiri memperahtikan dirinya yang minum obat yang dia uji. mendengar pertanyaan anaknya dia berusaha bersikap biasa, dan mencoba menjawabnya dengan asal karena tidak mungkin dia memberitahu yang sebenarnya.
Ambar : "Ini vitamin Dik"
Andi : "Oh Andi boleh minta?"
Ambar : "'Jangan, ini rasanya pahit, buat Adik ambil yang di kulkas aja ya"
Andi : "Ah kirain yang rasa jeruk"
Ambar : "Buat orang gede masa rasa jeruk, sudah siap berangkat"
Andi : "Sudah"
Ambar :"Yuk masuk mobil"
Ambar : "'Jangan, ini rasanya pahit, buat Adik ambil yang di kulkas aja ya"
Andi : "Ah kirain yang rasa jeruk"
Ambar : "Buat orang gede masa rasa jeruk, sudah siap berangkat"
Andi : "Sudah"
Ambar :"Yuk masuk mobil"
Saat Sampai di Kantor..
Sesampainya di kantor Ambar langsung menuju ruang kerja Pak Yono yang ada di ujung bangunan pabrik. dia masuk kedalam laboratorium dan melihat belum ada siapa siapa disana,
hanya lampu ruangan kerja Pak Yono yang terlihat menyala. Dia segera menghampiri ruangan tersebut dan membuka pintu tanpa mengetuk pintu sebelumnya.
"Cklek"
Ambar terkejut melihat Pak Yono tengah ganti baju, dia sedang melepas celana ketika Ambar masuk ruangannya.
"Cklek"
Ambar terkejut melihat Pak Yono tengah ganti baju, dia sedang melepas celana ketika Ambar masuk ruangannya.
Ambar : "Ma...maaf Pak'
Pak Yono : "Eh..iya"
Ambar lalu menunggu Pak Yono diruang utama laboratorium, namun entah kenapa pikirannya penuh dengan kejadian tadi. Ambar kini menjadi terngiang dengan yang baru saja dilihatnya, Pak Yono yang sedang mengganti baju. Penis berwarna hitam dan berurat terlihat menjulur di selangkangan Pak Yono yang bertubus kurus. Meskipun tidak tegang namun ukurannya cukup besar bahkan hampir menyamai milik suaminya saat tegang.
Pak Yono : "Eh..iya"
Ambar lalu menunggu Pak Yono diruang utama laboratorium, namun entah kenapa pikirannya penuh dengan kejadian tadi. Ambar kini menjadi terngiang dengan yang baru saja dilihatnya, Pak Yono yang sedang mengganti baju. Penis berwarna hitam dan berurat terlihat menjulur di selangkangan Pak Yono yang bertubus kurus. Meskipun tidak tegang namun ukurannya cukup besar bahkan hampir menyamai milik suaminya saat tegang.
Ambar larut dalam lamunannya membandingkan penis suaminya dengan penis rekan kerja nya itu yang jauh lebih besar. Namun ditengah lamunannya, dia disadarkan oleh suara Pak Yono.
Pak Yono : "Maaf Bu menunggu lama"
Ambar : "Eh iya maaf Pak tadi saya ndak ketuk pintu dulu"
Pak Yono : "Oh ndak apa apa saya juga yang ceroboh, ada apa ya Bu?"
Ambar : "Begini Pak saya mau minta blangko pengisian subjek pengujiannya untuk saya isi"
Pak Yono : "Ibu sudah mulai konsumsi obatnya"
Ambar : "Sudah tadi pagi"
Pak Yono : "Maaf Bu menunggu lama"
Ambar : "Eh iya maaf Pak tadi saya ndak ketuk pintu dulu"
Pak Yono : "Oh ndak apa apa saya juga yang ceroboh, ada apa ya Bu?"
Ambar : "Begini Pak saya mau minta blangko pengisian subjek pengujiannya untuk saya isi"
Pak Yono : "Ibu sudah mulai konsumsi obatnya"
Ambar : "Sudah tadi pagi"
Pak Yono : "Sudah ada perubahan yang Ibu rasakan?"
Ambar : "Ehm ini rasanya payudara saya mulai berdenyut denyut"
Pak Yono : "Ehm kalo begitu obatnya sudah bekerja, tinggal menunggu bekrja sempurna saja Bu"
Ambar : "Iya Pak"
Pak Yono : "Tapi kalo boleh saya sarankan, untuk memacu produksi air susunya bisa dibantu dengan memberi rangsangan pada kelenjar payudara Ibu"
Ambar : "Itu tidak apa apa Pak? tidak akan merusak data pengujiannya nanti"
Pak Yono : "Tdak Bu justru perlakuan itu akan mengkondisikan Ibu sama seprti Ibu yang menyusui, sehingga hasil pengujian lebih mendekati kondisi riil"
Ambar : "Oh begitu ya Pak"
Ambar : "Ehm ini rasanya payudara saya mulai berdenyut denyut"
Pak Yono : "Ehm kalo begitu obatnya sudah bekerja, tinggal menunggu bekrja sempurna saja Bu"
Ambar : "Iya Pak"
Pak Yono : "Tapi kalo boleh saya sarankan, untuk memacu produksi air susunya bisa dibantu dengan memberi rangsangan pada kelenjar payudara Ibu"
Ambar : "Itu tidak apa apa Pak? tidak akan merusak data pengujiannya nanti"
Pak Yono : "Tdak Bu justru perlakuan itu akan mengkondisikan Ibu sama seprti Ibu yang menyusui, sehingga hasil pengujian lebih mendekati kondisi riil"
Ambar : "Oh begitu ya Pak"
Pak Yono : "Ibu bisa memakai pompa asi agar lebih mudah nantinya dalam merangsang
kelenjar payudara Ibu dan melakukan pengumpulan produk asi jika nantinya
sudah keluar"
Ambar : "Oh baik Pak"
Ambar : "Oh baik Pak"
Seminggu Sudah...
Seminggu sudah sejak Ambar mulai proses medikasi pada dirinya sendiri,
dan sejauh ini obatnya menunjukkan tanda tanda yang menggembirakan. Payudara nya kini selalu terasa berdenyut denyut, rasanya juga lebih
penuh dan kadang terasa nyeri, namun itu hal yang biasa bagi wanita yang
sedang memproduksi asi.
Payudaranya yang berukuran besar kini semakin bertambah besar dengan produksi asi di dalamnya. Jika sebelumnya dia memakai bh berukuran 36d kini dia mulai membeli bh baru karena bh yang lama sudah tidak muat. Setidaknya ukuran payudaranya kini menjadi 38e, atau naik satu cup dari ukurannya sebelumnya. Bahkan untuk memudahkan dirinya memeras payudaranya dia kini memakai bh menyusui yang bisa dibuka bagian depannya tanpa harus membuka kaitan belakangnya.
Seperti malam itu setelah menunggu Andi tidur lebih dahulu Ambar diam diam menyiapkan alat untuk memeras susunya. Pompa asi yang dia bawa dari kantor dia keluarkan lalu dirangkai dengan cekatan oleh tangannya diatas meja makan. Lalu tangannya perlahan mulai melepas kancing piyama bergambar hello kitty yang dia pakai. Setelah itu dia membuka kaitan depan bh menyusui yang dia pakai, sehingga tersembulah buah dada putih berhiaskan puting dan areola berwarna coklat gelap. Dari ujung puting payudaranya Ambar melihat ada tetesan cairan berwarna putih dan rembesan basah di bh nya.
Payudaranya yang berukuran besar kini semakin bertambah besar dengan produksi asi di dalamnya. Jika sebelumnya dia memakai bh berukuran 36d kini dia mulai membeli bh baru karena bh yang lama sudah tidak muat. Setidaknya ukuran payudaranya kini menjadi 38e, atau naik satu cup dari ukurannya sebelumnya. Bahkan untuk memudahkan dirinya memeras payudaranya dia kini memakai bh menyusui yang bisa dibuka bagian depannya tanpa harus membuka kaitan belakangnya.
Seperti malam itu setelah menunggu Andi tidur lebih dahulu Ambar diam diam menyiapkan alat untuk memeras susunya. Pompa asi yang dia bawa dari kantor dia keluarkan lalu dirangkai dengan cekatan oleh tangannya diatas meja makan. Lalu tangannya perlahan mulai melepas kancing piyama bergambar hello kitty yang dia pakai. Setelah itu dia membuka kaitan depan bh menyusui yang dia pakai, sehingga tersembulah buah dada putih berhiaskan puting dan areola berwarna coklat gelap. Dari ujung puting payudaranya Ambar melihat ada tetesan cairan berwarna putih dan rembesan basah di bh nya.
Ambar : "Bagus, sudah keluar" batin Ambar.
Dia segera mengarahkan ujung corong penghisap ke kedua payudaranya setelah sebelumnya menghidupkan mesin penghisapanya.
"Nggguuuuuuunnggg"
Dia segera mengarahkan ujung corong penghisap ke kedua payudaranya setelah sebelumnya menghidupkan mesin penghisapanya.
"Nggguuuuuuunnggg"
Suara mendengung pelan terdengar dari mesin sedot bertenaga listrik itu saat menghisap payudara besar Ambar. Puting Ambar tertarik tarik maju mundur dalam corong penghisap seiring dengan gerakan pompa asi.
"Serrrrr serrrrrrr"
"Serrrrr serrrrrrr"
Air susu mulai memancar dari puting payudara Ambar, dan cairan itu
mengalir lalu tertampung dalam botol yang terhubung dengan corong
penghisap.
Saat Dinihari..
Jam dinding menunjukkan pukul 1.30 dinihari ketika Andi terbangun dari tidurnya yang lelap.
"Nguuuuungggg nguuunnnnggg"
Andi : "Suara apa itu ya?"
"Nguuuuungggg nguuunnnnggg"
Andi : "Suara apa itu ya?"
Andi mendengar suara aneh dari luar kamarnya, dan karena penasaran dia mencoba mencari sumber suara itu. Perlahan dia membuka pintu kamarnya dan benar saja suara itu semakin terdengar jelas oleh Andi. Setelah dia cari cari ternyata suara itu berasal dari arah dapur yang terletak dibagian belakang rumahnya. Karena penasaran dia mencoba berjalan kearah dapur yang malam itu terlihat terang karena hanya di dapur yang lampunya menyala.
Dari balik pintu menuju ke arah dapur, dia mencoba mengintip sumber suara mendengung yang dia dengar itu. Betapa kaget dirinya ketika melihat Sang Ibu yang duduk di meja makan tengah bertelanjang dada. Belum lagi andi melihat di payudara ibunya ada sebuah alat yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Benda yang menempel pada payudara ibunya itu terhubung oleh sebuah selang bening pada alat lain yang dari tadi mendengung itu.
Dari balik pintu menuju ke arah dapur, dia mencoba mengintip sumber suara mendengung yang dia dengar itu. Betapa kaget dirinya ketika melihat Sang Ibu yang duduk di meja makan tengah bertelanjang dada. Belum lagi andi melihat di payudara ibunya ada sebuah alat yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Benda yang menempel pada payudara ibunya itu terhubung oleh sebuah selang bening pada alat lain yang dari tadi mendengung itu.
Andi melihat Sang Ibu sedang memejamkan matanya ketika alat itu menghisap hisap payudara ibunya itu.
Andi : "Apa yang dilakukan Ibu malam malam begini?"
Andi : "Itu pake buka baju segala?"
Andi : "Eh tetek Ibu kok ada yang menempel ya?" batin Andi penuh dengan pertanyaan heran ketika melihat kegiatan yang dilakukan Ibunya malam itu.
Ambar : "Eeeerrggghhhh" suara desahan Ambar yang cukup keras membuat Andi yang sedari tadi mengintip menjadi terkejut.
Andi : "Apa yang dilakukan Ibu malam malam begini?"
Andi : "Itu pake buka baju segala?"
Andi : "Eh tetek Ibu kok ada yang menempel ya?" batin Andi penuh dengan pertanyaan heran ketika melihat kegiatan yang dilakukan Ibunya malam itu.
Ambar : "Eeeerrggghhhh" suara desahan Ambar yang cukup keras membuat Andi yang sedari tadi mengintip menjadi terkejut.
Andi : "Eh Ibu ndak apa apa kan ya?" batin Andi cemas sambil terus mengintip.
Tampak cairan putih di botol yang tersambung di corong hisap mulai bertambah sedikit demi sedikit.
Tampak cairan putih di botol yang tersambung di corong hisap mulai bertambah sedikit demi sedikit.
Andi terus memandangi tubuh Ibunya sendiri terutama bagian payudara Ibunya yang berukuran besar dengan puting coklatnya. Payudara Ibunya terdapat garis garis hijau tipis yang terlihat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.
Ambar : "Argghhhh eghhhhh shhh" suara desahan Ambar semakin keras.
Ambar : "Argghhhh eghhhhh shhh" suara desahan Ambar semakin keras.
Andi sangat ketakutan ketika dia melihat dan mendengar Ibunya mendesah kecang sekali. Namun anehnya Sang Ibu masih memejamkan matanya dari tadi dan raut wajahnya menunjukkan sesuatu yang berbeda.
Andi bingung harus berbuat apa, apakah dia membiarkan saja Ibunya dalam keadaaan seperti itu atau harus membangunkannya. Andi semakin panik ketika melihat tubuh montok milik Ibunya yang telanjang mulai bergetar getar.
Ambar : "Akhhh....sssshhh"
Suara desahan Ambar semakin keras dan gerakan tubuhnya juga semakin jelas, Andi tidak tahu apa yang terjadi dengan Ibunya.hingga..
Andi bingung harus berbuat apa, apakah dia membiarkan saja Ibunya dalam keadaaan seperti itu atau harus membangunkannya. Andi semakin panik ketika melihat tubuh montok milik Ibunya yang telanjang mulai bergetar getar.
Ambar : "Akhhh....sssshhh"
Suara desahan Ambar semakin keras dan gerakan tubuhnya juga semakin jelas, Andi tidak tahu apa yang terjadi dengan Ibunya.hingga..
Ambar : "Akhhhhhhhhhhhh"
Sekali lagi Ibunya mendesah keras sekali namun kali ini diikuti dengan tubuh Ibunya yang menengang dan bergetar hebat.
Raut wajah Andi semakin pucat penuh ketakutan dan dia segera berlari masuk ke dalam kamarnya. dia mengambil selimutnya dan berusaha memejamkan matanya lagi agar dia tidak lagi melihat apa yang baru saja dia lihat.
Sekali lagi Ibunya mendesah keras sekali namun kali ini diikuti dengan tubuh Ibunya yang menengang dan bergetar hebat.
Raut wajah Andi semakin pucat penuh ketakutan dan dia segera berlari masuk ke dalam kamarnya. dia mengambil selimutnya dan berusaha memejamkan matanya lagi agar dia tidak lagi melihat apa yang baru saja dia lihat.
Sementara di Meja Makan..
Sementara itu Ambar di meja makan tengah mengatur nafasnya kembali yang terengah engah. dia baru saja mengalami mengalami orgasme hebat setelah payudara nya diperas untuk dikeluarkan air susunya. Payudara Ambar merupakan titik paling sensitif dari tubuhnya.
Ambar : "Akh...aku keluar gara gara diperas susuku"
Memang sudah lama sekali sejak Ambar berhubungan seks, dan ketika payudaranya diperas sudah cukup membuat dirinya orgasme hebat.
Ambar : "Akh susunya sudah penuh"
Ambar : "Akh...aku keluar gara gara diperas susuku"
Memang sudah lama sekali sejak Ambar berhubungan seks, dan ketika payudaranya diperas sudah cukup membuat dirinya orgasme hebat.
Ambar : "Akh susunya sudah penuh"
Ambar senang sekali payudaranya sudah menghasilkan banyak air susu yang merupakan tanda bahwa obat yang dia minum bekerja. Kini tugas Ambar hanya tinggal rutin melakukan pemerahan susu untuk mengisi data pengujian obat yang diperlukan.
Saat Sore..
Sore itu Ambar dalam perjalanan pulang dengan mobilnya, dia kini bisa
pulang lebih awal karena kini pekerjaannya sudah tidak banyak lagi.
Ambar : "Hhhmmm hari ini aku mau masak suo ayam kesukaan Andi'
Ketika Ambar tengah fokus menyetir tiba tiba sesuatu mengalihkan pandangannya dari jalan. Ada seorang anak laki laki yang seumuran Andi tengah di seret seret oleh seorang lelaki dewasa di sebuah komplek spertokoan.
Melihat hal itu, Ambar tergugah rasa ibanya dan dia menepikan mobilnya di area pertokoan yang masih sepi itu. Dia melihat anak itu ditarik ke arah samping bangunan tua yang terlihat sudah lama tidak dipakai lagi. Dia berusaha mengejar mereka hingga ke arah belakang bangunan tua yang terlihat tidak terawat itu. Ketika akhirnya menyusul mereka Ambar melihat anak lelaki itu sedang dihajar oleh lelaki dewasa tadi.
Ambar : "Eh Mas jangan dipukulin" Ambar berteriak.
Ambar : "Hhhmmm hari ini aku mau masak suo ayam kesukaan Andi'
Ketika Ambar tengah fokus menyetir tiba tiba sesuatu mengalihkan pandangannya dari jalan. Ada seorang anak laki laki yang seumuran Andi tengah di seret seret oleh seorang lelaki dewasa di sebuah komplek spertokoan.
Melihat hal itu, Ambar tergugah rasa ibanya dan dia menepikan mobilnya di area pertokoan yang masih sepi itu. Dia melihat anak itu ditarik ke arah samping bangunan tua yang terlihat sudah lama tidak dipakai lagi. Dia berusaha mengejar mereka hingga ke arah belakang bangunan tua yang terlihat tidak terawat itu. Ketika akhirnya menyusul mereka Ambar melihat anak lelaki itu sedang dihajar oleh lelaki dewasa tadi.
Ambar : "Eh Mas jangan dipukulin" Ambar berteriak.
Preman : "Eh siapa kamu? jangan ikut campur pergi dari sini"
Ambar : "Berhenti atau saya laporkan ke Polisi"
Ambar sudah bersiap siap mengambil hp nya untuk menghubungu kantor polisi ketika tiba tiba.
"Bzzzzzzzzzzzzzzttt"
Ambar merasakan tubuhnya menegang karena aliran listrik yang menjalar keseluruh badannya.
Ambar : "Agggghhhhhhhhhh"
Ambar : "Berhenti atau saya laporkan ke Polisi"
Ambar sudah bersiap siap mengambil hp nya untuk menghubungu kantor polisi ketika tiba tiba.
"Bzzzzzzzzzzzzzzttt"
Ambar merasakan tubuhnya menegang karena aliran listrik yang menjalar keseluruh badannya.
Ambar : "Agggghhhhhhhhhh"
Ambar tidak bisa lagi menahan posisi tubhnya berdiri dan segera tersungkur diatas tanah.
"Brukkkkkkkkk"
Ambar : "Ahhhhhhhhgg"
Dia masih sadar namun Ambar merasa tubuhnya terasa mati rasa tidak bisa digerakkan sama sekali.
Ambar "Ahhh...ahhhhh"
Dari belakang ternyata muncul sosok laki laki lain yang terlihat membawa taser listrik ditangannya.
Preman : "Selamat sore Ibu cantik"
Ambar : "Akhhh jangan siapa anda?"
Ambar "Ahhh...ahhhhh"
Dari belakang ternyata muncul sosok laki laki lain yang terlihat membawa taser listrik ditangannya.
Preman : "Selamat sore Ibu cantik"
Ambar : "Akhhh jangan siapa anda?"
Preman : "Saya disini mau memberi hadiah untuk Ibu? hahaha"
Ambar : "Hadiah" suara Ambar bergetar ketakutan karena tidak bisa melakukan apa apa.
Preman : "Iya hadiah, karena Ibu sudah ikut campur urusan kami"
Ambar : "Aakhh..jangan tolong lepaskan saya"
Ambar hanya tergelatak tak berdaya ketika tiba tiba lelaki dihadapannya itu membuka paksa kemeja yang dipakainya.
"Breeeeeettttttttt"
Preman : "Iya hadiah, karena Ibu sudah ikut campur urusan kami"
Ambar : "Aakhh..jangan tolong lepaskan saya"
Ambar hanya tergelatak tak berdaya ketika tiba tiba lelaki dihadapannya itu membuka paksa kemeja yang dipakainya.
"Breeeeeettttttttt"
Kancing baju kemeja ketat yang dipakai Ambar kini terbang berhamburan lepas dari jahitannya.
Ambar baru menyadari bahwa dia akan menjadi sasaran pemerkosaan laki laki yang tengah melucuti pakaiannya ini. Laki laki itu mengeluarkan belati dari saku celananya dan menyobek bh yang dipakai Ambar dengan sekali tarik.
Ambar : "Akhh jangan akh"
Preman : "Wah wah susu Ibu besar sekali hahah"
Ambar : "Jangan Mas tolong lepaskan saya"
Ambar baru menyadari bahwa dia akan menjadi sasaran pemerkosaan laki laki yang tengah melucuti pakaiannya ini. Laki laki itu mengeluarkan belati dari saku celananya dan menyobek bh yang dipakai Ambar dengan sekali tarik.
Ambar : "Akhh jangan akh"
Preman : "Wah wah susu Ibu besar sekali hahah"
Ambar : "Jangan Mas tolong lepaskan saya"
Peman : "Saya yakin banyak laki laki yang pengen main dengan susu Ibu"
Ambar : "Akh jangan Mas jangan"
Lelaki itu mulai bermain dengan puting payudara Ambar, dia menyentil nyentil putingnya hingga tegang sempurna.
Preman : "Wah besar sekali pentilnya"
Ambar : "Aakhh"
Preman : "Pasti Suami Ibu suka mainin pentil Ibu"
Ambar : "Ah sudah Mas tolong"
Tiba tiba puting payudara Ambar meneteskan cairan air susu setelah Preman tadi bermain main dengan putingnya.
Ambar : "Akh jangan Mas jangan"
Lelaki itu mulai bermain dengan puting payudara Ambar, dia menyentil nyentil putingnya hingga tegang sempurna.
Preman : "Wah besar sekali pentilnya"
Ambar : "Aakhh"
Preman : "Pasti Suami Ibu suka mainin pentil Ibu"
Ambar : "Ah sudah Mas tolong"
Tiba tiba puting payudara Ambar meneteskan cairan air susu setelah Preman tadi bermain main dengan putingnya.
Preman : "Wah ternyata ada susunya heheh"
Ambar : "Akh jangan"
Preman : "Biar saya icipin susu Ibu slruuuuuuup creeppp"
Ambar : "Akhhh...egh....jangan shhhh'
Ambar semakin ketakutan dan berpikir harus melakukan sesuatu agar bisa lepas dari ancaman pemerkosaan ini.
Ambar : "Akh jangan"
Preman : "Biar saya icipin susu Ibu slruuuuuuup creeppp"
Ambar : "Akhhh...egh....jangan shhhh'
Ambar semakin ketakutan dan berpikir harus melakukan sesuatu agar bisa lepas dari ancaman pemerkosaan ini.
Ambar : "Saya akan berteriak"
Preman : "Silakan saja berteriak tidak ada orang disini, kalaupun ada pasti mereka akan ikut memperkosa anda hahaha" Preman itu berhenti sesaat menyusu pada Ambar.
Ambar semakin panik dan takut dia tidak tahu lagi harus berbuat apa menghadapi ancamn lelaki yang dia duga seorang Preman itu.
Preman itu lalu mengangkat rok span hitam yang dipakai Ambar dan menarik paksa celana dalam yang dipakai Ambar.
Preman : "Silakan saja berteriak tidak ada orang disini, kalaupun ada pasti mereka akan ikut memperkosa anda hahaha" Preman itu berhenti sesaat menyusu pada Ambar.
Ambar semakin panik dan takut dia tidak tahu lagi harus berbuat apa menghadapi ancamn lelaki yang dia duga seorang Preman itu.
Preman itu lalu mengangkat rok span hitam yang dipakai Ambar dan menarik paksa celana dalam yang dipakai Ambar.
"Brettt...brettttt"
Tiba tiba Preman itu menggerayangi memek Ambar lalu menarik klitorisnya dengan jari jarinya yang kasar.
Preman : "'Agggggggghhhhhhhhhhhhhhh"
Ambar berteriak keras ketika klitorisnya yang ditarik membuat tubuhnya kembali dialiri listrik.
Preman : "Akh silakan teriak yang keras ndak ada yang dengar kan?'
Ambar : "Aaaahhhhhh...akhhh"
Preman : "Wah anda benar benar tidak tahu malu haha berteriak seprti itu ketika digerayangi memeknya'
Ambar : "Akh jangan Mas sudah akh"
Tiba tiba Preman itu menggerayangi memek Ambar lalu menarik klitorisnya dengan jari jarinya yang kasar.
Preman : "'Agggggggghhhhhhhhhhhhhhh"
Ambar berteriak keras ketika klitorisnya yang ditarik membuat tubuhnya kembali dialiri listrik.
Preman : "Akh silakan teriak yang keras ndak ada yang dengar kan?'
Ambar : "Aaaahhhhhh...akhhh"
Preman : "Wah anda benar benar tidak tahu malu haha berteriak seprti itu ketika digerayangi memeknya'
Ambar : "Akh jangan Mas sudah akh"
Preman : "Huh?"
Ambar : "Akh sudah Mas tolong"
Preman : Lihat ini Bu, memek mu sudah basah sekali"
Ambar : "Uhnnnn..uhh"
Preman : "Ibu suka kan di mainin memeknya"
Ambar : "Akh ndak Mas jangan"
Preman itu lalu memasukkan tiga jarinya dalam vagina Ambar, lalu dikocoknya vagina Ambar yang sudah basah secara kasar.
Ambar : "Eeeekkkhhhh"
Ambar : "Akh sudah Mas tolong"
Preman : Lihat ini Bu, memek mu sudah basah sekali"
Ambar : "Uhnnnn..uhh"
Preman : "Ibu suka kan di mainin memeknya"
Ambar : "Akh ndak Mas jangan"
Preman itu lalu memasukkan tiga jarinya dalam vagina Ambar, lalu dikocoknya vagina Ambar yang sudah basah secara kasar.
Ambar : "Eeeekkkhhhh"
Preman : "Jangan pura pura Bu, Ibu suka kan?"
"Clekkkk clekkk clekkkk"
Preman : "Dengar bu, suara memek Ibu yang basah sedang dikocok"
Ambar : "Ahhhh sudah Mas ahhhgggg"
Preman : "Lihat bu memek Ibu semakin basah"'
"Clekkkk clekkk clekkkk"
Preman : "Dengar bu, suara memek Ibu yang basah sedang dikocok"
Ambar : "Ahhhh sudah Mas ahhhgggg"
Preman : "Lihat bu memek Ibu semakin basah"'
Preman itu beralih memegang kedua puting Ambar dan secara bersamaan menariknya dengan kasar ke atas.
Ambar : "Akkkkkkkkkhhhh"
Preman : "Ibu pasti sudah pengen kan?"
Ambar : "Aghhaaaaaa...akh"
Preman : "Saya tahu dari pentil Ibu yang sudah keras ini"
Ambar : "Sudah tolong akh keluar saya mau keluar"
Ambar : "Akkkkkkkkkhhhh"
Preman : "Ibu pasti sudah pengen kan?"
Ambar : "Aghhaaaaaa...akh"
Preman : "Saya tahu dari pentil Ibu yang sudah keras ini"
Ambar : "Sudah tolong akh keluar saya mau keluar"
Preman itu kembali mengocok vagina Ambar dan satu tangan memilin milin putingnya yang sebelah kiri.
Ambar : "Aaaakhhhhhhhhhhh"
Ambar mengalami orgasme hebat setelah dikocok oleh jari jari Preman tersebut, cairan vaginanya memancar keluar deras.
Ambar : "Akhh sudah akhhhhh"
Ambar : "Aaaakhhhhhhhhhhh"
Ambar mengalami orgasme hebat setelah dikocok oleh jari jari Preman tersebut, cairan vaginanya memancar keluar deras.
Ambar : "Akhh sudah akhhhhh"
Preman : "Ah lihat tangan saya sampai kotor begini"
Ambar : "Akhhhh..ahhhhh...haaaa"
Preman : "Ibu ndak malu ya, mulutnya bilang ndak mau tapi memeknya sampai banjir seperti ini"
Ambar : "Ah sudah tolong ahhh" Ambar mengiba dengan nafas terengah engah.
Preman : "Sudah? ini baru mulai hehehe"
Ambar : "Akhhhh..ahhhhh...haaaa"
Preman : "Ibu ndak malu ya, mulutnya bilang ndak mau tapi memeknya sampai banjir seperti ini"
Ambar : "Ah sudah tolong ahhh" Ambar mengiba dengan nafas terengah engah.
Preman : "Sudah? ini baru mulai hehehe"
Saat Hari Mulai Gelap..
Hari sudah berubah gelap, langit kini sudah berubah hitam kelam seperti nasib yang dialami Ambar saat itu. Ambar kini tak berdaya ketika seorang laki laki sedang berusaha memperkosanya di sebuah bangunan tua yang tidak terawat.
Kedua tangan Ambar terikat ke belakang oleh tali rafia hitam yang membuat dia tidak leluasa bergerak bebas. Sementara itu Preman yang telah berhasil memperdaya Ambar sedang membuka
pakaian lusuh yang melekat di tubuhnya yang kekar satu persatu.
Preman : "Fiuhhhh...sekarang mulai ya Bu hehehe"
Ambar semakin panik menyadari lelaki di hadapannya kini seamkin mendekati tubuhnya yang terikat tidak berdaya.
Preman : "Ayo sekarang kesini" Preman itu menarik tubuh Ambar dan menyandarkannya menghadap ke tembok berlumut.
Ambar : "Akkhhhh...jangan mas tolong ampuni saya"
Preman : "Hahaha....sudahlah Ibu cantik sekarang Ibu nikmati saja"
Preman : "Fiuhhhh...sekarang mulai ya Bu hehehe"
Ambar semakin panik menyadari lelaki di hadapannya kini seamkin mendekati tubuhnya yang terikat tidak berdaya.
Preman : "Ayo sekarang kesini" Preman itu menarik tubuh Ambar dan menyandarkannya menghadap ke tembok berlumut.
Ambar : "Akkhhhh...jangan mas tolong ampuni saya"
Preman : "Hahaha....sudahlah Ibu cantik sekarang Ibu nikmati saja"
Ambar : "Akh tolong Mas"
Preman : "Sudah Bu sekarang siap siap ya memek Ibu sudah basah begini"
Lelaki itu mengarahkan penisnya ke arah vagina Ambar yang merah dan basah karena cairan kelaminnya yang meleleh keluar.
Ambar : "Akhhhhh..." Ambar mendesah ketika penis besar milik Preman itu mulai masuk dalam vaginanya.
Preman : "Sudah Bu sekarang siap siap ya memek Ibu sudah basah begini"
Lelaki itu mengarahkan penisnya ke arah vagina Ambar yang merah dan basah karena cairan kelaminnya yang meleleh keluar.
Ambar : "Akhhhhh..." Ambar mendesah ketika penis besar milik Preman itu mulai masuk dalam vaginanya.
Ambar : "Ahaa....shhhhh"
Preman : "Akh Ibu sukakan dientot kasar seperti ini"
Ambar : "Akh tolong sudah sudah akh"
Preman : "Sudah? memek Ibu sudah basah begini?"
Ambar : "Ah...kuh....akh"
Preman : "Memek Ibu benar benar nikmat akh"
Ambar : "Akh jangan jangan seperti ini akh"
Preman : "Akh Ibu sukakan dientot kasar seperti ini"
Ambar : "Akh tolong sudah sudah akh"
Preman : "Sudah? memek Ibu sudah basah begini?"
Ambar : "Ah...kuh....akh"
Preman : "Memek Ibu benar benar nikmat akh"
Ambar : "Akh jangan jangan seperti ini akh"
Preman itu membalik tubuh Ambar dengan kasar tanpa melepaskan penisnya sehingga kini mereka berdua menjadi berhadap hadapan.
"Tulililit...tulilit"
Hp milik Ambar berbunyi didalam tasnya namun bunyi hp itu sepertinya tidak mengganggu preman itu menggenjot tubuh Ambar. Payudara Ambar yang besar menggantung diremas remas kasar oleh preman itu sambil terus menghujamkan penisnya dalam dalam.
Ambar : "Aaahhhhhhha....akh"
Ambar : "Tolong sudah Mas akhhh ehhhhm"
"Tulililit...tulilit"
Hp milik Ambar berbunyi didalam tasnya namun bunyi hp itu sepertinya tidak mengganggu preman itu menggenjot tubuh Ambar. Payudara Ambar yang besar menggantung diremas remas kasar oleh preman itu sambil terus menghujamkan penisnya dalam dalam.
Ambar : "Aaahhhhhhha....akh"
Ambar : "Tolong sudah Mas akhhh ehhhhm"
Preman : "Dengar tadi, hp Ibu berbunyi, pasti keluarga Ibu mencari Ibu hahaha"
Ambar : "Tolong Mas lepaskan saya"
Preman : "Makanya Ibu pasrah dan nikmati saja, jadi kita bisa cepat selesai dan Ibu bisa segera pulang hahahaa"
Ambar : :"Igghhh...ssshhh...akh"
Preman : "Akh teriam kontolku ini akhhhh"
Ambar : "Tolong Mas lepaskan saya"
Preman : "Makanya Ibu pasrah dan nikmati saja, jadi kita bisa cepat selesai dan Ibu bisa segera pulang hahahaa"
Ambar : :"Igghhh...ssshhh...akh"
Preman : "Akh teriam kontolku ini akhhhh"
Ambar : "Shhhhhh...akh...akh...akh"
Preman : "Bagaimana sodokan kontolku Bu? hahaha"
Ambar : "Ahhh.....akhhh shhhh"
Preman : "Akh memek Ibu sempit sekali akhhhh kontol Suami Ibu pasti kecil ya hahah?"
Ambar : "Ughhhh...tidak tidak akh"
Preman : "Akh ayo Bu goyang Bu akh hahaha"
Ambar : "Oh shhhh sudah berhenti"
Preman : "Bagaimana sodokan kontolku Bu? hahaha"
Ambar : "Ahhh.....akhhh shhhh"
Preman : "Akh memek Ibu sempit sekali akhhhh kontol Suami Ibu pasti kecil ya hahah?"
Ambar : "Ughhhh...tidak tidak akh"
Preman : "Akh ayo Bu goyang Bu akh hahaha"
Ambar : "Oh shhhh sudah berhenti"
Preman itu terus menghujamkan penisnya dalam vagina Ambar dan gerakan penisnya semakin cepat dari waktu ke waktu.
Ambar : "Akh saya mau keluar akh"
Preman : "Akh saya jug Bu akh"
Ambar : "Akhhh"
Preman : "Ayo kelaur bersama sama Bu akh"
Ambar : "Akhh...akh ...akh"
Preman : "Ohoooooh....terima pejuhku Bu Akhhhhh"
Ambar : "Jangan di dalam Mas ja...akkkkkkkkkhhh"
Ambar : "Akh saya mau keluar akh"
Preman : "Akh saya jug Bu akh"
Ambar : "Akhhh"
Preman : "Ayo kelaur bersama sama Bu akh"
Ambar : "Akhh...akh ...akh"
Preman : "Ohoooooh....terima pejuhku Bu Akhhhhh"
Ambar : "Jangan di dalam Mas ja...akkkkkkkkkhhh"
Preman itu sampai pada orgasmenya dan menyemburkan sperma dalam vagina Ambar bersamaan dengan orgasme Ambar yang kesekian kalinya sore itu.
Ambar : "Akkhhh banyak sekali akhh"
Preman : "Hahaha Bu saya titip anak saya dalam rahim Ibu hahaha"
Ambar panik bukan main karena sperma preman itu yang memenuhi vaginanya, resiko hamil sangat besar mengingat dia tidak memakai alat kontrasepsi apapun.
Preman : "Sudah ya Bu saya pergi dulu, ini pakaian dalamnya saya bawa ya hehe"
Preman itu meninggalkan Ambar tergeletak tidak berdaya setelah sebelumnya melepaskan ikatan di kedua tangannya. Sementara itu Ambar berusaha mengumpulkan sisa sisa tenaganya yang habis setelah melayani nafsu bejat Preman itu.
Ambar : "Akkhhh banyak sekali akhh"
Preman : "Hahaha Bu saya titip anak saya dalam rahim Ibu hahaha"
Ambar panik bukan main karena sperma preman itu yang memenuhi vaginanya, resiko hamil sangat besar mengingat dia tidak memakai alat kontrasepsi apapun.
Preman : "Sudah ya Bu saya pergi dulu, ini pakaian dalamnya saya bawa ya hehe"
Preman itu meninggalkan Ambar tergeletak tidak berdaya setelah sebelumnya melepaskan ikatan di kedua tangannya. Sementara itu Ambar berusaha mengumpulkan sisa sisa tenaganya yang habis setelah melayani nafsu bejat Preman itu.
Dia memunguti pakaiannya yang tercecer kemana mana dan berusaha memakainya kembali di tubuh telanjangnya. Karena pakaian dalamnya sudah di bawa pergi oleh Preman itu terpaksa Ambar memakai blus dan rok spannya tanpa pakaian dalam. Tidak hanya itu kancing blus yang sudah terlepas entah kemana membuat
blus itu tidak bisa dikancingkan dan membuat dadanya terbuka. Hal itu lebih diperparah karena Ambar kesulitan menutup pakaiannya
karena selain buah dadanya yang besar juga karena dia juga harus membawa
tas kerjanya.
Setelah melihat keadaan aman dia bergerak setengah berlari ke arah mobil sedan miliknya yang terparir tidak jauh dari tempatnya di perkosa tadi. Untung saja keadaan di tempat itu sudah sangat sepi tanpa ada lalu lalang orang di sekitar jika tidak bisa dipastikan Ambar tidak hanya diperkosa oleh satu orang saja.
Ambar segera masuk dalam mobil dan memeriksa tasnya untuk mencari barang yang mungkin hilang diambil Preman tadi. Namun untungnya tidak ada satupun barang yang kurang dari dalam tasnya, lalu Ambar segera ingat panggilan di hp nya. Ternyata banyak sekali panggilan masuk yang tak terjawab dari nomor rumahnya yang tidak lain adalah anaknya yang sendirian di rumah.
Ambar begitu kalut dan berusaha menelepon balik mengingat pasti anaknya kebingungan sendiri di rumah karena dia belum pulang.
Setelah melihat keadaan aman dia bergerak setengah berlari ke arah mobil sedan miliknya yang terparir tidak jauh dari tempatnya di perkosa tadi. Untung saja keadaan di tempat itu sudah sangat sepi tanpa ada lalu lalang orang di sekitar jika tidak bisa dipastikan Ambar tidak hanya diperkosa oleh satu orang saja.
Ambar segera masuk dalam mobil dan memeriksa tasnya untuk mencari barang yang mungkin hilang diambil Preman tadi. Namun untungnya tidak ada satupun barang yang kurang dari dalam tasnya, lalu Ambar segera ingat panggilan di hp nya. Ternyata banyak sekali panggilan masuk yang tak terjawab dari nomor rumahnya yang tidak lain adalah anaknya yang sendirian di rumah.
Ambar begitu kalut dan berusaha menelepon balik mengingat pasti anaknya kebingungan sendiri di rumah karena dia belum pulang.
Ambar : "Halo Adik"
...
Ambar : "Iya Ibu ini masih dijalan iya"
...
Ambar : "Iya maafin Ibu"
...
Ambar : "Yaudah Ibu sebentar lagi sampai rumah kok"
...
Ambar : "Iya nanti Ibu masakin kesukaan Adik"
...
Ambar : "Iya sudah ya tunggu ya"
...
Ambar menutup hp di tangannya, dia harus segera pulang karena anaknya
membutuhkannya sedangkan apa yang baru saja terjadi biarlah dia pikirkan
nanti.
Ambar : "Ya benar aku harus pulang dulu" batin Ambar dengan perasaan tak menentu.
Ambar : "Ya benar aku harus pulang dulu" batin Ambar dengan perasaan tak menentu.
(Bersambung..)
Sumber:
Semprot by haryhidayat9
0 komentar:
Posting Komentar